Karya
HARUN YAHYA
DAFTAR ISI
Tentang
Pengarang
Daftar Isi
Pendahuluan
Bab 1 Dari Ordo Templar ke Mesir Kuno
• Pejuang Salib
• Ordo Templar
• Para Templar dan Kabbalah
• Ahli-Ahli Sihir Mesir Kuno
• Kepercayaan Mesir Kuno dalam Evolusi Kaum
Materialis
Bab 2 Kisah di Balik Kabbalah
• Anak Sapi Emas
• Dari Mesir Kuno ke Kabbalah
• Doktrin Pagan yang Disisipkan ke Dalam Taurat
• Kabbalah, Doktrin yang Bertentangan dengan
Kreasionisme
• Dari para Ksatria Templar ke Kaum Mason
Bab 3 Mengkaji Ulang Humanisme
• Akar Humanisme di Dalam Kabbalah
• Humanisme Masonik: Penyembahan Manusia
• Teori Moral Humanis
• Sasaran Masonik: Membangun Sebuah Dunia Humanis
Bab 4 Mengkaji Ulang Materialisme
• Kaum Mason dan Mesir Kuno
• Simbol-Simbol Mesir Kuno di Loge Mason
• Piramid di Bawah Mata
• Makna Masonik dari Bintang Segienam
• Tiang Ganda
• Terminologi Mesir di Loge
• Suling Ajaib Mozart
• Obelisk
• Legenda tentang Isis — Sang Janda
• Jangka dan Siku-siku
• Filosofi Pagan Masonry
• Materialisme di Dalam Sumber-Sumber Masonik
I. Keyakinan akan Materi Absolut
II. Penolakan akan Keberadaan Ruh dan Hari
Akhirat
• Keganjilan Ilmiah dari Pengingkaran Jiwa
• Materialisme Masonik: Penuhanan Materi
Bab 5 Mengkaji Ulang Teori Evolusi
• Tahun 1832
• Mitos Evolusi, dari Yunani Kuno ke Eropa Modern
• Zaman Pencerahan dan Kebangkitan Mitos Evolusi
• Erasmus Darwin
• Kaum Mason dan Filosofi Naturalis
• Teori Masonik tentang Asal Usul Kehidupan
• Dogmatisme dan Tradisionalisme Masonik
Bab 6 Perang Masonik Melawan Agama
• Contoh Sebuah Loge Masonik: Hell-fire Club
• Pertarungan Melawan Agama di Prancis
• Kampanye Antiagama di Jerman: “Kulturkampf”
• Pertarungan Melawan Agama di Italia
• Agenda Revolusioner Masonik di Rusia
• Masonry Abad Kedua Puluh: Diam-diam dan dari
Kejauhan
Kesimpulan
Pendahuluan
Selama
berabad-abad, Freemasonry telah memancing banyak diskusi. Sebagian orang
menuduhkan aneka kejahatan dan hal buruk yang fantastis kepada Masonry.
Alih-alih mencoba memahami “Persaudaraan” tersebut dan mengkritisinya secara
objektif, mereka bersikap sangat bermusuhan terhadapnya. Sebaliknya, para Mason
kian bersikukuh dengan tradisi tutup mulut terhadap semua tuduhan ini, dan
lebih memilih untuk tampil sebagai klub sosial biasa yang bukanlah bentuk
sejati mereka.
Buku ini berisi paparan yang pas tentang Masonry sebagai
suatu aliran pemikiran. Pengaruh terpenting yang menyatukan para Mason adalah
filsafat mereka yang paling tepat dideskripsikan sebagai “materialisme” dan
“humanisme sekuler”. Namun, Masonry adalah suatu filsafat keliru yang
berlandaskan pada berbagai anggapan yang salah dan teori yang cacat. Inilah hal
mendasar yang mesti menjadi titik tolak untuk mengkritisi Masonry.
Pentingnya kritisisme semacam itu perlu diungkapkan sejak
awal, tidak hanya untuk menjelaskan subjek ini kepada non-Mason, tetapi juga
untuk mengajak para Mason sendiri memahami kebenaran. Tentu saja, sebagaimana
orang lain, para Mason bebas memilih sendiri, dan dapat mengambil cara pandang
apa pun yang mereka inginkan tentang dunia dan hidup sesuai dengannya. Ini
adalah hak asasi mereka. Tetapi, orang lain pun punya hak untuk memaparkan dan
mengkritisi kekeliruan-kekeliruan mereka, dan itulah yang coba dilakukan buku
ini.
Kami
pun menggunakan pendekatan yang serupa dalam kritisisme kami terhadap komunitas
lainnya. Terhadap orang Yahudi misalnya. Sebagian buku ini juga bertalian
dengan sejarah Yahudi dan mengajukan berbagai kritisisme tertentu yang penting.
Harus dikemukakan bahwa semua ini tidak ada hubungannya dengan anti-Semitisme
atau teori konspirasi “Yahudi-Masonik”. Memang, anti-Semitisme adalah sesuatu
yang tak layak bagi seorang Muslim sejati. Orang Yahudi pada suatu masa telah menjadi
bangsa yang dipilih oleh Allah, dan kepada mereka dikirimkan-Nya banyak Nabi.
Sepanjang sejarah mereka telah ditimpa banyak kekejaman, bahkan menjadi korban
pemusnahan massal, tetapi mereka tidak pernah menanggalkan identitas mereka. Di
dalam Al Quran, Allah menyebut mereka, bersamaan dengan orang Nasrani, sebagai
ahli kitab, dan memerintahkan orang Islam memperlakukan mereka dengan baik dan
adil. Tetapi, bagian penting dari sikap adil ini adalah mengkritisi berbagai
keyakinan dan praktik yang salah dari sebagian mereka, menunjukkan kepada
mereka jalan menuju kebenaran sejati. Tetapi tentu saja, hak mereka untuk hidup
sesuai dengan apa yang mereka percayai dan kehendaki tak perlu dipertanyakan
lagi.
Buku Ancaman Global Freemasonry ini berangkat dari
premis tersebut, dan secara kritis menelusuri akar Masonry, juga sasaran dan
aktivitasnya. Dalam buku ini, pembaca juga akan menemukan ikhtisar sejarah
pertarungan para Mason melawan agama-agama ketuhanan. Freemason memainkan
peranan penting dalam alienasi Eropa dari agama, dan seterusnya, membangun ordo
baru yang berlandaskan kepada filsafat materialisme dan humanisme sekuler. Kita
juga akan memahami bagaimana pengaruh Masonry dalam penekanan dogma-dogma ini
kepada peradaban non-Barat. Akhirnya, kita akan membahas metode-metode yang
digunakan Masonry untuk membantu pengembangan dan pelestarian tatanan sosial
yang berdasarkan dogma-dogma ini. Filsafat mereka dan metode yang mereka
gunakan untuk mengembangkan filsafat ini akan didedah dan dikritisi.
Diharapkan bahwa fakta-fakta penting yang diuraikan di
dalam buku ini akan menjadi sarana bagi banyak orang, termasuk para Mason
sendiri, agar mampu melihat dunia dengan kesadaran yang lebih baik.
Setelah membaca buku ini, pembaca akan mampu
mempertimbangkan banyak hal, dari aliran filsafat hingga kepala berita surat
kabar, dari lagu rock hingga berbagai ideologi politik, dengan pemahaman yang
lebih dalam, serta melihat dengan lebih baik arti dan tujuan di belakang
berbagai peristiwa dan faktor.
-I-
Dari Ordo Templar Ke Mesir Kuno
Dari Ordo Templar Ke Mesir Kuno
PEJUANG SALIB
Umumnya ahli sejarah beranggapan bahwa Freemasonry
berawal mula dari Perang Salib. Meskipun Masonry baru terbentuk dan diakui secara res-mi di
Inggris pada awal abad ke-18, sebenarnya organisasi tersebut mengakar jauh hingga
ke Perang Salib di abad ke-12. Di pusat kisah yang umum dikenal ini terdapat
suatu ordo tentara salib yang dinamakan Ksatria Templar atau para Templar.
Enam
tahun sebelum buku ini, buku kami yang berjudul New Masonic Order (Ordo Masonik
Baru), mengkaji sejarah para Templar dengan amat terperinci. Jadi, kali ini
hanya akan diberikan ikhtisarnya. Sebab, begitu kita menganalisis akar dari
Masonry, dan pengaruhnya pada dunia, kita menemukan arti dari “Freemasonry
Global”.
Betapapun
banyaknya yang bersikeras bahwa Perang Salib adalah ekspedisi militer yang
dilakukan atas nama iman Kristiani, pada dasarnya keuntungan materilah yang
menjadi tujuannya. Pada periode Eropa dilanda kemiskinan dan kesengsaraan yang
berat, kemakmuran dan kekayaan bangsa Timur, terutama bangsa Muslim di Timur
Tengah, menarik perhatian bangsa Eropa. Walaupun menggunakan wajah agama, dan
dihiasi dengan simbol-simbol Kristiani, gagasan Perang Salib sebenarnya lahir
dari hasrat akan keuntungan duniawi. Inilah yang menyebabkan perubahan tiba-tiba
dari kebijakan cinta damai sebelumnya di kalangan Kristen Eropa pada periode
awal sejarah mereka, kepada agresi militer.
Pengagas Perang Salib adalah Paus Urban II. Pada tahun
1095, ia menyelenggarakan Konsili Clermont, di mana doktrin Kristen sebelumnya
yang cinta damai ditinggalkan. Perang suci diserukan, dengan tujuan untuk
merebut tanah suci dari tangan bangsa Muslim. Sebagai tindak lanjut dari
pertemuan konsili, dibentuklah pasukan Pejuang Salib yang amat besar, terdiri
dari para tentara, dan puluhan ribu rakyat biasa.
Para ahli sejarah percaya bahwa
upaya Urban II didorong oleh keinginannya untuk merintangi pencalonan seorang
pesaingnya dalam kepausan. Sedangkan di balik sambutan penuh semangat dari para
raja, pangeran, dan bangsawan Eropa atas seruan Paus, tujuan mereka pada
dasarnya bersifat keduniaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Donald Queller dari
Universitas Illinois, “Ksatria-ksatria Prancis menginginkan lebih banyak tanah.
Pedagang-pedagang Italia berharap untuk mengembangkan perdagangan di
pelabuhan-pelabuhan Timur Tengah.... Sejumlah besar orang miskin bergabung
dengan ekspedisi sekadar untuk melarikan diri dari kerasnya kehidupan
sehari-hari mereka.” 1
Sepanjang jalan, massa
yang serakah ini membantai banyak orang Muslim, dan bahkan Yahudi, dengan
harapan untuk menemukan emas dan permata. Pejuang-pejuang salib bahkan membelah
perut korban-korban mereka untuk menemukan emas dan batu-batu berharga yang
mungkin telah mereka telan sebelum mati. Begitu besarnya keserakahan para
pejuang salib akan harta, sehingga tanpa sesal mereka merampok kota Kristen Konstantinopel (Istanbul ) pada Perang Salib IV, dan melucuti
daun-daun emas dari lukisan-lukisan dinding Kristiani di Hagia Sophia.
Setelah perjalanan yang panjang dan sulit, serta begitu
banyak perampasan dan pembantaian orang-orang Muslim, gerombolan campur aduk
yang disebut Pejuang Salib ini mencapai Yerusalem di tahun 1099. Ketika
akhirnya kota itu
jatuh, setelah pengepungan selama hampir lima
minggu, para Pejuang Salib masuk. Mereka melakukan kebuasan hingga tingkatan
yang jarang disaksikan dunia. Semua orang Muslim dan Yahudi di kota itu mati di ujung pedang. Dalam narasi
seorang ahli sejarah, “Mereka membunuh semua orang Saraken dan Turki yang
mereka temukan… baik lelaki maupun wanita.”2 Salah seorang Pejuang Salib, Raymond
of Aguiles, menyombongkan kekejaman ini:
Tampaklah pemandangan yang
menakjubkan. Sebagian orang-orang kami (dan ini lebih murah hati) memenggal
kepala-kepala musuh; yang lainnya memanah mereka, sehingga berjatuhan dari
menara-menara; yang lain lagi menyiksa lebih lama dengan melemparkan mereka ke
dalam api. Gundukan kepala,
tangan, dan kaki tampak di jalan-jalan kota. Orang harus mencari jalan di
antara mayat-mayat manusia dan kuda. Tetapi ini belum apa-apa dibandingkan
dengan apa yang terjadi di Kuil Sulaiman, tempat kebaktian keagamaan biasanya
dinyanyikan… di dalam Kuil dan serambi Sulaiman, orang-orang berkuda berkubang
darah hingga ke lutut dan tali kekang mereka. 3
Selama
dua hari, pasukan Pejuang Salib membunuh sekitar 40.000 Muslim dengan cara yang
sangat biadab. 4 Pejuang salib kemudian menjadikan
Yerusalem ibukota mereka, dan membangun Kerajaan Latin yang membentang dari
perbatasan Palestina hingga ke Antioch
(Antakia).
Selanjutnya,
para pejuang salib mulai berupaya untuk memperjuangkan posisinya di Timur
Tengah. Untuk mempertahankan apa yang telah mereka bangun, mereka perlu
mengorganisirnya. Untuk itu mereka membentuk ordo-ordo militer, dalam bentuk
yang belum pernah ada sebelumnya. Anggota ordo-ordo ini datang dari Eropa ke
Palestina, dan tinggal di semacam biara, di mana mereka menerima latihan
militer untuk memerangi orang Muslim.
Secara
khusus, salah satu dari ordo-ordo ini berbeda dengan yang lainnya. Ia mengalami
transformasi yang akan memengaruhi jalannya sejarah. Namanya: Ordo Templar.
ORDO TEMPLAR
Para
Templar, atau lengkapnya, Tentara Miskin Pengikut Yesus Kristus dan Kuil
Sulaiman, dibentuk pada tahun 1118, dua puluh tahun setelah tentara salib
merebut Yerusalem. Pendiri ordo ini adalah dua ksatria Prancis, Hugh de
Payens dan Godfrey de St. Omer. Berawal dari sembilan anggota, ordo ini terus
berkembang. Nama kuil Sulaiman dipakai karena mereka membangun basis di gunung
kuil, yakni lokasi reruntuhan kuil tersebut. Di sini pula berdiri Dome of the Rock (Qubah
As-Sakhrah) .
Para Templar menyebut dirinya
“tentara miskin”, tetapi dalam waktu singkat mereka menjadi sangat makmur.
Mereka mengontrol penuh para peziarah Kristen yang berdatangan dari Eropa ke
Palestina, dan menjadi sangat kaya dari uang para peziarah tersebut. Mereka
pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang
ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard
Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis
jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis bunga. 5
Para Templar inilah yang paling bertanggung jawab atas
serangan-serangan pejuang salib dan pembantaian bangsa Muslim. Karena itulah,
komandan besar Islam Saladin (Shalahuddin Al Ayyubi), yang mengalahkan pasukan
salib pada tahun 1187 pada Pertempuran Hattin, dan kemudian membebaskan
Yerusalem, menghukum mati para Templar karena pembunuhan yang mereka lakukan,
walaupun sebenarnya ia mengampuni banyak sekali orang Kristen. Namun, sekalipun
kehilangan Yerusalem dan mengalami kekalahan besar, para Templar terus
bertahan. Dan walaupun bangsa Kristen terus menyusut di Palestina, mereka
meningkatkan kekuatan di Eropa dan, pertama di Prancis, kemudian di
negara-negara lain, menjadi negara dalam negara.
Tidak diragukan lagi bahwa kekuatan politik mereka
menyusahkan raja-raja Eropa. Tetapi ada segi lain dari para Templar yang segera
mengganggu kalangan kependetaan: ordo tersebut sedikit demi sedikit telah
menyeleweng dari iman Kristen, dan sewaktu di Yerusalem telah mengambil
sejumlah doktrin mistik yang asing. Berkembang juga desas-desus bahwa mereka
menyelenggarakan ritus-ritus aneh untuk memberi bentuk pada doktrin mereka.
Akhirnya, pada tahun 1307, Raja Prancis Philip le Bel
memutuskan untuk menangkap anggota-anggota ordo ini. Sebagiannya berhasil
melarikan diri tetapi kebanyakan mereka tertangkap. Paus Clement V juga
bergabung dalam pembersihan ini. Setelah periode panjang interogasi dan
pengadilan, banyak anggota Templar mengakui keyakinan 'bidah' mereka, bahwa
mereka menolak iman Kristiani dan menghina Yesus dalam misa mereka. Akhirnya,
para pemimpin Templar, yang dinamai “Imam Besar (Grand Master)”, mulai dari
yang terpenting dari mereka, Jacques de Molay, dihukum mati pada tahun 1314
atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan mereka dijebloskan ke dalam penjara,
dan ordo tersebut tumpas dan secara resmi menghilang.
Segolongan ahli sejarah cenderung melukiskan sidang
pengadilan para Templar sebagai konspirasi dari Raja Prancis, dan menggambarkan
para ksatria itu tak bersalah atas segala dakwaan. Tetapi, cara interpretasi
ini keliru dalam beberapa segi. Nesta H. Webster, ahli sejarah Inggris terkenal
dengan begitu banyak mengetahui sejarah okultisme, menganalisis berbagai aspek
ini dalam bukunya, Secret Societies And Subversive Movements. Menurut
Webster, kecenderungan untuk melepaskan para Templar dari bidah yang mereka
akui dalam masa pengadilan tidak tepat. Pertama, selama interogasi, walau
secara umum terjadi, tidak semua Templar disiksa:
Lagipula, apakah pengakuan mereka
tampak seperti hasil imajinasi murni orang-orang yang disiksa? Tentunya sukar
dipercaya bahwa cerita tentang upacara pembaiatan — yang disampaikan dengan
rinci oleh orang-orang di berbagai negara, dituturkan dalam kalimat yang
berbeda, namun semuanya saling menyerupai — merupakan karangan semata-mata.
Jika para korban dipaksa untuk mengarang-ngarang, cerita mereka tentu akan
saling bertentangan; segala macam ritus liar dan fantastis diteriakkan dengan
penuh kesakitan untuk memenuhi tuntutan interogator mereka. Tetapi sebaliknya,
masing-masing tampak seperti mendeskripsikan upacara yang sama, baik lengkap
maupun tidak, dengan sentuhan personal si pembicara, dan pada dasarnya semua
cerita tersebut cocok. 6
Bagaimanapun juga, sidang
pengadilan para Templar berakhir dengan tumpasnya ordo tersebut. Tetapi,
walaupun sudah dibubarkan “secara resmi”, ia tidak benar-benar musnah. Selama penangkapan
tiba-tiba pada tahun 1307, beberapa Templar lolos, dan berhasil menutupi jejak
mereka. Menurut tesis yang berdasarkan pada berbagai dokumen sejarah, sejumlah
besar mereka berlindung di satu-satunya kerajaan di Eropa yang tidak mengakui
kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu Skotlandia. Di sana,
mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, Robert
the Bruce. Tak lama kemudian, mereka menemukan penyamaran yang tepat untuk
melanjutkan gerakan rahasia mereka: mereka menyusup ke dalam gilda (serikat
sekerja) terpenting di Kepulauan Inggris abad pertengahan — loge (pemondokan)
para tukang batu, dan segera, mereka menguasai loge-loge ini sepenuhnya. 7
Loge para tukang batu berganti nama pada awal era modern,
dengan “Loge masonik”. Ritus Skot merupakan cabang Masonry tertua, dan berasal
mula di awal abad keempat belas, dari para Templar yang berlindung di
Skotlandia. Dan, nama-nama yang diberikan kepada tingkat tertinggi dalam Ritus
Skot adalah gelar-gelar yang diberikan kepada para ksatria dalam ordo Templar
berabad-abad sebelumnya.
Pendeknya, para Templar tidak tertumpas, sebaliknya
filsafat serta berbagai kepercayaan dan upacara mereka tetap berlangsung di
balik samaran Freemasonry. Tesis ini didukung oleh banyak bukti sejarah, dan
diterima saat ini oleh banyak ahli sejarah Barat, baik mereka anggota
Freemasonry ataupun tidak. Dalam buku kami, Ordo Masonik Baru, bukti ini dikaji
secara terperinci.
Tesis yang mengusut akar Masonry ke Ordo Templar
seringkali dirujuk di dalam majalah-majalah yang diterbitkan oleh para Mason
untuk kalangannya sendiri. Para Mason sangat menerima pendapat ini. Salah satu
majalah ini bernama Mimar Sinan (terbitan Freemason Turki), yang menggambarkan
hubungan antara Ordo Templar dengan Freemasonry dalam kata-kata berikut ini:
Di tahun 1312, ketika Raja Prancis, di bawah tekanan
Gereja, membubarkan Ordo Templar dan memberikan hak-hak mereka kepada para
Ksatria St. John di Yerusalem, aktivitas para Templar tidak berhenti. Sebagian
besar Templar berlindung di berbagai loge Freemason yang beroperasi di Eropa
pada saat itu. Pemimpin para Templar, Mabeignac, bersama beberapa anggota
lainnya, mendapatkan perlindungan di Skotlandia dengan menyamar sebagai seorang
tukang batu bernama Mac Benach. Raja Skot, Robert the Bruce, menyambut mereka
dan mengizinkan mereka mengembangkan pengaruh besar terhadap loge-loge Mason di
Skotlandia. Sebagai hasilnya, loge-loge Skot meraih peran penting dari sisi
keahlian dan ide-ide mereka.
Freemason masa kini menggunakan
nama Mac Benach dengan penuh hormat. Para Mason Skot, yang mewarisi pusaka para
Templar, mengembalikannya ke Prancis bertahun-tahun kemudian dan membangun
dasar bagi ritus yang dikenal sebagai Ritus Skot di sana. 8
Sekali lagi,
Mimar Sinan memberikan banyak informasi tentang hubungan antara Templar dan
Freemasonry. Di dalam
sebuah artikel berjudul “Templar dan Freemason” dinyatakan bahwa “ritual-ritual
upacara pembaiatan Ordo Templar menyerupai Freemasonry masa kini.” 9 Menurut artikel yang sama, sebagaimana
di dalam Masonry, para anggota Ordo Templar saling memanggil “saudara”. 10 Pada bagian akhir artikel tersebut,
tercantum:
Ordo Templar dan organisasi Mason
saling memengaruhi dengan sangat mencolok. Bahkan ritual-ritual dari berbagai
lembaga begitu mirip sehingga bagaikan disalin dari para Templar. Dalam hal
ini, para Mason telah mengidentifikasi diri mereka kepada para Templar begitu
jauh dan dapat dikatakan bahwa apa yang dipandang sebagai esoterisme
(kerahasiaan) asli Masonik sampai tingkatan yang penting merupakan warisan dari
para Templar. Ringkasnya, sebagaimana kami sebutkan pada judul esei ini, kita
dapat katakan bahwa titik berangkat dari seni megah Freemansory dan garis
esoteris—awalnya milik para Templar dan ujung panahnya milik para Freemason.11
Akhirnya, kami katakan, jelas bahwa Freemasonry mengakar
hingga ke Ordo Templar, dan bahwa para Mason telah mengadopsi filsafat ordo
ini. Para Mason sendiri menerimanya. Tetapi sudah tentu, hal penting bagi
pembahasan kita adalah sifat dasar dari filsafat ini. Apa yang membawa mereka
ke situ? Mengapa mereka mengalami perubahan seperti itu di Yerusalem? Apa
dampak dari filsafat yang diadopsi para Templar ini, melalui perantaraan
Masonry, kepada dunia?
PARA TEMPLAR DAN KABBALAH
Sebuah buku yang ditulis oleh dua orang Mason,
Christopher Knight dan Robert Lomas, yang berjudul the Hiram Key mengungkapkan
beberapa fakta penting tentang akar Freemasonry. Menurut para penulis ini,
jelas sekali bahwa Masonry adalah kesinambungan dari para Templar. Namun,
selain itu para penulis juga mengkaji asal usul para Templar.
Menurut tesis mereka, para Templar mengalami perubahan
besar ketika mereka berada di Yerusalem. Di tempat asal agama Kristen ini, mereka
justru mengadopsi doktrin-doktrin lain. Pada akarnya terdapat sebuah rahasia
yang mereka temukan di dalam kuil Sulaiman di Yerusalem, yang reruntuhannya
mereka selidiki. Para penulis menjelaskan bahwa para Templar berdalih dengan
peranan mereka yang diakui sebagai pelindung peziarah Kristen yang mengunjungi
Palestina, tetapi tujuan mereka yang sebenarnya sangat berbeda:
Tidak ada bukti bahwa para
Templar pendiri ini pernah memberi perlindungan kepada peziarah, tetapi
sementara itu kita segera menemukan bahwa terdapat bukti yang meyakinkan bahwa
mereka memang melakukan penggalian yang intensif di bawah reruntuhan Kuil
Herod….12
Para penulis Kunci Hiram bukanlah satu-satunya
yang menemukan bukti tentang ini. Sejarawan Prancis, Gaetan Delaforge membuat pernyataan
yang sama:
Tugas sebenarnya dari sembilan
ksatria itu adalah melakukan penyelidikan di daerah tersebut untuk mendapatkan
berbagai barang peninggalan dan naskah yang berisi intisari dari
tradisi-tradisi rahasia Yahudi dan Mesir kuno.13
Pada akhir abad kesembilan belas,
Charles Wilson dari Royal Engineers mulai melakukan riset arkeologis di
Yerusalem. Dia sampai kepada pendapat bahwa para Templar telah mendatangi
Yerusalem untuk mempelajari reruntuhan kuil tersebut. Wilson menemukan
jejak-jejak penggalian dan ekskavasi di bawah pondasi kuil tersebut, dan
menyimpulkan bahwa hal ini dilakukan dengan peralatan milik para Templar.
Barang-barang ini masih ada di dalam koleksi Robert Brydon, yang memunyai arsip
yang sangat luas tentang informasi mengenai para Templar.14
Para penulis The Hiram Key berpendapat bahwa
penggalian-penggalian para Templar ini bukannya tanpa hasil; karena di
Yerusalem ordo tersebut menemukan berbagai peninggalan tertentu yang mengubah
cara mereka memandang dunia. Selain itu, banyak peneliti berpendapat serupa.
Mestilah ada sesuatu yang menuntun para Templar, walau pada faktanya mereka
sebelumnya adalah pengikut Kristen dan datang dari bagian dunia Kristen, untuk
mengadopsi suatu sistem keimanan dan filsafat yang sepenuhnya berbeda dari
agama Kristen, merayakan misa-misa bidah, dan melakukan berbagai upacara sihir.
Menurut pandangan umum dari banyak peneliti, “sesuatu”
itu adalah Kabbalah (Qabbala).
Arti kata Kaballah adalah “tradisi lisan”. Berbagai
ensiklopedia dan kamus mendefinisikannya sebagai suatu cabang mistik agama
Yahudi dan hanya dipahami sedikit orang. Menurut definisi ini, Kabbalah
mempelajari arti tersembunyi dari Taurat dan naskah agama Yahudi. Tetapi,
ketika kita mengkaji masalah ini lebih dekat, kita menemukan berbagai faktanya
adalah sesuatu yang sama sekali berbeda. Fakta-fakta ini membawa kita kepada
kesimpulan bahwa Kabbalah adalah suatu sistem yang berakar kepada penyembahan
dan pemujaan berhala; bahwa ia ada sebelum Taurat, dan menjadi tersebar luas
bersama agama Yahudi setelah Taurat diturunkan.
Fakta yang menarik tentang Kabbalah ini dijelaskan oleh
sumber yang sama menariknya. Murat Ozgen, seorang Freemason Turki, menulis
sebagai berikut ini di dalam bukunya, Masonluk Nedir ver Nasildir? (Apa dan
Seperti Apa Freemasonry Itu?):
Kita tidak mengetahui dengan
jelas dari mana Kabbalah datang atau bagaimana ia berkembang. Ia adalah nama
umum untuk sebuah filsafat yang unik, berbentuk metafisik, esoterik, dan
mistik, yang terutama berhubungan dengan agama Yahudi. Ia diterima sebagai ilmu
kebatinan Yahudi, tetapi sebagian elemen yang dikandungnya menunjukkan bahwa ia
terbentuk jauh lebih dahulu dari Taurat.15
Ahli sejarah Prancis, Gougenot
des Mousseaux, menjelaskan bahwa Kabbalah memang jauh lebih tua daripada agama
Yahudi.16
Ahli sejarah
Yahudi, Theodore Reinach, mengatakan bahwa Kabbalah merupakan “suatu racun
teramat halus yang menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi.” 17 Solomon
Reinach mendefinisikan Kabbalah sebagai “salah satu penyimpangan pikiran
manusia yang terburuk”.18
Alasan Reinach menyatakan Kabbalah sebagai “salah satu
penyimpangan pikiran manusia yang terburuk” adalah karena doktrinnya sebagian
besar berhubungan dengan ilmu sihir. Selama ribuan tahun, Kabbalah telah
menjadi salah satu batu pondasi bagi setiap jenis upacara sihir. Para rabbi
yang mempelajari Kabbalah dipercaya memiliki kekuatan gaib yang besar. Juga,
banyak non-Yahudi yang telah terpengaruh dengan Kabbalah, dan mencoba
memraktikkan ilmu sihir dengan menggunakan doktrin-doktrinnya. Kecenderungan
esoterik yang terjadi di Eropa selama akhir Abad Pertengahan, khususnya
sebagaimana yang dipraktikkan oleh para ahli alkimia, sangat banyak yang
berakar dari Kabbalah.
Hal ini sungguh aneh, jika kita memandang Yahudi sebagai
sebuah agama Monoteistik, yang diawali dengan turunnya Taurat kepada Musa a.s.
Kenyataannya, di dalam agama ini ada sebentuk sistem yang disebut Kabbalah,
yang mengadopsi praktik-praktik dasar sihir yang dilarang oleh agama. Hal ini
memperkuat apa yang telah disebutkan sebelumnya, dan menunjukkan bahwa Kabbalah
sebenarnya merupakan elemen yang menyusup ke dalam agama Yahudi dari luar.
Tetapi, apa sumber dari elemen ini?
Ahli sejarah Yahudi Fabre
d'Olivet menyebutkan bahwa Kabbalah berasal dari Mesir Kuno. Menurut penulis
ini, Kabbalah mengakar hingga ke Mesir Kuno. Kabbalah merupakan suatu tradisi
yang dipelajari oleh sebagian pemimpin Bani Israil di Mesir Kuno, dan
diteruskan sebagai tradisi dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.19
Karena itulah, kita harus menengok ke Mesir Kuno untuk
menemukan sumber utama dari rantai Kabbalah-Templar- Freemasonry ini.
AHLI-AHLI SIHIR MESIR KUNO
Mesir Kuno dengan para fir'aunnya adalah salah satu
peradaban tertua di dunia; juga yang paling penindas. Monumen-monumen megah
yang masih tersisa dari Mesir Kuno — berbagai piramid, sphinx, dan obelisk —
dibangun oleh ratusan ribu budak, yang bekerja hingga hampir mati, di bawah
lecutan cambuk dan ancaman kelaparan. Para Fir'aun, penguasa absolut di Mesir,
ingin direpresentasikan sebagai dewa dan disembah oleh manusia.
Salah satu sumber pengetahuan tentang Mesir Kuno adalah
berbagai prasasti mereka. Prasasti-prasasti ini ditemukan di abad kesembilan
belas dan setelah kerja keras, abjad Mesir dapat diuraikan, memperjelas begitu
banyak informasi tentang negeri ini. Namun, karena ditulis oleh ahli sejarah
resmi negara, berbagai prasasti ini penuh dengan cerita-cerita yang bias yang
dimaksudkan untuk memuja-muja negara.
Bagi kita, tentu saja, sumber pengetahuan terbaik tentang
masalah ini adalah Quran.
Di dalam Al Quran, di dalam kisah Musa, kita memperoleh
informasi penting tentang sistem di Mesir. Ayat-ayat tersebut mengungkapkan
bahwa terdapat dua titik fokus kekuatan di Mesir: Fir’aun dan dewan
pembesarnya. Dewan ini memiliki pengaruh penting terhadap Fir’aun. Fir’aun
sering berkonsultasi dengan mereka dan senantiasa mengikuti anjuran mereka.
Ayat yang dikutip di bawah menunjukkan pengaruh dewan ini terhadap Fir’aun:
“Dan Musa
berkata: "Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari
Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah,
kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang
nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (pergi) bersama aku".
Fir’aun
menjawab: "Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti
itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar".
Maka Musa
menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang
sebenarnya.
Dan ia
mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya
(kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya.
Pemuka-pemuka
kaum Fir’aun berkata: "Sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai
yang bermaksud hendak mengeluarkan kamu dari negerimu". (Fir’aun berkata):
"Maka apakah yang kamu anjurkan?"
Pemuka-pemuka
itu menjawab: "Beri tangguhlah dia dan saudaranya serta kirimlah ke
kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir), supaya
mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai". (QS. Al A'raaf, 7:
104-112) !
Patut diperhatikan bahwa perkataan tersebut diutarakan
oleh suatu dewan yang menasihati Fir’aun, yang menghasutnya melawan Musa, dan
merekomendasikan kepadanya metode-metode tertentu. Jika kita amati catatan
sejarah Mesir, kita melihat bahwa dua komponen utama dewan ini adalah tentara
dan pendeta.
Tidak perlu dijelaskan lagi pentingnya tentara; ia
merupakan kekuatan militer utama dari rezim Fir'aun. Tetapi, kita mesti
mengamati lebih dekat lagi peranan para pendeta. Para pendeta Mesir Kuno
merupakan golongan yang disebutkan di dalam Al Quran sebagai ahli-ahli sihir.
Mereka merepresentasikan sekte yang mendukung rezim. Mereka dipercayai memiliki
kekuatan khusus dan menguasai pengetahuan rahasia. Dengan otoritas ini mereka
memengaruhi rakyat Mesir, dan mengukuhkan posisi mereka di dalam pemerintahan
Fir'aun. Golongan ini, yang diketahui dari catatan sejarah Mesir sebagai “Para
Pendeta Amon”, memusatkan perhatian mereka untuk memraktikkan ilmu sihir dan
memimpin sekte pagan mereka; selain itu, mereka juga mempelajari beragam ilmu
pengetahuan seperti astronomi, matematika, dan geometri.
Golongan pendeta ini adalah sebuah ordo tertutup yang
memiliki (begitu yang mereka anggap) pengetahuan khusus. Ordo semacam ini
biasanya dikenal sebagai organisasi esoterik. Di dalam majalah bernama Mason
Dergisi (Jurnal Masonik), terbitan yang tersebar di antara pengikut, secara
khusus disebutkan tentang pendeta-pendeta Mesir Kuno.
Bersamaan dengan berkembangnya
pemikiran pada manusia, ilmu pengetahuan mengalami kemajuan dan bersama itu,
jumlah rahasia pun meningkat di dalam pengetahuan pada sistem esoterik. Dalam
perkembangan ini, kegiatan esoterik, yang pertama muncul di Timur, di Cina dan
Tibet, dan kemudian menyebar ke India, Mesopotamia, dan Mesir, membentuk basis
pengetahuan kependetaan yang telah dipraktikkan selama ribuan tahun dan
membentuk basis kekuatan pendeta di Mesir.20
Bagaimana terjadinya hubungan antara filsafat esoterik
para pendeta Mesir Kuno dan Freemason saat ini? Mesir Kuno suatu contoh klasik
di dalam Al Quran tentang sistem politik tanpa tuhan musnah ribuan tahun yang
lalu. Mungkinkah ia memunyai pengaruh sekarang ini?
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan ini, kita harus
mencermati berbagai kepercayaan para pendeta Mesir Kuno yang berhubungan dengan
asal usul alam semesta dan kehidupan.
KEPERCAYAAN
MESIR KUNO DALAM
EVOLUSI KAUM
MATERIALIS
Di dalam buku mereka, The Hiram Key, penulis Mason
berkebangsaan Inggris, Christopher Knight dan Robert Lomas, berpendapat bahwa
Mesir Kuno memiliki posisi penting dipandang dari segi asal usul Masonry.
Menurut kedua penulis ini, gagasan terpenting yang telah mencapai Masonry
modern dari Mesir Kuno adalah tentang alam semesta yang ada oleh dan dari
dirinya sendiri, lalu berkembang melalui kebetulan. Mereka menjelaskan gagasan
yang menarik ini dengan kata-kata berikut:
Orang Mesir percaya bahwa materi selalu
ada; mereka menganggap tidak logis pendapat tentang sebentuk tuhan yang membuat
sesuatu dari ketiadaan mutlak. Mereka berpandangan bahwa permulaan dunia adalah
ketika keteraturan muncul dari kekacauan, dan semenjak itu terjadi pertarungan
antara kekuatan pengaturan dan kekacauan… keadaan kacau
ini dinamai Nun, dan seperti penggambaran orang Sumeria…, yang ada hanyalah
adalah sebuah jurang dalam, berair, gelap tanpa cahaya matahari yang padanya
terdapat suatu kekuatan, daya penciptaan yang memerintahkan keteraturan
bermula. Kekuatan laten
di dalam zat kekacauan ini tidak mengetahui keberadaan dirinya; ia adalah suatu
kemungkinan, sebuah potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. 21
Akan
teramati bahwa kepercayaan yang dideskripsi di atas selaras dengan apa yang
menjadi pendirian materialis masa kini, yang didukung oleh agenda komunitas
ilmiah dengan berbagai istilah seperti “teori evolusi”, “teori chaos”, dan
“pengaturan esensial dari materi”. Knight dan Lomas meneruskan pembahasan
terdahulu dengan mengutarakan:
Yang menakjubkan, penggambaran tentang penciptaan ini dengan
sempurna mendeskripsikan pandangan yang dipegang oleh sains modern, terutama
“teori chaos” yang telah menunjukkan berbagai desain ruwet yang berkembang dan
berulang secara matematis di dalam peristiwa-peristiwa sama sekali tak
terstruktur. 22
Knight
dan Lomas mengklaim bahwa terdapat keselarasan antara kepercayaan Mesir Kuno
dengan sains modern, tetapi apa yang mereka maksudkan dengan sains modern,
sebagaimana telah kami tekankan, adalah konsep-konsep materialis seperti teori
evolusi dan teori chaos. Walau pada kenyataannya teori-teori ini tidak memiliki
dasar ilmiah, mereka telah dipaksakan pada bidang sains selama dua abad lalu,
dan ditampilkan seakan memiliki kelayakan ilmiah. (Pada bagian
berikut kita akan mengkaji siapa yang telah memaksakan teori-teori ini pada
dunia ilmiah.)
Sekarang, kita sampai ke poin penting dari tahapan buku
ini. Mari kita ringkaskan apa yang telah kita temukan sejauh ini.
1. Kita memulai pembahasan dengan membicarakan Ordo
Templar yang dianggap sebagai asal muasal Freemasonry. Kita telah melihat
bahwa, walaupun didirikan sebagai sebuah ordo Kristen, Templar dipengaruhi oleh
doktrin-doktrin rahasia yang mereka temukan di Yerusalem, lalu meninggalkan
sepenuhnya agama Kristen dan menjadi organisasi antiagama yang memraktikkan
ritus-ritus bidah.
2. Ketika kita mempertanyakan doktrin apa ini yang
memengaruhi Templar, kita temukan bahwa ia pada dasarnya adalah Kabbalah.
3. Ketika kita mengkaji Kabbalah, kita menemukan bukti
bahwa, betapapun banyaknya ia mungkin menyerupai mistisisme Yahudi, ia adalah
sebuah doktrin pagan yang lebih tua dari agama Yahudi, yang kemudian
menyusupinya, dan bahwa akarnya yang sebenarnya ditemukan di Mesir Kuno.
4. Mesir Kuno diperintah oleh sistem pagan Fir'aun, dan
di sana kita temukan sebuah gagasan yang membentuk dasar dari filsafat ateistis
modern: bahwa alam semesta ada dengan sendirinya, dan berkembang oleh
kebetulan.
Semua ini jelas melukis sebuah gambar yang menarik.
Apakah dengan kebetulan belaka filsafat para pendeta dari Mesir Kuno masih
tumbuh pesat, dan bahwa terdapat jejak rantai (Kabbalah-Templar-Masonry) yang
bertanggung jawab meneruskan supremasi filsafat ini ke masa kini?
Mungkinkah para Mason, yang telah membuat jejak mereka di
sejarah dunia semenjak abad kedelapan belas, dengan menimbulkan berbagai
revolusi, mengemukakan sistem-sistem filsafat dan politis, merupakan pewaris
dari para ahli sihir di Mesir Kuno?
Untuk
memperjelas jawaban dari pertanyaan itu, pertama kali kita harus mengkaji lebih
dekat lagi berbagai peristiwa sejarah yang hingga sekarang hanya kita uraikan
dengan singkat.
-II-
Kisah di Balik Kabbalah
“Keluaran”
adalah judul kitab kedua dari Taurat. Kitab ini menceritakan bagaimana
bani Israil, di bawah pimpinan Musa, meninggalkan Mesir dan melarikan diri dari
kekejaman Fir’aun. Fir’aun memperbudak bani Israil dan tidak mau membebaskan
mereka. Tetapi, ketika berhadapan dengan mukjizat yang ditunjukkan Allah
melalui Musa, dan berbagai bencana ditimpakan kepada rakyatnya, Fir’aun
melunak. Maka, suatu malam bani Israil berkumpul, dan memulai migrasi mereka
keluar dari Mesir. Kemudian, Fir’aun menyerang bani Israil, tetapi Tuhan
menyelamatkan mereka dengan mukjizat selanjutnya melalui Musa.
Tetapi, di dalam Al Quran lah kita menemukan kisah yang
paling akurat tentang eksodus dari Mesir, karena Taurat telah mengalami banyak
perubahan teks dari apa yang asalnya diturunkan kepada Musa. Sebuah bukti
penting tentang ini adalah bahwa isi kelima kitab Taurat — Kejadian, Keluaran,
Imamat, Bilangan, dan Ulangan — banyak yang saling bertentangan. Fakta bahwa kitab
Ulangan ditutup dengan kisah kematian dan penguburan Musa merupakan bukti yang
tak dapat disangkal bahwa bagian ini sudah pasti ditambahkan setelah kematian
Musa.
Di dalam Al Quran, pada pengisahan tentang keluarnya bani
Israil dari Mesir, sebagaimana juga pada semua kisah lain yang berhubungan
dengannya, tidak ada sedikit pun pertentangan; kisah tersebut diceritakan
kembali dengan jelas. Bahkan, seperti pada kisah-kisah lain, Allah
mengungkapkan banyak kebijaksanaan dan rahasia di dalamnya. Karena
itulah, ketika kita mengkaji kisah-kisah ini dengan cermat, kita dapat menarik
banyak pelajaran dari mereka.
ANAK SAPI EMAS
Salah satu fakta penting sehubungan dengan eksodus bani
Israil dari Mesir, sebagaimana diceritakan di dalam Al Quran, bahwa mereka
mengingkari agama yang diturunkan Allah kepada mereka walaupun Ia telah
menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir'aun melalui Musa. Bani Israil tidak
mampu memahami ajaran tauhid yang disampaikan Musa kepada mereka, dan terus
cenderung kepada penyembahan berhala.
Al Quran menggambarkan kecenderungan yang aneh ini pada
ayat berikut:
“Dan Kami
seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai pada
suatu kaum yang tetap meyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai
Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai
beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: " Sesungguhnya kamu ini
adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Sesungguhnya
mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang
selalu mereka kerjakan.” (QS. Al A'raaf, 7: 138-139) !
Walau telah diperingatkan oleh Musa, bani Israil tetap
dalam penentangan mereka, dan ketika Musa meninggalkan mereka, mendaki Gunung
Sinai seorang diri, penentangan itu tampak sepenuhnya. Dengan memanfaatkan
ketiadaan Musa, tampillah seorang bernama Samiri. Dia meniup-niup kecenderungan
bani Israil terhadap keberhalaan, dan membujuk mereka untuk membuat patung
seekor anak sapi dan menyembahnya.
“Kemudian Musa
kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai
kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka
apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar
kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan
aku?".
Mereka
berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan
kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu,
maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",
kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan
Musa, tetapi Musa telah lupa." (QS. Thahaa, 20: 86-88)
Mengapa ada kecenderungan yang gigih di kalangan bani
Israil untuk membangun berhala dan menyembahnya? Dari mana kecenderungan ini
bersumber?
Sudah tentu, suatu masyarakat yang sebelumnya tidak
pernah menyembah berhala tidak akan secara tiba-tiba berkelakuan bodoh seperti
membangun patung dan menyembahnya. Hanya mereka yang memiliki kecenderungan
alami terhadap berhala yang akan memercayai omong kosong semacam itu.
Namun, bani Israil dahulunya adalah kaum yang mengimani
satu Tuhan semenjak masa leluhur mereka Ibrahim. Nama "bani Israil"
atau "Anak-Anak Israil" pertama kali diberikan kepada putra-putra
Ya'kub, cucu Ibrahim, dan setelahnya semua bangsa Yahudi merupakan
keturunannya. Bani Israil telah menjaga iman tauhid yang mereka warisi dari
leluhur mereka Ibrahim, Ishak, dan Ya'kub, 'alaihim salam. Bersama Yusuf as.,
mereka pergi ke Mesir dan memelihara monoteisme mereka dalam jangka waktu yang
panjang, walaupun faktanya mereka hidup di tengah keberhalaan Mesir. Jelaslah
dari kisah yang disebutkan di dalam Al Quran bahwa ketika Musa datang kepada
mereka, bani Israil adalah kaum yang mengimani satu Tuhan.
Satu-satunya penjelasan untuk ini adalah bahwa bani
Israil, betapapun banyaknya mereka menganut kepercayaan Monoteistik,
terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup bersama mereka, dan mulai meniru mereka,
menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka oleh Allah dengan penyembahan
berhala dari negeri-negeri asing.
Ketika kita mengkaji masalah ini di bawah keterangan
catatan sejarah, kita amati bahwa sekte pagan yang memengaruhi bani Israil
adalah yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung
kesimpulan ini adalah bahwa anak
sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung
Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari
berhala Mesir, Hathor dan Aphis. Dalam bukunya, Too Long in the Sun, penulis Kristen
Richard Rives menulis:
Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa
Mesir, merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka
hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak
sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan
bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari…. 23
Pengaruh
agama pagan bangsa Mesir terhadap bani Israil terjadi dalam banyak tahapan yang
berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum pagan, kecenderungan ke arah
kepercayaan bidah ini muncul dan, sebagaimana disebutkan dalam ayat, mereka
berkata, “Hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa
tuhan (berhala).” (QS. Al A'raaf, 7: 138) Apa yang mereka ucapkan
kepada Nabi mereka, "Hai
Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang."
(QS. Al Baqarah, 2: 55 )
menunjukkan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk menyembah benda nyata
yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada agama pagan bangsa
Mesir.
Kecenderungan
bani Israil terhadap paganisme Mesir Kuno, yang telah kita gambarkan di sini,
penting untuk dipahami dan memberi kita wawasan tentang perubahan dari teks
Taurat dan asal usul dari Kabbalah. Jika kita pikirkan kedua topik ini dengan
hati-hati, kita akan mencermati bahwa, pada sumbernya, ditemukan paganisme
Mesir Kuno dan filsafat materialis.
DARI MESIR KUNO KE KABBALAH
Semasa
Musa masih hidup, bani Israil telah mulai membuat tiruan dari berhala-berhala
yang mereka lihat di Mesir dan menyembahnya. Setelah Musa wafat, makin sedikit
yang menghalangi mereka dari penyelewengan lebih jauh ke kedurhakaan. Tentu
saja, hal ini tidak terjadi pada semua orang Yahudi, tetapi sebagian mereka
memang mengadopsi paganisme bangsa Mesir. Tentu saja, mereka meneruskan
doktrin-doktrin kependetaan Mesir (para ahli sihir Fir'aun), yang menjadi
pondasi bagi kepercayaan kaum itu, dan merusak keimanan mereka sendiri dengan
memasukkan doktrin-doktrin ini ke dalamnya.
Doktrin
yang dimasukkan ke dalam agama Yahudi dari Mesir Kuno adalah Kabbalah. Seperti
sistem dari para pendeta Mesir, Kabbalah merupakan sistem esoterik, dan
berlandaskan pada praktik sihir. Yang menarik, Kabbalah memberikan penuturan
yang sangat berbeda tentang penciptaan daripada yang ditemukan di dalam Taurat,
yakni penceritaan materialis, yang berdasarkan kepada gagasan Mesir Kuno
tentang keberadaan kekal dari materi. Murat Ozgen, seorang Freemason
berkebangsaan Turki, membahas topik ini sebagai berikut:
Jelaslah bahwa Kabbalah disusun bertahun-tahun sebelum
keberadaan Taurat. Bagian paling penting dari Kabbalah adalah sebuah teori
tentang pembentukan alam semesta. Teori ini sangat berbeda dengan kisah
penciptaan yang diterima oleh agama-agama ketuhanan. Menurut Kabbalah, pada
awal penciptaan, muncullah benda-benda yang disebut Sefiroth, artinya
“lingkaran-lingkaran” atau “orbit-orbit”, yang mengandung baik sifat material
maupun spiritual. Benda-benda ini berjumlah 32. Sepuluh yang pertama
merepresentasikan massa bintang-bintang di angkasa. Keistimewaan Kabbalah ini
menunjukkan bahwa ia berhubungan erat dengan sistem kepercayaan astrologis
kuno…. Jadi, Kabbalah jauh dari agama Yahudi dan berhubungan erat dengan
agama-agama kuno yang misterius dari Timur. 24
Dengan
mengadopsi doktrin-doktrin materialis dan esoterik dari bangsa Mesir Kuno yang
berlandaskan ilmu sihir ini, bangsa Yahudi mengabaikan larangan Taurat tentang
hal itu. Mereka mengambil ritual sihir dari bangsa pagan lain dan
seterusnya, Kabbalah menjadi doktrin mistis di dalam agama Yahudi, tetapi
bertentangan dengan Taurat. Di
dalam buku berjudul Secret Societies and Subversive Movements, penulis
Inggris Nesta H. Webster menyatakan:
Seperti kita ketahui, Ilmu sihir telah dipraktikkan oleh
bangsa Kanaan sebelum pendudukan Palestina oleh bani Israel ; Mesir , India ,
dan Yunani juga memiliki tukang tenung dan peramal. Walaupun di dalam
Hukum-Hukum Musa terkandung pelarangan atas ilmu sihir, bangsa
Yahudi, dengan mengesampingkan peringatan ini, tertular dan mencampurkan tradisi suci yang mereka
warisi dengan pemikiran-pemikiran yang sebagian dipinjam dari bangsa lain dan
sebagian karangan mereka sendiri. Secara bersamaan, sisi
spekulatif dari Kabbalah Yahudi meminjam dari filsafat Persia Magi,
Neo-Platonis, dan Neo-Phytagorean. Maka, terdapat justifikasi bagi pendapat
kelompok anti-Kabbalah bahwa apa yang kita kenal sebagai Kabbalah saat ini
tidaklah murni asli dari Yahudi. 25
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan
pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya
syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri
Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu),
sebab itu janganlah kamu kafir".
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya
kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat
kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini
bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual
dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Baqarah, 2: 102) !
Ayat ini memperlihatkan bahwa kalangan tertentu bangsa
Yahudi, walau mengetahui bahwa akan celaka di hari akhirat, mempelajari dan
mengambil praktik-praktik sihir. Dengan demikian, mereka menyimpang dari hukum
yang telah diturunkan Allah kepada mereka. Karena telah menjual jiwa mereka
sendiri, terperosoklah mereka ke dalam paganisme (doktrin-doktrin sihir).
“Mereka telah menjual diri” untuk sesuatu yang jahat, dengan kata lain,
meninggalkan keimanan mereka.
Fakta-fakta yang diungkapkan dalam ayat ini menunjukkan
sifat utama dari sebuah konflik penting dalam sejarah Yahudi. Pertarungan ini,
pada satu sisi, adalah antara nabi-nabi yang dikirimkan Allah kepada bangsa
Yahudi dan golongan Yahudi yang beriman yang menaati mereka, dan pada sisi
lain, golongan Yahudi yang durhaka yang mengingkari perintah-perintah Allah,
meniru-niru budaya pagan dari kaum di sekitar mereka, dan mengikuti
praktik-praktik budaya tersebut, bukannya hukum Allah.
DOKTRIN PAGAN YANG DISISIPKAN
KE DALAM TAURAT
Penting
untuk dicermati bahwa dosa-dosa dari kaum Yahudi yang ingkar seringkali
diceritakan di dalam kitab suci Yahudi sendiri, Perjanjian Lama. Di dalam kitab
Nehemiah, sebentuk kitab sejarah di dalam Perjanjian Lama, kaum Yahudi mengakui
dosa mereka dan menyesal:
“Keturunan
orang Israel
memisahkan diri dari semua orang asing, lalu berdiri di tempatnya dan mengaku
dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka. Sementara mereka berdiri di
tempat dibacakanlah bagian-bagian daripada kitab Taurat TUHAN, Allah mereka,
selama seperempat hari, sedang seperempat hari lagi mereka mengucapkan
pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka. Di atas tangga
tempat orang-orang Lewi berdirilah Yesua, Bani dan Kenani. Dengan suara yang
nyaring mereka berseru kepada TUHAN, Allah mereka.
… (Mereka berkata:) “…Mereka
(nenek moyang kami) mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu. Mereka membelakangi
hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud
membuat mereka berbalik kepada-Mu. Mereka berbuat nista yang besar .
Lalu Engkau menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan
mereka. Dan pada waktu kesusahan mereka berteriak kepada-Mu, lalu Engkau
mendengar dari langit dan karena kasih sayang-Mu yang besar Kau berikan kepada
mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka. Tetapi
begitu mereka mendapatkan keamanan, kembali mereka berbuat jahat di hadapan-Mu.
Dan Engkau menyerahkan mereka ke tangan musuh-musuh mereka yang menguasai
mereka. Kembali mereka berteriak kepada-Mu, dan Engkau mendengar dari langit,
lalu menolong mereka berulang kali, karena kasih sayang-Mu dan mereka berdosa terhadap
peraturan-peraturan-Mu, yang justru memberi hidup kepada orang yang
melakukannya. Mereka melintangkan bahu untuk melawan,
mereka bersitegang leher dan tidak mau dengar.
… Tetapi karena kasih sayang-Mu yang besar Engkau tidak
membinasakan mereka sama sekali dan tidak meninggalkan mereka, karena Engkaulah
Allah yang pengasih dan penyayang.
Sekarang, ya Allah kami, Allah yang Mahabesar, kuat, dan
dahsyat, … Tetapi Engkaulah yang benar dalam segala hal yang menimpa kami,
karena Engkau berlaku setia dan kamilah berbuat fasik. Juga
raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami, imam-imam kami, dan nenek moyang kami
tidak melakukan hukum-Mu. Mereka tidak memerhatikan
perintah-perintah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu yang Kauberikan kepada
mereka. Dalam kedudukan sebagai raja mereka tidak mau beribadah kepada-Mu,
walaupun Engkau telah mengaruniakan kepada mereka banyak kebaikan dan telah
menyediakan bagi mereka tanah yang luas dan subur. Mereka tidak berbalik dari
perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Nehemiah, 9: 2-4, 26-29, 31-35)
Bagian ini mengungkapkan keinginan yang dimiliki
segolongan kaum Yahudi untuk mengembalikan keimanan mereka kepada Tuhan, tetapi
dalam perjalanan sejarah Yahudi, segolongan lain perlahan meraih kekuatan,
mendominasi kaum Yahudi dan kemudian sepenuhnya mengubah agama itu sendiri.
Karena inilah, di dalam Taurat dan kitab-kitab lain pada Perjanjian Lama,
terdapat elemen-elemen yang berasal dari doktrin pagan yang bidah, di samping
yang disebutkan di atas, yang mengajak untuk kembali kepada agama yang benar. Misalnya:
· Pada kitab pertama dari Taurat,
disebutkan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam semesta dari ketiadaan dalam
enam hari. Ini benar dan berasal dari wahyu asli. Tetapi, kemudian disebutkan
bahwa Tuhan beristirahat di hari ketujuh, dan ini merupakan pernyataan yang
benar-benar palsu. Ini merupakan ide jahat yang berasal dari paganisme yang
memberikan sifat manusia kepada Tuhan. Pada sebuah ayat di dalam Al Quran,
Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak
ditimpa keletihan.” (QS. Qaaf, 50: 38) !
· Pada bagian-bagian lain dari Taurat,
terdapat gaya
penulisan yang tidak menghormati kemuliaan Tuhan, terutama pada bagian-bagian
di mana kelemahan manusia disifatkan kepada-Nya (Tuhan sudah pasti di atas itu
semua). Antropomorfisme ini dibuat untuk menyerupai kelemahan-kelemahan manusia
yang diberikan penganut pagan kepada tuhan-tuhan buatan mereka sendiri.
· Salah satu pernyataan yang menghina
itu adalah klaim bahwa Ya'kub, nenek moyang bani Israil, bergulat dengan Tuhan,
dan menang. Ini jelas sebuah cerita yang dibuat-buat untuk memberi bani Israil
keunggulan rasial, untuk menyamai perasaan rasial yang berkembang luas di
antara masyarakat pagan. (atau, di dalam kata-kata Al Quran: “kesombongan
jahiliyah”).
· Terdapat kecenderungan di dalam
Perjanjian Lama untuk menampilkan Allah sebagai tuhan kebangsaan bahwa Dia
hanyalah tuhan bagi bani Israil. Namun, Allah adalah Tuhan dan Penguasa
semesta alam serta seluruh umat manusia. Pemikiran tentang agama kebangsaan
ini, di dalam Perjanjian Lama, bersesuaian dengan kecenderungan paganisme, di
mana setiap suku menyembah tuhannya sendiri.
· Pada
sebagian kitab dari Perjanjian Lama (misalnya, Yosua) berbagai perintah
diberikan untuk melakukan kekejaman terhadap orang-orang non-Yahudi. Pembunuhan
massal diperintahkan, tanpa memandang wanita, anak-anak, atau orang tua.
Kekejaman tanpa belas kasihan ini sepenuhnya bertentangan dengan keadilan
Tuhan, dan mengingatkan kepada kebiadaban budaya pagan, yang menyembah
dewa-dewa perang yang mistis.
Berbagai pemikiran pagan yang
disusupkan ke dalam Taurat ini tentu mempunyai asal muasal. Pastilah ada orang
Yahudi yang mengambil, menghormati, dan menghargai suatu tradisi yang asing
bagi Taurat, dan mengubah Taurat dengan menambahkan ke dalamnya
pemikiran-pemikiran yang berasal dari tradisi yang mereka ikuti. Asal usul
tradisi ini merentang jauh hingga ke para pendeta Mesir Kuno (para ahli sihir
rezim Fir'aun). Ialah, tak lain, Kabbalah yang dibawa dari sana oleh sejumlah
orang Yahudi. Kabbalah mempunyai bentuk yang memungkinkan Mesir Kuno dan
doktrin pagan lainnya menelusup ke dalam agama Yahudi dan berkembang di dalamnya.
Para penganut Kabbalah, tentu saja, menyatakan bahwa Kabbalah hanyalah
memperjelas secara lebih rinci rahasia-rahasia yang tersembunyi di dalam
Taurat, tetapi, pada kenyataannya, sebagaimana dikatakan oleh ahli sejarah
Yahudi tentang Kabbalah, Theodore Reinach, Kabbalah adalah "suatu racun teramat halus yang menyusupi
dan memenuhi nadi agama Yahudi." 26
Maka,
sangat mungkin untuk menemukan di dalam Kabbalah jejak-jejak nyata dari
ideologi materialis dari bangsa Mesir Kuno.
KABBALAH, DOKTRIN YANG
BERTENTANGAN DENGAN KREASIONISME
Allah mengungkapkan di dalam Al Quran bahwa Taurat adalah
sebuah kitab suci yang diturunkan sebagai cahaya bagi manusia:
Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh
nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan
pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab
Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. (QS. Al Maidah, 5: 44)
Karenanya, Taurat, seperti Al Quran, adalah sebuah kitab
yang berisi ilmu dan perintah yang berhubungan dengan topik-topik seperti
keberadaan Allah, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, penciptaan manusia dan makhluk
lainnya, tujuan penciptaan manusia, dan hukum-hukum moral Allah bagi manusia.
(Namun, sekarang Taurat asli ini tidak ada lagi. Yang kita dapati sekarang
adalah versi Taurat yang telah “diubah-ubah” oleh tangan manusia).
Ada sebuah poin penting yang sama dimiliki Taurat yang
asli dan Al Quran: Allah merupakan sang Pencipta. Allah itu mutlak, dan telah
ada sejak waktu bermula. Segala sesuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya, yang
diciptakan-Nya dari ketiadaan. Dia telah menciptakan dan membentuk seluruh alam
semesta, benda-benda langit, materi-materi tak hidup, manusia, dan semua
makhluk hidup. Allah itu Maha Esa; Dia ada dengan sendirinya.
Berlawanan dengan kebenaran ini, terdapat penafsiran yang
sangat berbeda di dalam Kabbalah, yakni "suatu racun teramat halus yang
menyusupi dan memenuhi nadi agama Yahudi." Doktrinnya tentang Tuhan
sepenuhnya bertentangan dengan “fakta penciptaan”, yang terdapat di dalam
Taurat yang asli dan Al Quran. Dalam
salah satu karyanya tentang Kabbalah, peneliti Amerika, Lance S. Owens,
mengemukakan pendapatnya tentang kemungkinan asal usul doktrin ini:
Pengalaman
kabbalistik menimbulkan beberapa pemahaman tentang Tuhan, yang kebanyakan
menyimpang dari pandangan ortodoks. Prinsip paling inti dari kepercayaan
bani Israil adalah persaksian bahwa “Tuhan kami satu”. Tetapi Kabbalah
menyatakan bahwa sementara Tuhan ada dalam bentuk tertinggi sebagai suatu keesaan
yang sepenuhnya tak terlukiskan — Kabbalah menamainya Ein Sof, yang tak
berhingga — singularitas yang tak terpahami ini perlu menjelma menjadi banyak
sekali bentuk ketuhanan: suatu pluralitas dari banyak Tuhan. Inilah yang oleh
para pengikut Kabbalah dinamai Sefiroth, berbagai bejana atau wajah
Tuhan. Para pengikut Kabbalah mencurahkan banyak meditasi dan spekulasi kepada
misteri bagaimana Tuhan turun dari keesaan yang tak terpahami kepada
pluralitas. Sudah tentu, citra Tuhan berwajah banyak ini memberi ruang untuk
tuduhan sebagai politeistik, sebuah serangan yang dibantah para pengikut
Kabbalah dengan penuh semangat, walau tak pernah sepenuhnya berhasil.
Tidak hanya Tuhan itu plural
dalam teosofi Kabbalistik, tetapi sejak pemunculan pertamanya yang halus dari
keesaan yang tak terpahami, Tuhan telah memiliki dwibentuk sebagai Lelaki dan
Perempuan; sebentuk Ayah dan Ibu supernatural, Hokhmah dan Binah, merupakan
bentuk-bentuk pemunculan Tuhan yang pertama. Para pengikut Kabbalah menggunakan
metafor seksual yang terang-terangan untuk menjelaskan bagaimana persetubuhan
dari Hokhmah dan Binah menghasilkan ciptaan yang lebih jauh…27
Ciri
yang menarik dari teologi mistis ini adalah bahwa menurutnya manusia tidaklah
diciptakan, tetapi dalam suatu cara bersifat ketuhanan. Owens menguraikan mitos
ini:
Citra Tuhan yang kompleks… juga dilukiskan oleh Kabbalah
memiliki sebuah bentuk yang uniter, antropomorfik. Menurut sebuah resensi
Kabbalistik, Tuhan adalah Adam Kadmon: Manusia purba atau bentuk pola dasar
pertama manusia. Manusia
berbagi dengan Tuhan, baik kilauan cahaya ketuhanan yang hakiki dan tak
diciptakan, juga bentuk yang organik dan kompleks. Persamaan aneh
tentang Adam sebagai Tuhan didukung oleh sebuah sandi Kabbalah: nilai numeris
dari nama Adam dan Jehovah dalam bahasa Ibrani (Tetragrammaton, Yod he vav he)
adalah sama-sama 45. Jadi, dalam
penafsiran Kabbalah, Jehovah sama dengan Adam: Adam adalah Tuhan.
Dengan penegasan ini datanglah pernyataan bahwa semua manusia dalam perwujudan
tertinggi menyerupai Tuhan. 28
Teologi
ini tersusun dari mitologi paganisme, dan menjadi basis bagi kemerosotan agama
Yahudi. Orang Yahudi pengikut Kabbalah melanggar batas-batas akal sehat
sedemikian jauh sampai-sampai mereka mencoba membuat manusia menjadi tuhan.
Apalagi, menurut teologi ini, selain bersifat ketuhanan, manusia hanya terdiri
dari bangsa Yahudi; suku bangsa lain tidak dipandang sebagai manusia.
Akibatnya, di dalam agama Yahudi, yang awalnya didirikan berdasarkan pengabdian
dan ketaatan kepada Tuhan, mulailah doktrin yang rusak ini berkembang, dengan
maksud untuk memuaskan arogansi bangsa Yahudi. Walaupun sifat dasarnya
bertentangan dengan Taurat, Kabbalah dimasukkan ke dalam agama Yahudi. Pada
akhirnya, Kabbalah mulai merusak Taurat itu sendiri.
Hal
lain yang menarik tentang doktrin-doktrin Kabbalah yang rusak adalah
kesamaannya dengan berbagai pemikiran pagan dari Mesir Kuno. Sebagaimana telah
didiskusikan pada halaman-halaman sebelumnya, bangsa Mesir Kuno meyakini bahwa
materi telah selalu ada; dengan kata lain, mereka menolak pemikiran bahwa
diciptakan dari ketiadaan. Kabbalah menyatakan hal yang sama sehubungan dengan
manusia; Kabbalah mengklaim bahwa manusia tidak diciptakan, dan mereka
bertanggung jawab untuk mengatur keberadaan mereka sendiri.
Untuk
diungkapkan dalam istilah modern: bangsa Mesir Kuno adalah materialis, dan pada
dasarnya, doktrin Kabbalah dapat dinamai humanisme
sekuler.
Menarik
untuk dicatat bahwa kedua konsep ini — materialisme dan humanisme sekuler —
menguraikan ideologi yang telah mendominasi dunia selama dua abad ke belakang.
Sungguh
menggoda untuk mempertanyakan apakah ada kekuatan yang telah membawa doktrin
Mesir Kuno dan Kabbalah dari tengah-tengah sejarah kuno ke masa kini.
DARI PARA KSATRIA TEMPLAR KE KAUM MASON
Tatkala kita menyebutkan tentang para Ksatria Templar
sebelumnya, kita mencatat bahwa ordo pejuang salib yang aneh ini dipengaruhi
oleh sebuah "rahasia" yang ditemukan di Yerusalem, yang membuat
mereka meninggalkan agama Kristen dan mulai memraktikkan ritus-ritus sihir.
Kita sebutkan bahwa banyak peneliti telah mencapai pendapat bahwa rahasia ini
berhubungan dengan Kabbalah. Misalnya, dalam bukunya Histoire de la Magie
(Sejarah Ilmu Sihir), penulis Prancis, Eliphas Levi, memberikan bukti terperinci
bahwa para Templar dibaiat ke dalam doktrin-doktrin misterius Kabbalah, yakni,
mereka secara rahasia dilatih di dalam doktrin ini.29
Begitulah, sebuah doktrin yang berakar di Mesir Kuno diteruskan kepada para
Templar melalui Kabbalah.
Dalam
Foucault's Pendulum, novelis Umberto Eco*) menceritakan fakta-fakta ini
di dalam alur cerita. Sepanjang novel tersebut, dia mengisahkan, melalui
pembicaraan para tokoh protagonisnya, bahwa para Templar dipengaruhi oleh
Kabbalah dan bahwa para pengikut Kabbalah memiliki rahasia yang dapat dilacak
hingga ke fir’aun-fir’aun Mesir Kuno. Menurut Eco, sebagian bangsa Yahudi yang
terkemuka mempelajari rahasia-rahasia tertentu yang diambil dari bangsa Mesir
Kuno, dan kemudian menyisipkannya ke dalam lima kitab pertama Perjanjian Lama
(Pantateuch). Tetapi rahasia yang diteruskan secara rahasia ini hanya
dapat dipahami oleh para pengikut Kabbalah. (Zohar, yang di kemudian hari
ditulis Spanyol, dan membentuk kitab fundamental Kabbalah, berhubungan dengan
rahasia-rahasia kelima kitab tersebut) Setelah menyatakan bahwa para penganut
Kabbalah juga membaca rahasia bangsa Mesir Kuno ini dalam pengukuran geometris
haikal Sulaiman, Eco menuliskan bahwa para Templar mempelajarinya dari para
rabbi pengikut Kabbalah di Yerusalem:
Rahasia itu yang
semuanya telah disampaikan Haikal hanya diketahui oleh sekelompok kecil rabbi
yang tetap tinggal di Palestina…. Dan dari mereka para Templar mempelajarinya. 30
Ketika para Templar mengadopsi doktrin Kabbalis-Mesir
kuno ini, sudah tentu mereka bertentangan dengan kekuasaan Kristen yang
mendominasi Eropa. Pertentangan serupa juga terjadi antara mereka dengan
kekuatan bangsa Yahudi lainnya. Setelah para Templar ditangkap oleh perintah
bersama raja Prancis dan Paus di tahun 1307, ordo ini bergerak di bawah tanah,
namun pengaruhnya tetap bertahan, dan dengan cara yang lebih radikal dan
mantap.
Seperti disebutkan sebelumnya, sejumlah besar ksatria
Templar melarikan diri dan meminta perlindungan kepada raja Skotlandia, satu-satunya
kerajaan Eropa pada saat itu yang tidak mengakui otoritas Paus. Di Skotlandia,
mereka menyusup ke dalam gilda para tukang batu, dan perlahan mengambil alih.
Gilda-gilda tersebut mengadopsi tradisi-tradisi ksatria Templar, dan dengan
demikian, benih Masonik ditanam di Skotlandia. Sampai hari ini, garis utama
Masonry masih merupakan “Ritus Skot yang Kuno dan Diakui”.
Sebagaimana telah dibahas secara rinci di dalam buku Ordo
Masonik Baru, jejak para Templar dapat dideteksi sejak awal abad keempat belas
dan sekelompok bangsa Yahudi berhubungan dengan mereka pada berbagai babak
sejarah Eropa. Tanpa membahas detailnya, inilah sebagian heading yang mengkaji
topik ini:
· Di Provence, Prancis, pernah terdapat
sebuah tempat persembunyian penting para Templar. Selama masa penahanan, sangat
banyak yang bersembunyi di sini. Ciri-ciri penting lain daerah ini adalah
sebagai pusat Kabbalisme paling terkenal di Eropa. Di Provence tradisi lisan Kabbalah
dibukukan.
· Pemberontakan
Petani di Inggris pada tahun 1381, menurut para ahli sejarah, dikipas-kipasi
oleh sebuah organisasi rahasia. Para pakar yang mengkaji sejarah Masonry
sepakat bahwa organisasi rahasia ini adalah para Templar. Pemberontakan ini
lebih dari sekadar pemberontakan sipil, tetapi merupakan penyerangan terencana
terhadap Gereja Katolik. 31
· Setengah abad setelah pemberontakan
ini, seorang pastor di Bohemia bernama John Huss memulai pemberontakan melawan
Gereja Katolik. Lagi, di balik pemberontakan ini berdiri para Templar.
Lebih-lebih lagi, Huss sangat tertarik dengan Kabbalah. Avigdor Ben Isaac Kara
adalah salah satu nama terpenting yang berpengaruh dalam perkembangan
doktrinnya. Kara adalah seorang rabbi dari komunitas Yahudi di Praha dan
seorang pengikut Kabbalah. 32
Contoh-contoh
seperti ini menunjukkan bahwa persekutuan antara para Templar dan pengikut
Kabbalah diarahkan kepada suatu perubahan tatanan sosial Eropa. Perubahan ini
melibatkan perubahan di dalam budaya Kristen yang mendasar di Eropa, dan
penggantiannya dengan sebuah budaya berdasarkan doktrin-doktrin pagan, seperti
Kabbalah. Dan, setelah perubahan budaya ini, berbagai perubahan
politik akan mengikuti. Revolusi Prancis dan Italia, misalnya….
Pada bagian berikutnya, kita akan mengamati beberapa
titik balik penting di dalam sejarah Eropa. Pada setiap tahap, kita akan
dihadapkan kepada fakta bahwa terdapat sebuah kekuatan yang hendak memisahkan
Eropa dari warisan Kristennya, menggantikannya dengan ideologi sekuler, dan
dengan program pemikiran ini menghancurkan lembaga-lembaga keagamaannya.
Kekuatan ini berusaha memaksa Eropa menerima doktrin yang telah diestafetkan
sejak Mesir Kuno melalui Kabbalah. Sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya,
pada basis dari doktrin ini terdapat dua konsep penting: humanisme dan materialisme.
Pertama, mari kita meninjau humanisme.
Mengkaji Ulang Humanisme
“Humanisme"
dipandang sebagai sebuah gagasan positif oleh kebanyakan orang. Humanisme
mengingatkan kita akan gagasan-gagasan seperti kecintaan akan peri kemanusiaan,
perdamaian, dan persaudaraan. Tetapi, makna filosofis dari humanisme jauh lebih
signifikan: humanisme adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri
kemanusiaan sebagai fokus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain, humanisme
mengajak manusia berpaling dari Tuhan yang menciptakan mereka, dan hanya
mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri. Kamus umum mendefinisikan
humanisme sebagai "sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai
nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia,
bukannya pada otoritas supernatural mana pun".33
Namun, definisi paling jelas tentang humanisme dikemukakan
oleh pendukungnya. Salah seorang juru bicara humanisme paling terkemuka di masa
kini adalah Corliss Lamont. Dalam bukunya, Philosophy of Humanism, ia menulis:
(Singkatnya)
humanisme meyakini bahwa alam… merupakan jumlah total dari realitas, bahwa
materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan bahan pembentuk alam semesta,
dan bahwa entitas supernatural sama sekali tidak ada. Ketidaknyataan
supernatural ini pada tingkat manusia berarti bahwa manusia tidak memiliki jiwa
supernatural dan abadi; dan pada tingkat alam semesta sebagai keseluruhan,
bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang supernatural dan abadi. 34
Sebagaimana dapat kita lihat, humanisme nyaris identik
dengan ateisme, dan fakta ini dengan bebas diakui oleh kaum humanis. Terdapat
dua manifesto penting yang diterbitkan oleh kaum humanis di abad yang lalu.
Yang pertama dipublikasikan tahun 1933, dan ditandatangani oleh sebagian orang
penting masa itu. Empat puluh tahun kemudian, di tahun 1973, manifesto humanis
kedua dipublikasikan, menegaskan yang pertama, tetapi berisi beberapa tambahan
yang berhubungan dengan berbagai perkembangan yang terjadi dalam pada itu.
Ribuan pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media menandatangani manifesto
kedua, yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika yang masih sangat aktif.
Jika kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita
menemukan satu pondasi dasar pada masing-masingnya: dogma ateis bahwa alam
semesta dan manusia tidak diciptakan tetapi ada secara bebas, bahwa manusia
tidak bertanggung jawab kepada otoritas lain apa pun selain dirinya, dan bahwa
kepercayaan kepada Tuhan menghambat perkembangan pribadi dan masyarakat.
Misalnya, enam pasal pertama dari Manifesto Humanis adalah sebagai berikut:
Kedua: Humanisme percaya bahwa manusia adalah
bagian dari alam dan bahwa dia muncul sebagai hasil dari proses yang
berkelanjutan.
Ketiga: Dengan memegang pandangan hidup
organik, humanis menemukan bahwa dualisme tradisional tentang pikiran dan jasad
harus ditolak.
Keempat: Humanisme mengakui bahwa budaya
religius dan peradaban manusia, sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh
antropologi dan sejarah, merupakan produk dari suatu perkembangan bertahap
karena interaksinya dengan lingkungan alam dan warisan sosialnya. Individu yang
lahir di dalam suatu budaya tertentu sebagian besar dibentuk oleh budaya
tersebut.
Kelima: Humanisme menyatakan bahwa sifat alam
semesta digambarkan oleh sains modern membuat jaminan supernatural atau kosmik
apa pun bagi nilai-nilai manusia tidak dapat diterima…
Keenam: Kita yakin bahwa waktu telah berlalu
bagi teisme, deisme, modernisme, dan beberapa macam “pemikiran baru”. 35
Pada
pasal-pasal di atas, kita melihat ekspresi dari sebuah filsafat umum yang
mewujudkan dirinya di bawah nama materialisme, Darwinisme, ateisme, dan
agnotisisme. Pada pasal pertama, dogma materialis tentang keberadaan abadi alam
semesta dikemukakan. Pasal kedua menyatakan, sebagaimana dinyatakan teori
evolusi, bahwa manusia tidak diciptakan. Pasal ketiga menyangkal keberadaan
jiwa manusia dengan mengklaim bahwa manusia terbentuk dari materi. Pasal
keempat mengajukan sebuah “evolusi budaya” dan menyangkal keberadaan sifat
manusia yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan (sifat istimewa manusia yang
diberikan pada penciptaan). Pasal kelima menolak kekuasaan Tuhan atas alam
semesta dan manusia, dan yang keenam menyatakan bahwa telah tiba waktunya untuk
menolak "teisme", yakni kepercayaan pada Tuhan.
Akan
teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan
yang memusuhi agama sejati. Alasannya adalah bahwa humanisme adalah pondasi
utama dari perasaan antiagama. Ini karena humanisme adalah ekspresi dari “manusia merasa bahwa dia akan dibiarkan
begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)”, yang merupakan dasar
utama bagi pengingkaran terhadap Tuhan, sepanjang sejarah. Dalam salah satu
ayat Al Quran, Allah berfirman:
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa pertanggungjawaban)?
Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya,
lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan
perempuan.
Bukankah (Allah) yang berbuat demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati?
(QS. Al Qiyaamah, 75: 36-40)
Allah
berfirman bahwa manusia tidak akan “dibiarkan begitu saja (tanpa
pertanggungjawaban)”, dan segera mengingatkan bahwa mereka adalah ciptaan-Nya.
Sebab, begitu menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Allah, seseorang akan
memahami bahwa dia bukannya “tanpa pertanggungjawaban”, tetapi bertanggung
jawab kepada Allah.
Karena
inilah, klaim bahwa manusia tidak diciptakan telah menjadi doktrin dasar
filsafat humanis. Dua pasal pertama dari Manifesto Humanis pertama
mengungkapkan doktrin ini. Lebih jauh lagi, kaum humanis
berpendapat bahwa sains mendukung klaim ini.
Namun, mereka keliru. Sejak Manifesto
Humanis pertama dipublikasikan, kedua premis yang dikemukakan kaum humanis
sebagai fakta ilmiah tentang gagasan bahwa alam semesta abadi dan teori
evolusi, telah runtuh:
1. Gagasan
bahwa alam semesta adalah abadi digugurkan oleh serangkaian penemuan astronomis
yang dilakukan ketika Manifesto Humanis pertama tengah ditulis.
Penemuan seperti fakta bahwa alam semesta tengah berkembang, dari radiasi latar
kosmis dan kalkulasi rasio hidrogen atas helium, telah menunjukkan bahwa alam
semesta memiliki permulaan, dan muncul dari ketiadaan sekitar 15-17 miliar
tahun yang lalu dalam sebuah ledakan yang dinamai "Dentuman Besar". Walaupun
mereka yang mendukung filsafat humanis dan materialis tidak rela menerima teori
Dentuman Besar, mereka akhirnya dikalahkan. Sebagai hasil dari bukti ilmiah
yang telah diketahui, komunitas ilmiah akhirnya menerima teori Dentuman Besar,
yakni bahwa alam semesta memiliki permulaan, dan karenanya kaum humanisme tidak
dapat membantah lagi. Demikianlah pemikir ateis Anthony Flew terpaksa mengakui:
… karenanya saya mulai mengakui bahwa ateis Stratonisian
telah dipermalukan oleh konsensus kosmologis kontemporer. Karena tampaknya para
ahli kosmologi memberikan bukti ilmiah tentang apa yang oleh menurut St. Thomas
tak dapat dibuktikan secara filosofis; yakni bahwa alam semesta memiliki
permulaan….36
2.
Teori evolusi, pembenaran ilmiah
terpenting di balik Manifesto Humanis pertama, mulai kehilangan pijakan satu
dekade setelah Manifesto itu ditulis. Saat ini diketahui bahwa
skenario yang dikemukakan sebagai asal usul kehidupan oleh kaum evolusionis
ateis (dan tak diragukan, humanis), seperti oleh A.I. Oparin dan J.B.S. Haldane
pada tahun 1930, tidak memiliki keabsahan ilmiah; makhluk hidup tidak dapat
diturunkan secara spontan dari materi tak-hidup sebagaimana diajukan oleh
skenario ini. Catatan fosil menunjukkan bahwa makhluk hidup tidak berkembang
melalui sebuah proses perubahan kecil yang kumulatif, tetapi muncul secara
tiba-tiba dengan berbagai karakteristik yang berbeda, dan fakta ini telah
diterima oleh para ahli paleontologi evolusionis sendiri sejak 1970-an. Biologi
modern telah menunjukkan bahwa makhluk hidup bukanlah hasil dari kebetulan dan
hukum alam, tetapi bahwa pada setiap sistem kompleks dari organisme yang
menunjukkan sebuah perancangan cerdas terdapat bukti bagi penciptaan. (Untuk
lebih detail baca Harun Yahya, Darwinisme Terbantahkan: Bagaimana Teori Evolusi
Runtuh di Hadapan Ilmu Pengetahuan Modern)
Lebih-lebih
lagi, klaim keliru bahwa keyakinan religius merupakan faktor yang menghambat
manusia dari perkembangan dan membawanya kepada konflik telah digugurkan oleh
pengalaman sejarah. Kaum humanis telah mengklaim bahwa penyingkiran kepercayaan
religius akan membuat manusia bahagia dan tenteram, namun, yang terbukti justru
sebaliknya. Enam tahun setelah Manifesto Humanis dipublikasikan, Perang Dunia
II meletus, sebuah catatan malapetaka yang dibawa ke dunia oleh ideologi fasis
yang sekuler. Ideologi humanis lainnya, komunisme, mendatangkan kekejaman yang
tak terperi, pertama terhadap bangsa Uni Soviet, kemudian Cina, Kamboja,
Vietnam, Korea Utara, Kuba, dan berbagai negara Afrika dan Amerika Latin.
Sebanyak 120 juta manusia terbunuh oleh rezim atau organisasi komunis. Juga
telah jelas bahwa merek humanisme Barat (sistem kapitalis) tidak berhasil
membawa kedamaian dan kebahagiaan kepada masyarakat mereka sendiri ataupun kepada
wilayah-wilayah lain di dunia.
Keruntuhan argumen humanisme tentang agama juga telah tampak
pada lapangan psikologi. Mitos Freudian, sebuah batu pijakan dari dogma ateis
semenjak awal abad kedua puluh, telah digugurkan oleh data empiris. Patrick
Glynn, dari Universitas George Washington, menerangkan fakta ini di dalam
bukunya yang berjudul God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason
in a Postsecular World:
Seperempat
abad terakhir dari abad kedua puluh tidaklah ramah terhadap pandangan psikoanalitik.
Yang paling signifikan adalah ditemukannya bahwa pandangan Freud tentang agama
(belum lagi sekumpulan besar masalah lain) adalah benar-benar keliru. Yang
cukup ironis, riset ilmiah dalam psikologi selama dua puluh lima tahun terakhir
telah menunjukkan bahwa, jauh dari sebagai penyakit saraf atau sumber dari
neuroses sebagaimana dinyatakan Freud dan murid-muridnya, keyakinan agama
adalah salah satu kolerasi yang paling konsisten dari kesehatan mental dan
kebahagiaan yang menyeluruh. Kajian demi kajian telah menunjukkan hubungan kuat
antara keyakinan dan praktik agama di satu sisi, dan tingkah laku yang sehat
sehubungan dengan masalah-masalah seperti bunuh diri, penyalahgunaan alkohol
dan obat terlarang, perceraian, depresi, bahkan mungkin mengejutkan, tingkat
kepuasan seksual di dalam perkawinan, di sisi lain. 37
Singkatnya,
apa yang dianggap sebagai pembenaran ilmiah di balik humanisme telah terbukti
tidak sahih dan janji-janjinya gagal. Namun demikian, kaum humanis tidak
meninggalkan filsafat mereka, tetapi malahan mencoba untuk menyebarkannya ke
seluruh penjuru dunia melalui metode propaganda massa . Khususnya pada periode
pascaperang terjadilah propaganda humanis yang intens di lapangan sains,
filsafat, musik, kesusasteraan, seni, dan film. Pesan menarik namun kosong yang
diciptakan oleh para ideolog humanis telah disampaikan kepada massa secara
bertubi-tubi. Lagu "Imagine" karya John Lennon, penyanyi solo dari
grup musik paling terkenal sepanjang masa, the Beatles, adalah contohnya:
Lagu ini terpilih sebagai "lagu abad ini" dalam
beberapa jajak pendapat yang diselenggarakan di tahun 1999. Ini merupakan indikasi paling tepat
tentang perasaan sentimental yang digunakan untuk menyampaikan humanisme kepada
massa , karena
kurangnya landasan ilmiah atau rasional humanisme. Humanisme tidak dapat
menghasilkan keberatan rasional terhadap agama ataupun kebenaran yang
diajarkannya, tetapi berusaha menggunakan metode sugestif semacam ini.
Ketika
janji-janji Manifesto Humanis I di tahun 1933 terbukti gagal, empat puluh tahun
kemudian para humanis mengajukan konsep kedua. Pada awal teks ini ada upaya
untuk menjelaskan mengapa janji-janji pertama tidak membuahkan hasil. Walaupun
ada fakta bahwa penjelasan ini sangat lemah, ini menunjukkan keterikatan abadi
humanisme terhadap filsafat ateis mereka.
Karakteristik paling jelas dari manifesto tersebut adalah
mempertahankan garis antiagama pada manifesto tahun 1933:
Sebagaimana di tahun 1933, kaum humanis tetap memercayai
bahwa teisme tradisional adalah keimanan yang tak terbukti dan sudah
ketinggalan zaman, khususnya keimanan akan Tuhan yang mendengarkan doa, yang
dianggap hidup dan memerhatikan manusia, mendengar dan memahami, serta sanggup
mengabulkan doa-doa mereka…. Kami percaya… bahwa agama-agama otoriter atau
dogmatik yang tradisional, yang menempatkan wahyu, Tuhan, ritus, atau kredo di
atas kebutuhan dan pengalaman manusia merugikan spesies manusia…. Sebagai orang
yang tidak bertuhan, kami mengawali dengan manusia bukannya Tuhan, alam
bukannya ketuhanan. 38
Ini adalah penjelasan yang sangat dangkal. Untuk memahami
agama, pertama seseorang membutuhkan kecerdasan dan pemahaman agar mampu
menangkap gagasan-gagasan yang dalam. Ia mesti didekati dengan tulus dan tanpa
prasangka. Alih-alih, humanisme tidak lebih dari upaya dari sekumpulan orang,
yang sejak awal adalah ateis dan antiagama yang bernafsu, untuk menggambarkan
prasangka ini masuk akal.
Namun, upaya kaum humanis untuk menggambarkan keimanan
kepada Tuhan dan agama-agama Monoteistik sebagai kredo yang tidak berdasar dan
ketinggalan zaman sebenarnya bukan hal baru; hanya memperbarui sebuah klaim
berusia ribuan tahun dari mereka yang mengingkari Tuhan. Di dalam Al Quran,
Allah menjelaskan argumen seumur dunia yang dikemukakan oleh orang-orang kafir:
Tuhan kamu
adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat,
hati mereka mengingkari (keesaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah
orang-orang yang sombong.
Tidak
diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan
dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong.
Dan apabila
dikatakan kepada mereka: "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Dongeng-dongengan orang-orang dahulu. (QS. An-Nahl, 16:
22-24)
Ayat ini mengungkapkan bahwa penyebab sebenarnya dari
penolakan orang-orang kafir terhadap agama adalah kesombongan yang tersembunyi
di dalam hati mereka. Filsafat yang disebut humanisme adalah tampak lahiriah
belaka dari pengingkaran akan Tuhan di zaman ini. Dengan kata lain, humanisme
bukanlah cara berpikir yang baru, sebagaimana mereka yang mendukung klaimnya;
ia sudah seumur dunia ini, pandangan dunia yang kuno yang umum pada mereka yang
mengingkari Tuhan karena kesombongan.
Jika kita mencermati perkembangan humanisme di dalam
sejarah Eropa, kita akan menemukan banyak bukti nyata bagi pernyataan ini.
AKAR HUMANISME DI DALAM KABBALAH
Kita telah memahami Kabbalah sebagai sebuah doktrin yang
berasal dari Mesir Kuno, lalu memasuki dan mencemari agama yang diturunkan
Allah kepada bani Israil. Kita juga telah memahami bahwa ia berlandaskan pada
cara berpikir yang sesat, yang menganggap manusia sebagai makhluk agung yang
tidak diciptakan sebelumnya dan telah ada tanpa permulaan.
Humanisme memasuki Eropa dari sumber ini. Keyakinan
kristiani berdasarkan kepada keberadaan Tuhan, dan bahwa manusia adalah
hamba-hamba ciptaan-Nya yang tergantung kepada-Nya. Namun, dengan penyebaran
tradisi Templar di seluruh Eropa, Kabbalah mulai menarik banyak filsuf. Maka, di
abad ke-15, arus humanisme bermula dan meninggalkan jejak yang tak terhapuskan
di dalam kancah pemikiran Eropa.
Hubungan antara humanisme dan Kabbalah ini telah
ditegaskan dalam sejumlah sumber. Salah satunya adalah buku dari pengarang
terkenal Malachi Martin yang berjudul The Keys of This Blood. Martin
adalah seorang profesor sejarah pada Lembaga Injil Kepausan Vatikan. Ia
mengungkapkan bahwa pengaruh Kabbalah dapat dengan jelas teramati di antara
para kaum humanis:
Di dalam iklim ketidakpastian dan tantangan tidak biasa
yang menandai zaman Italia Renaisans-awal ini, bangkitlah sebuah jaringan
persekutuan kaum Humanis yang bercita-cita melepaskan diri dari kendali
menyeluruh dari tatanan mapan itu. Dengan cita-cita seperti ini,
persekutuan-persekutuan ini harus berada di dalam lindungan kerahasiaan, paling
tidak pada awalnya. Namun di samping kerahasiaan, kelompok-kelompok humanis ini
ditandai oleh dua ciri utama lainnya.
Pertama, mereka memberontak terhadap penafsiran tradisional
tentang Injil sebagaimana dipertahankan oleh otoritas gerejawi dan sipil, serta
menentang pilar-pilar filosofis dan teologis yang dikeluarkan oleh gereja bagi kehidupan sipil dan politis…
Dengan sikap permusuhan seperti itu, tidak mengagetkan jika
kelompok-kelompok ini memunyai konsepsi sendiri tentang pesan orisinil dari
Injil dan wahyu Tuhan. Mereka mengunci diri di dalam apa yang mereka sebut
sebagai bentuk pengetahuan yang sangat rahasia, sebuah gnosis, yang sebagiannya
mereka landaskan pada rantai kepemujaan dan klenik yang berasal dari Afrika
Utara khususnya Mesir dan, sebagiannya, Kabbalah Yahudi yang klasik itu….
Kaum humanis Italia membuang bagian dari
gagasan Kabbalah nyaris tanpa dikenali. Mereka
merekonstruksi konsep gnosis, dan memindahkannya ke latar duniawi yang
sepenuhnya ini. Gnosis khusus yang mereka cari adalah suatu pengetahuan
rahasia tentang bagaimana menguasai kekuatan alam yang buta untuk tujuan
sosio-politis. 39
Pendeknya,
masyarakat humanis yang terbentuk pada masa itu ingin menggantikan budaya
Katolik Eropa dengan sebuah budaya baru yang berakar pada Kabbalah. Mereka
bermaksud menciptakan perubahan sosiopolitis untuk mewujudkannya. Menarik bahwa
di samping Kabbalah, pada sumber budaya baru ini terdapat doktrin-doktrin Mesir
Kuno. Prof. Martin menulis:
Menarik
sekali bahwa kaum humanis menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta”,
sebuah istilah yang masih digunakan oleh kaum Mason saat ini. Ini menunjukkan
bahwa pastilah terdapat hubungan antara kaum humanis dan Mason. Prof. Martin
menulis:
Sementara,
di daerah utara lainnya, berlangsung sebuah persatuan yang jauh lebih penting
dengan para humanis. Sebuah persatuan yang tak diduga siapa pun.
Di
tahun 1300-an, selama masa persekutuan pengikut kaballah dan humanis mulai
menemukan bentuk-nya, telah ada terlebih dahulu terutama di Inggris,
Skotlandia, dan Prancis berbagai gilda manusia abad pertengahan….
Tidak seorang pun yang hidup di tahun 1300-an dapat
memperkirakan penggabungan pemikiran antara gilda-gilda freemasonry dan kaum
humanis Italia….
Freemasonry
baru bergeser dari semua kesetiaan kepada agama Kristen gerejawi Romawi. Dan
sekali lagi, sebagaimana pada para humanis klenik Italia, kerahasiaan yang
dijamin oleh tradisi Loge sangat penting dalam keadaan tersebut. Namun
selain kerahasiaan, kedua kelompok memiliki kesamaan yang lebih banyak lagi.
Dari berbagai tulisan dan catatan Masonry yang spekulatif, jelaslah bahwa
ajaran keagamaan pusat menjadi kepercayaan kepada Arsitek Agung Alam Semesta
suatu sosok yang sekarang akrab dari pengaruh para humanis Italia…. Arsitek
Agung ada dan menjadi bagian penting dari materi kosmos, sebuah hasil dari
pemikiran yang “tercerahkan.”
Tidak ada dasar konseptual yang dapat menghubungkan
keyakinan seperti ini dengan agama Kristen. Belum lagi semua gagasan seperti
dosa, Neraka sebagai hukuman dan Surga sebagai ganjaran, dan Pengorbanan abadi
dari Misa, santo dan malaikat, pendeta dan paus. 41
Singkatnya, di Eropa abad keempat belas, sebuah
organisasi humanis dan Masonik lahir dengan mengakar kepada Kabbalah. Dan bagi
organisasi ini, Tuhan tidaklah sebagaimana pandangan Yahudi, Kristen, dan
Muslim: yakni sebagai Pencipta dan Pengatur segenap alam semesta dan
satu-satunya Penguasa, serta Tuhan dari umat manusia. Alih-alih, mereka
memunyai konsep sendiri, seperti “Arsitek Agung Alam Semesta”, yang mereka
pandang sebagai “bagian dari alam materi”.
Dengan kata lain, organisasi
rahasia ini menolak Tuhan, sebaliknya, melalui konsep “Arsitektur Agung Alam
Semesta” menerima alam materi sebagai suatu bentuk ketuhanan.
Agar mendapatkan definisi yang lebih jelas dari
kepercayaan yang rusak ini, kita dapat meloncat ke abad kedua puluh dan
mengamati literatur Masonik. Misalnya, salah satu pengikut Mason Turki yang
paling senior, Selami Isindag, mengarang buku berjudul Masonluktan Esinlenmeler
(Inspirasi dari Freemasonry). Tujuan dari buku ini adalah untuk mendidik
pengikut Mason muda. Mengenai kepercayaan Mason terhadap “Arsitek Agung Alam
Semesta”, ia mengungkapkan:
Masonry bukannya tanpa Tuhan. Namun konsep Tuhan mereka
berbeda dari yang ada pada agama. Tuhan
Masonry adalah sebuah prinsip agung. Ia berada pada puncak evolusi.
Dengan mengkritisi keberadaan di dalam diri kita, mengenal diri
kita, dan secara sengaja menempuh jalan sains, kecerdasan, dan kebajikan, kita
dapat mengurangi sudut antara ia dan diri kita. Kemudian, tuhan ini memiliki ciri-ciri baik dan buruk
dari manusia. Ia tidak mewujud sebagai pribadi. Ia
tidak dipandang sebagai tuntunan alam atau umat manusia. Ia adalah arsitek dari karya agung alam semesta, kesatuan dan keselarasannya. Ia adalah totalitas dari semua makhluk di alam semesta,
sebuah kekuatan total yang
mencakup segala sesuatu, dan energi. Walau begitu, tidak dapat
dianggap bahwa ia adalah suatu permulaan… ini sebuah misteri besar. 42
Di
buku yang sama, jelas jika kaum Freemason menyebut tentang “Arsitek Agung Alam
Semesta”, yang dimaksudkan adalah alam, atau, artinya mereka
menyembah alam:
Selain alam, tidak
mungkin ada kekuatan yang bertanggung jawab atas pikiran atau tindakan kita…. Prinsip-prinsip dan
doktrin-doktrin Masonry adalah fakta-fakta ilmiah yang berdasarkan kepada sains
dan kecerdasan. Tuhan adalah
evolusi. Unsurnya adalah kekuatan alam. Jadi realitas absolut adalah evolusi
itu sendiri dan energi yang mencakupnya. 43
Majalah
Mimar Sinan, sebuah organisasi penerbitan khusus bagi kaum Freemason
Turki juga memberikan pernyataan tentang filsafat Masonik yang sama:
Arsitek Agung Alam
Semesta adalah kecenderungan menuju keabadian. Ia adalah jalan masuk ke keabadian. Bagi
kami, ia adalah suatu pendekatan. Ia menuntut pencarian tanpa
henti terhadap kesempur-naan mutlak di keabadian. Ia membuat jarak antara saat
sekarang dan Freemason yang berpikir, atau, kesadaran. 44
Inilah kepercayaan yang dimaksudkan para Mason ketika
berujar, "kami memercayai Tuhan, kami sama sekali tidak menerima ateis di
sekitar kami." Bukannya Tuhan yang disembah para Mason, namun
konsep-konsep naturalis dan humanis semacam alam, evolusi, dan kemanusiaan yang
dituhankan oleh filosofi mereka.
Jika
kita sekilas mengamati literatur Masonik, kita dapat mulai melihat bahwa
organisasi ini tidak lebih dari humanisme yang terorganisasi, juga memahami
bahwa sasarannya adalah untuk menciptakan sebuah tatanan humanis sekuler di
seluruh penjuru dunia. Berbagai gagasan ini lahir di antara kalangan humanis
dari Eropa abad keempat belas; sementara para Mason saat ini masih mengajukan
dan membelanya.
HUMANISME MASONIK: PENYEMBAHAN MANUSIA
Berbagai terbitan internal Mason secara rinci menjelaskan
filosofi humanis organisasi ini dan permusuhan mereka terhadap monoteisme. Tak
terhitung banyaknya penjelasan, penafsiran, kutipan, dan alegori yang diajukan
tentang topik ini di dalam terbitan Masonik.
Sebagaimana diungkapkan di awal, humanisme telah
memalingkan wajahnya dari Pencipta umat manusia dan menerima manusia sebagai
“bentuk tertinggi dari keberadaan di alam semesta”. Nyatanya, ini bermakna
penyembahan terhadap manusia. Keyakinan tidak rasionil ini, yang diawali dengan
kaum humanis pengikut Kabbalah di abad keempat belas dan kelima belas,
berlanjut hari ini dengan Masonry modern.
Salah satu humanis paling
terkenal dari abad keempat belas adalah Pico Della Mirandola. Karyanya yang
berjudul Conclusiones philosophicae, cablisticae, et theologicae dihujat oleh
Paus Innocent VIII pada tahun 1489 sebagai mengandung pemikiran-pemikiran
bidah. Mirandola menulis bahwa tidak ada yang lebih tinggi di dunia selain
kegemilangan manusia. Gereja memandang ini sebagai gagasan bidah dan tidak
pelak lagi adalah penyembahan terhadap manusia. Memang, ini merupakan gagasan
bidah karena tidak ada sesuatu pun yang patut dimuliakan selain Allah. Manusia
hanyalah ciptaan-Nya.
Dewasa ini, kaum Mason
memroklamirkan pemikiran bidah Mirandola tentang penyembahan manusia secara
jauh lebih terbuka. Misalnya, pada sebuah buku kecil Masonik dikatakan:
Masyarakat-masyarakat primitif dahulu
lemah, dan karena kelemahan ini, mereka menuhankan kekuatan dan fenomena di
sekitar mereka. Namun Masonry menuhankan manusia saja 45
Di dalam The Lost Key of Freemasonry, Manly P.
Hall menjelaskan bahwa doktrin humanis Masonik ini berakar dari Mesir Kuno:
Manusia adalah tuhan dalam proses
penciptaan, dan sebagaimana di dalam mitos-mitos mistik Mesir, di
atas jentera pembuat tembikar, dia dibentuk. Ketika cahayanya bersinar untuk
mengangkat dan melindungi segala sesuatu, dia menerima mahkota rangkap tiga
ketuhanan, dan bergabung dengan rombongan Pemimpin Mason, yang dengan jubah
Biru dan Emas mereka, berupaya untuk menghalau kegelapan malam dengan cahaya
rangkap tiga dari Loge Masonik. 46
Satu-satunya diri Tuhan yang diterima
Freemasonry adalah kemanusiaan sempurna…. Karenanya kemanusiaan adalah
satu-satunya tuhan. 47
Jelaslah bahwa Masonry adalah suatu bentuk agama. Namun,
agama di sini tidaklah Monoteistik; melainkan suatu agama humanis, dan
karenanya merupakan agama yang keliru. Ia mencakup penyembahan atas manusia,
bukan Tuhan. Tulisan-tulisan Masonik menekankan poin ini. Pada sebuah artikel
di majalah Turk Mason (Mason Turki), disebutkan, “Kita
selalu menyatakan bahwa cita-cita tinggi Masonry terletak pada doktrin
'Humanisme'.” 48
Terbitan
Turki lainnya menerangkan bahwa humanisme adalah sebuah agama:
Sama
sekali bukan upacara kering dari dogma-dogma keagamaan, melainkan sebuah agama
yang murni. Dan humanisme
kita, ke mana arti hidup mengakar, akan memenuhi kerinduan yang tidak disadari
kaum muda. 49
Bagaimana
kaum Mason melayani agama palsu yang mereka percayai ini? Untuk memahaminya,
kita harus mengamati sedikit lebih dekat pada pesan-pesan yang mereka sebarkan
kepada masyarakat.
TEORI MORAL HUMANIS
Dewasa
ini, kaum Masonry di banyak negara sibuk memperkenalkan diri kepada anggota
masyarakat lainnya. Melalui berbagai konferensi pers, situs internet, iklan
koran dan pernyataan, mereka menunjukkan diri sebagai sebuah organisasi yang
semata mengabdikan diri untuk kebaikan masyarakat. Dalam beberapa negara bahkan
terdapat organisasi-organisasi amal yang didukung oleh kaum Mason.
Hal
serupa diutarakan oleh organisasi Rotary dan Lion's Club, yang merupakan versi
“ringan” dari Masonry. Semua organisasi ini bersikeras bahwa mereka bekerja
untuk kebaikan masyarakat.
Tentu saja, bekerja untuk kebaikan masyarakat tidak untuk
diremehkan, dan kami tidak berkeberatan dengannya. Namun, di balik klaim mereka
terdapat sebuah pesan yang memerdaya. Kaum Mason mengklaim bahwa moralitas
dapat terwujud tanpa agama, dan bahwa sebuah dunia yang bermoral dapat dibina
tanpa agama. Pada situs internet milik Mason, kemungkinan “moralitas tanpa
agama” dijelaskan sebagai berikut:
Apakah
manusia itu? Dari mana ia datang dan ke mana ia menuju?... Bagaimana seseorang hidup? Bagaimana ia
seharusnya hidup? Agama-agama mencoba menjawab aneka pertanyaan ini dengan
bantuan prinsip-prinsip moral yang mereka pegang. Namun mereka menghubungkan
prinsip-prinsipnya dengan konsep metafisis seperti Tuhan, surga, neraka, ibadah.
Dan manusia harus menemukan prinsip-prinsip hidupnya tanpa melibatkan
masalah-masalah metafisis, yang harus mereka percayai tanpa pemahaman.
Freemasonry telah menyatakan prinsip-prinsip ini selama berabad-abad sebagai
kemerdekaan, kesetaraan, persaudaraan, kecintaan terhadap kerja dan perdamaian,
demokrasi, dan seterusnya. Semua ini membebaskan manusia sepenuhnya dari
berbagai kredo agama namun tetap memberikan sebuah prinsip hidup. Mereka
mencari landasan-landasan mereka tidak pada konsep-konsep metafisis tetapi di
dalam diri seorang manusia dewasa yang hidup di bumi ini. 50
Kaum Mason yang berpikir seperti ini sepenuhnya bertolak
belakang dari manusia yang beriman kepada Tuhan dan beramal saleh untuk
menggapai ridha-Nya. Bagi mereka, segala sesuatu harus dilakukan semata-mata
demi kemanusiaan. Kita dapat mengamati cara berpikir ini pada sebuah buku
terbitan komunitas Turki:
Moralitas Masonik didasarkan atas cinta terhadap
kemanusiaan. Ia sepenuhnya menolak kebajikan karena harapan di masa depan,
suatu ganjaran, suatu pahala, dan surga, karena ketakutan
terhadap orang lain, suatu lembaga agama atau politik, kekuatan supranatural
yang tidak diketahui… Ia hanya mendukung dan memuliakan kebaikan yang
berhubungan dengan cinta terhadap keluarga, negara, umat manusia, dan
kemanusiaan. Inilah salah satu sasaran terpenting dari evolusi Masonik.
Mencintai manusia dan berbuat baik tanpa mengharapkan balasan dan mencapai
tingkat ini adalah evolusi besar. 51
Klaim-klaim
pada kutipan di atas sangat menyesatkan. Tanpa disiplin moral agama tidak akan
ada rasa pengorbanan pada masyarakat. Dan, di mana hal ini tampaknya
terwujud, hubungan lebih bersifat permukaan. Mereka yang tidak memiliki rasa
moralitas agama tidak takut ataupun menghormati Tuhan, dan di mana tidak hadir
rasa takut akan Tuhan, manusia hanya memedulikan tujuan-tujuan mereka sendiri.
Tatkala manusia merasa kepentingan pribadinya terancam, mereka tidak dapat
menunjukkan cinta sejati, kesetiaan, ataupun kasih sayang. Mereka menunjukkan
cinta dan rasa hormat hanya terhadap siapa yang membawa keuntungan bagi diri
mereka. Hal ini karena, menurut pemahaman mereka yang keliru, mereka hanya ada
di dunia satu kali, dan karenanya, akan mengambil sebanyak-banyaknya. Lagi
pula, menurut keyakinan keliru ini, tidak ada balasan bagi kecurangan maupun
kejahatan yang mereka lakukan di dunia.
Literatur Masonik penuh dengan upacara moral yang
berupaya menutupi fakta ini. Namun sebenarnya, moralitas
ini tanpa agama tidak lebih dari retorika pura-pura. Sejarah
penuh dengan contoh untuk menunjukkan bahwa, tanpa disiplin diri yang diberikan
agama atas jiwa manusia, dan tanpa hukum tuhan, moralitas sejati tidak dapat
dibangun dengan cara apa pun juga.
Sebuah contoh yang mengguncangkan tentang hal ini adalah
revolusi besar Prancis pada tahun 1789. Kaum Mason, yang menggerakkan revolusi
tersebut, maju dengan slogan-slogan yang meneriakkan cita-cita moral berupa
“kemerdekaan, kesetaraan, dan persaudaraan”. Namun, ratusan ribu orang yang tak
bersalah dikirim ke guillotine, dan negeri berkubang darah. Bahkan para
pemimpin revolusi sendiri tidak dapat melarikan diri dari kekejaman ini, dan
dikirim ke guillotine, satu per satu.
Pada abad kesembilan belas,
sosialisme lahir dari gagasan tentang kemungkinan moralitas tanpa agama, dan
membawa malapetaka yang jauh lebih dahsyat. Sosialisme menurut dugaan menuntut
sebuah masyarakat yang sama rata, adil, tanpa eksploitasi dan, pada akhirnya,
mengajukan penghapusan agama. Namun, pada abad kedua puluh, ia membawa manusia
kepada kesengsaraan yang mengerikan di tempat-tempat seperti Uni Soviet, Blok
Timur, China, Indochina, beberapa negara di Afrika dan Amerika Tengah.
Rezim-rezim komunis membunuh tak terhitung banyaknya manusia; jumlah totalnya
mendekati 120 juta jiwa. 52
Apalagi, berlawanan dengan apa yang diklaimkan, keadilan dan kesetaraan tidak
pernah terwujud di rezim komunis mana pun; para pemimpin komunis yang
bertanggung jawab atas negara terdiri dari segolongan kaum elit. (Dalam buku
klasiknya, The New Class, pemikir Yugoslavia Milovan Djilas, menjelaskan bahwa
para pemimpin komunis, yang dikenal sebagai “nomenklatur” membentuk sebuah
“golongan dengan hak-hak istimewa” yang bertentangan dengan klaim-klaim
sosialisme.)
Begitu
pula di masa kini, ketika kita mengamati Masonry itu sendiri, yang
terus-menerus menegaskan cita-citanya tentang “pelayanan masyarakat” dan
“pengorbanan untuk kemanusiaan”, kita tidak menemukan catatan yang terlalu
bersih. Di banyak negara, Masonry telah
menjadi fokus bagi hubungan demi perolehan kebendaan secara buruk. Pada skandal
Loge Masonik P2 di Italia pada tahun 1980, jelaslah bahwa Masonry
menjalin hubungan erat dengan mafia, dan bahwa para direktur “loge” terlibat
dalam aktivitas seperti penyelundupan senjata, perdagangan obat terlarang, atau
pencucian uang. Juga terungkap bahwa mereka merancang penyerangan
terhadap saingan-saingan mereka dan orang-orang yang mengkhianati mereka. Pada
“Skandal Loge Timur Raya” di Prancis pada tahun 1992, dan pada operasi “Tangan
Bersih” di Inggris, yang dilaporkan oleh pers Inggris pada tahun 1995,
aktivitas-aktivitas loge Masonik demi kepentingan keuntungan ilegal menjadi
jelas. Gagasan kaum Mason tentang “moralitas humanis” hanyalah kepura-puraan.
Terjadinya hal semacam itu tak terhindarkan, karena,
sebagaimana disebutkan di awal, moralitas hanya terbina di masyarakat
berdisiplin agama. Pada landasan moralitas tiada arogansi dan egoisme, dan
satu-satunya yang dapat mewujudkan keadaan ini adalah mereka yang menyadari
tanggung jawab mereka terhadap Tuhan. Di dalam Al Quran, setelah Allah
menceritakan tentang pengorbanan diri orang beriman, Dia memerintahkan, “...Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung” (QS. Al Hasyr, 59: 9). Inilah landasan sejati bagi moralitas.
Di dalam Al Quran surat Al Furqan, ciri moralitas orang
mukmin sejati digambarkan sebagai berikut:
Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik.
Dan orang yang
melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.
Dan
orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami,
sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal."
Sesungguhnya
Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.
Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara
yang demikian.
Dan
orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang
benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya
pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan orang yang
bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada
Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
Dan
orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
Dan
orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka,
mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (QS. Al
Furqan, 25: 63-73)
Jadi, tugas utama orang-orang mukmin adalah beribadah
kepada Allah dengan merendah, “untuk tidak berpaling, seakan mereka tuli dan
buta tatkala diingatkan akan tanda-tanda-Nya”. Oleh karena tugas ini, seseorang
selamat dari egoisme, nafsu keduniaan, ambisi, dan keinginan untuk menjadikan
dirinya seperti orang lain. Jenis moralitas yang disebutkan pada ayat-ayat di
atas hanya dapat dicapai dengan cara ini. Karena itulah, di dalam masyarakat
tanpa rasa cinta dan takut akan Tuhan dan keimanan kepada-Nya, tidak ada
moralitas. Karena tidak ada sesuatu pun yang dapat ditentukan secara mutlak,
masing-masing orang menentukan apa yang benar atau salah sesuai dengan nafsunya
sendiri.
Sebenarnya, tujuan utama dari filosofi moral
humanis-sekuler Masonry adalah, bukannya untuk membangun sebuah dunia yang
bermoral, tetapi membangun sebuah dunia sekuler. Dengan kata lain, kaum Mason
tidak mendukung filosofi humanisme karena mereka mengakui amat pentingnya
moralitas, namun hanya untuk menyampaikan kepada masyarakat gagasan bahwa agama
tidak penting.
SASARAN MASONIK: MEMBANGUN
SEBUAH DUNIA
HUMANIS
Filosofi
humanis, yang dipandang tinggi oleh kaum Mason berlandaskan pada penolakan
keimanan kepada Tuhan, dan penyembahan manusia, atau pemujaan ”kemanusiaan”
sebagai pengganti-Nya. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah
kaum Mason memakai keyakinan ini untuk diri mereka saja, atau mereka ingin
untuk diambil oleh orang lain juga?
Jika kita mengamati tulisan-tulisan Masonik, tampak jelas
jawabannya: tujuan organisasi ini adalah untuk menyebarkan filosofi humanis ke
seluruh penjuru dunia, dan menyingkirkan agama-agama Monoteistik (Islam,
Kristen, dan Yahudi).
Misalnya, dalam sebuah artikel
yang diterbitkan dalam majalah Masonik Mimar Sinan, disebutkan, “Kaum Mason
tidak mencari asal usul pemikiran tentang kejahatan, keadilan, dan kejujuran di luar dunia fisik,
mereka meyakini bahwa hal-hal ini timbul dari berbagai kondisi dan hubungan
sosial seseorang, serta apa yang ia perjuangkan di dalam hidupnya.” dan
ditambahkan, “Masonry
berusaha menyebarluaskan gagasan ini ke seluruh penjuru dunia.”
"53
Selami Isindag, seorang Mason Turki senior, menulis:
Menurut Masonry, untuk
menyelamatkan kemanusiaan dari moralitas supranatural yang berdasarkan
sumber-sumber agamis, perlu dikembangkan moralitas yang
berdasarkan cinta kepada kemanusiaan yang tidak relatif. Di dalam
prinsip-prinsip moral tradisionalnya, Masonry telah memperhitungkan berbagai
kecenderungan organisme manusia, kebutuhan, hati nurani, kebebasannya untuk
berpikir dan berbicara, serta pada akhirnya, semua hal yang terlibat dalam
pembentukan hidup secara alamiah. Oleh karena itu, tujuannya
adalah untuk membentuk dan mendorong berkembangnya moralitas manusia di dalam
semua masyarakat.54
Selami
Isindag, seorang Mason Turki senior, menulis:
Yang
dimaksudkan oleh Pemimpin Mason Isindag dengan “menyelamatkan umat manusia dari
sebuah moralitas yang berdasarkan pada sumber-sumber agamis” adalah pengasingan
semua orang dari agama. Di buku itu juga, Isindag menjelaskan tujuan ini dan
“prinsip-prinsipnya untuk pembentukan sebuah peradaban yang maju”:
Prinsip-prinsip
positif Masonry penting dan cukup untuk pembentukan sebuah peradaban maju.
Prinsip-prinsip itu adalah:
-
Pengakuan bahwa Tuhan yang impersonal (Arsitek Agung Alam Semesta) adalah
evolusi itu sendiri.
-
Penolakan terhadap kepercayaan akan wahyu, kebatinan, dan keyakinan-keyakinan
kosong.
-
Superioritas humanisme rasional dan tenaga kerja.
Pasal
pertama dari ketiga pasal di atas mensyaratkan penolakan terhadap keberadaan
Tuhan. (Kaum Mason tidak beriman kepada Tuhan, melainkan kepada Arsitek Agung
Alam Semesta, dan kutipan di atas menunjukkan bahwa yang mereka maksudkan
dengan istilah ini adalah evolusi.) Pasal kedua menolak wahyu dari Tuhan dan
pengetahuan agama yang dilandaskan kepadanya. (Isindag sendiri menyebutkannya
sebagai “keyakinan-keyakinan kosong”) Sedangkan pasal ketiga memuliakan
humanisme dan konsep humanis tentang “tenaga kerja” (sebagaimana di dalam
Komunisme).
Jika kita ingat betapa telah mengakarnya gagasan-gagasan
ini di dunia saat ini, kita dapat memahami pengaruh Masonry atasnya.
Ada hal penting lainnya untuk
dicatat: bagaimana Masonry menggerakkan misinya melawan agama? Jika kita
mencermati tulisan-tulisan Masonik, kita melihat bahwa mereka ingin
menghancurkan agama, khususnya pada tingkat kemasyarakatan, melalui
“propaganda” massa. Pemimpin Mason Selami Isindag memperjelas perihal ini di
dalam bagian bukunya ini:
…Bahkan
rezim-rezim yang sangat represif belum berhasil dalam upaya mereka
menghancurkan lembaga agama. Memang, kekasaran metoda politis
yang berlebihan, dalam usaha mereka untuk mencerahkan masyarakat dengan
menyelamatkan manusia dari iman dan dogma-dogma agama, malahan menghasilkan
reaksi yang berlawanan: hari ini, tempat-tempat ibadah yang ingin mereka tutup
lebih penuh dari sebelumnya, sementara iman dan dogma-dogma yang mereka larang
malahan semakin banyak pengikutnya. Dalam kuliah lainnya kita menunjukkan bahwa
dalam hal yang menyentuh hati dan emosi seperti ini, larangan
dan paksaan tidak berpengaruh. Satu-satunya cara untuk membawa
manusia dari kegelapan menuju pencerahan adalah sains positif serta
prinsip-prinsip logika dan kebijaksanaan. Jika
dididik dengan cara ini, seseorang akan menghormati sisi humanis dan positif
dari agama tetapi menyelamatkan diri mereka dari kegagalan berbagai kepercayaan
dan dogmanya.55
Untuk
memahami apa yang dimaksudkan di sini, kita harus menganalisisnya dengan
hati-hati. Isindag menyebutkan bahwa represi atas agama akan membuat
orang-orang religius jauh lebih termotivasi dan akan memperkuat agama. Oleh
karena itu, untuk mencegah agama menguat, Isindag berpendapat seharusnya kaum
Mason menghancurkan agama pada tingkat intelektual. Yang ia maksudkan dengan
“sains positif dan prinsip-prinsip logika dan kebijaksanaan” bukanlah
benar-benar sains, logika, atau kebijaksanaan. Yang ia maksudkan adalah filosofi
materialis humanis semata, yang menggunakan berbagai ungkapan menarik sebagai
kamuflase, seperti halnya dengan Darwinisme. Isindag menegaskan bahwa, tatkala
berbagai pemikiran ini tersebar di tengah masyarakat, “hanya unsur-unsur
humanis di dalam agama yang akan dihormati”, artinya, yang akan tersisa dari
agama hanyalah unsur-unsur yang disetujui oleh filosofi humanis. Dengan kata
lain, mereka hendak menolak kebenaran-kebenaran dasar yang terkandung pada
pondasi agama Monoteistik (Isindag menyebutnya keyakinan-keyakinan dan
dogma-dogma yang gagal). Kebenaran-kebenaran ini adalah berbagai realitas pokok
seperti bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dan bertanggung jawab kepada-Nya.
Singkatnya, kaum Mason bermaksud menghancurkan unsur-unsur
keimanan yang merupakan esensi agama. Mereka ingin mereduksi peranan agama
sekadar sebagai unsur kultural yang menyampaikan gagasannya melalui sejumlah
pertanyaan moral yang bersifat umum. Caranya, menurut kaum Mason, adalah dengan
memaksakan ateisme kepada masyarakat di balik kedok sains dan logika. Namun
pada akhirnya, tujuan mereka adalah menyingkirkan agama dari posisinya walau
sebagai unsur kultural belaka, dan membangun sebuah dunia yang sepenuhnya
ateis.
Di
dalam artikelnya yang berjudul “Sains Positif - Hambatan Pemikiran dan Masonry”
pada majalah Mason, Isindag berkata:
Sebagai
hasil dari semua ini, saya ingin katakan bahwa tugas humanistik dan Masonik
kita semua adalah untuk tidak berpaling dari sains dan logika, untuk mengakui
bahwa inilah cara terbaik dan satu-satunya menurut evolusi, untuk menyebarkan
keimanan kita ini di tengah masyarakat, dan untuk mendidik manusia di dalam
sains positif. Kata-kata dari Ernest Renan sangat penting: “Jika manusia
dididik dan dicerahkan dengan sains positif dan logika, kepercayaan-kepercayaan
yang gagal dari agama akan runtuh dengan sendirinya.” Kata-kata
Lessing mendukung pandangan ini, “Jika
manusia dididik dan dicerahkan dengan sains positif dan logika, suatu hari
agama tidak akan dibutuhkan lagi.” 56
Inilah
sasaran utama Masonry. Mereka ingin menghancurkan agama seluruhnya, dan
membangun sebuah dunia humanis yang berdasarkan pada “kesakralan” manusia.
Tepatnya, mereka ingin mengembangkan sebuah tatanan baru kejahilan, di mana
manusia mengingkari Tuhan yang menciptakannya, dan mempertuhankan dirinya.…
Inilah maksud keberadaan Masonry. Di dalam majalah Masonry bernama Ayna
(Cermin), hal ini disebut “Kuil Pemikiran”:
Kaum
Mason modern telah mengubah tujuan Masonry kuno untuk membangun sebuah kuil
secara fisik menjadi gagasan untuk membangun “Kuil Pemikiran”. Pembangunan sebuah Kuil Pemikiran
mungkin terjadi jika prinsip-prinsip dan kebajikan-kebajikan Masonik terbina
dan orang-orang bijak bertambah di dunia.57
Untuk
mencapai tujuan ini, kaum Mason bekerja tanpa lelah di berbagai negara di
dunia. Organisasi Masonik berpengaruh di banyak universitas, lembaga-lembaga
pendidikan lainnya, media, dunia seni dan pemikiran. Ia tidak pernah berhenti
berupaya menyebarkan filosofi humanisnya dalam masyarakat dan mendiskreditkan
kebenaran tentang iman yang menjadi basis agama. Kita akan cermati selanjutnya
bahwa teori evolusi adalah salah satu sarana propaganda utama Mason.
Lebih-lebih lagi, mereka bermaksud membangun sebuah masyarakat yang tidak
memedulikan sama sekali Tuhan atau agama, tetapi hanya memenuhi kesenangan,
nafsu, dan ambisi duniawi. Jadilah masyarakat ini terbentuk dari orang-orang
yang telah "menjadikan
(Tuhan) sebagai olok-olokan di balik punggung mereka" (QS. Hud, 11:
92), serupa dengan penduduk kota Madyan yang disebutkan di dalam Al Quran.
Dalam budaya jahiliyah ini tidak ada tempat bagi rasa takut atau
cinta terhadap Tuhan, melakukan perintah-Nya, menyembah-Nya, ataupun pemikiran
tentang Hari Akhirat. Nyatanya, gagasan-gagasan ini dianggap ketinggalan zaman
dan merupakan ciri-ciri orang yang tidak terdidik. Pesan ini diulang-ulang
terus di dalam berbagai film, komik, dan novel.
Dalam upaya penipuan yang besar ini, kaum Mason terus
berperan sebagai pemimpin. Namun, banyak pula kelompok dan perseorangan lain
yang terlibat di dalam kerja serupa. Kaum Mason menerima mereka sebagai “kaum
Mason kehormatan”, dan menganggap mereka sebagai sekutu karena mereka semua
adalah satu di dalam filosofi humanis. Selami Isindag menulis:
Masonry juga menerima fakta ini: Di
dunia luar terdapat orang-orang bijak yang, walaupun mereka bukan kaum Mason,
mendukung ideologi Masonik. Sebabnya adalah karena ideologi ini
secara keseluruhan adalah milik umat manusia dan kemanusiaan. 58
Pertarungan terus-menerus melawan agama ini berlandaskan
pada dua argumen atau pembenaran yang mendasar: filosofi materialis dan teori
evolusi Darwin. Maka, kita akan dapat memahami dengan lebih jelas hal di balik
layar dari pemikiran-pemikiran ini, yang telah memengaruhi dunia semenjak abad
kesembilan belas.
-IV-
Mengkaji Ulang Materialisme
Pada
bab pertama kita telah mengamati rezim Fir'aun di Mesir Kuno dan mendapati
berbagai kesimpulan penting tentang pilar-pilar filosofis penyokongnya.
Ciri-ciri paling menarik dari pemikiran Mesir Kuno, sebagaimana telah
disebutkan, adalah bersifat materialis, yakni, memegang kepercayaan bahwa
materi bersifat kekal dan tidak diciptakan. Dalam buku mereka, The Hiram Key,
Christopher Knight dan Robert Lomas menyebutkan beberapa hal menarik, yang
layak diulangi, tentang masalah ini:
Bangsa
Mesir meyakini bahwa materi selalu ada; bagi mereka tak masuk akal ada suatu
tuhan yang mencipta dari ketiadaan sama sekali. Mereka menganggap dunia bermula
ketika keteraturan muncul dari kekacauan, dan semenjak dulu telah ada
pertarungan antara daya pengaturan dan kekacauan…. Keadaan kacau disebut Nun,
dan seperti deskripsi…. bangsa Sumeria…, semuanya gelap, jurang dalam penuh air
dan tanpa matahari dengan sebuah kekuatan, sebuah daya penciptaan di dalamnya
yang memerintahkan keteraturan bermula. Kekuatan laten ini, yang berada di
dalam zat kekacauan tidak mengetahui bahwa ia ada; ia adalah sebuah
probabilitas, sebuah potensi yang berjalin di dalam acaknya ketidakteraturan. 59
Terdapat
kemiripan yang luar biasa antara mitos Mesir Kuno dan pemikiran kaum materialis
modern. Sebuah alasan tersembunyi bagi fakta yang menarik ini adalah bahwa, ada
sebuah organisasi modern yang telah mengambil kepercayaan Mesir Kuno ini, dan
bermaksud untuk menegakkannya di seluruh penjuru dunia. Organisasi itu adalah
Masonry....
KAUM MASON DAN
MESIR KUNO
Filosofi
materialis Mesir Kuno terus bertahan setelah peradaban ini lenyap. Filosofi
tersebut diambil oleh kaum Yahudi tertentu dan terus dipelihara di dalam doktrin
Kabbalah. Di lain pihak, sejumlah pemikir Yunani mengambil filosofi yang sama,
dan menafsirkan ulang serta melanggengkannya sebagai aliran pemikiran yang
dikenal sebagai “Hermetisisme”.
Kata Hermetisisme berasal dari nama Hermes, padanan bangsa Yunani
bagi dewa Mesir Kuno “Thoth”. Dengan kata lain, Hermetisme di dalam
Yunani Kuno adalah versi lain dari filosofi Mesir Kuno.
Imam Mason Selami Isindag menjelaskan asal usul filosofi
ini dan tempatnya di dalam Masonry modern:
Di Mesir Kuno ada suatu masyarakat keagamaan yang
mewariskan sebuah sistem pemikiran dan kepercayaan terhadap Hermetisisme.
Masonry meyakini sesuatu yang serupa dengan ini. Misalnya,
mereka yang telah mencapai tingkat tertentu akan menghadiri upacara-upacara
masyarakat itu, mengungkapkan berbagai pemikiran dan perasaan spiritual mereka,
serta melatih mereka yang ada di tingkat yang lebih rendah. Pythagoras adalah
seorang pengikut Hermetis yang dilatih di antara mereka. Lagi-lagi,
organisasi dan sistem filosofis dari aliran Alexandrian dan Neoplatonisme
berasal usul dari Mesir Kuno serta terdapat sejumlah kemiripan yang signifikan
dengan berbagai ritus Masonik. .60
Isindag
jauh lebih jelas menggambarkan pengaruh Mesir Kuno atas asal usul Masonry
dengan menyatakan, “Freemasonry
adalah organisasi sosial dan ritual yang bermula dari Mesir Kuno”. ."61
Banyak lagi sumber-sumber Masonik lain yang berpendapat bahwa
asal usul Masonry bermula dari masyarakat rahasia dari budaya-budaya pagan
kuno, semacam pada Mesir dan Yunani Kuno. Seorang Mason Turki senior, Celil
Layiktez, menyatakan dalam sebuah artikel pada majalah Mimar Sinan, di
bawah judul “Rahasia Masonik: Apa yang Bersifat Rahasia dan Apa yang Tidak?”:
Di dalam peradaban
Yunani, Mesir, dan Romawi Kuno terdapat aliran misteri (école de mysterés) yang
bertemu pada konteks suatu ilmu tertentu, gnosis, atau pengetahuan rahasia. Anggota dari aliran misteri ini
diterima hanya setelah suatu periode kajian yang panjang dan berbagai upacara
inisiasi. Di antara aneka aliran ini, yang dianggap paling awal adalah aliran
“Osiris” yang didasarkan pada peristiwa seperti kelahiran, masa muda,
pertarungan melawan kegelapan, kematian dan kebangkitan dari dewa ini. Tema-tema
ini didramatisasi secara ritual di dalam berbagai upacara yang diselenggarakan
oleh pendeta. Dengan cara ini berbagai ritual dan simbol yang ditampilkan jauh
lebih efektif karena partisipasi aktual….
Bertahun-tahun kemudian, ritus-ritus ini membentuk
perkumpulan pertama dari suatu rangkaian persaudaraan yang diprakarsai dan
berkelanjutan di bawah nama Masonry. Persaudaraan
semacam ini selalu menegakkan cita-cita yang sama dan, ketika berada di bawah
tindasan, dapat terus hidup secara rahasia. Mereka mampu bertahan hingga hari
ini karena terus-menerus
mengubah nama dan bentuk mereka. Namun mereka tetap setia kepada simbolisme
kuno dan karakter khusus mereka, serta mewariskan cita-cita mereka.
Untuk mengantisipasi kemungkinan bahwa pemikiran mereka yang akan membahayakan
kemapanan, mereka membuat hukum rahasia di antara mereka sendiri. Untuk
melindungi diri dari kemarahan masyarakat, mereka berlindung di dalam Masonry
Operatif yang berisi peraturan-peraturan yang hati-hati. Mereka menanamkan ini
dengan berbagai pemikiran mereka yang selanjutnya memengaruhi pembentukan
Masonry Spekulatif modern yang kita kenal hari ini. 62
Dalam
kutipan di atas, Layiktez memuji masyarakat yang menjadi asal usul Masonry, dan
mengklaim bahwa mereka menyembunyikan diri untuk melindungi diri dari
“orang-orang yang jahil”. Jika kita dapat mengesampingkan klaim subjektif ini
sejenak, kita dapat memahami dari kutipan di atas bahwa Masonry adalah
representasi masa kini dari masyarakat yang dibentuk di dalam peradaban pagan
kuno di Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Romawi. Dari ketiga peradaban ini, yang
tertua adalah Mesir; karenanya dapat dikatakan bahwa sumber utama Masonry
adalah Mesir Kuno. (Kita telah pahami sebelumnya bahwa hubungan dasar di antara
tradisi pagan ini dengan kaum Mason modern adalah para Templar.)
Penting untuk diingat pada titik ini bahwa Mesir Kuno adalah
salah satu contoh sistem tanpa tuhan yang paling sering disebut, sebagaimana
diungkapkan Allah di dalam Al Quran. Mesir kuno adalah pola dasar
sejati dari sistem yang jahat. Banyak ayat yang menceritakan kepada kita
tentang para fir'aun yang memerintah Mesir beserta para pembesarnya, tentang
kekejaman, kesewenang-wenangan, kejahatan, dan perbuatan mereka yang melebihi
batas. Lebih jauh lagi, bangsa Mesir adalah orang-orang ingkar, yang menyetujui
sistem para fir'aun mereka, dan mempercayai dewa-dewa palsu mereka.
Walaupun begitu, kaum Mason bersikeras bahwa mereka
berasal usul dari Mesir Kuno, dan menganggap peradaban tersebut patut dipuji.
Sebuah artikel yang diterbitkan pada Mimar Sinan menyanjung kuil-kuil
Mesir Kuno sebagai "sumber keahlian Masonik":
…Bangsa
Mesir membangun Heliopolis (Kota Matahari) dan Memphis. Menurut legenda
Masonik, kedua kota ini merupakan sumber pengetahuan dan sains, yakni yang
disebut kaum Mason sebagai "Cahaya Agung." Pythagoras,
yang mengunjungi Heliopolis, banyak menyebut-nyebut tentang kuil ini. Kuil
Memphis tempat dia pernah menjalani latihan, memunyai sejarah penting. Di kota
Thebes terdapat sekolah-sekolah yang maju. Pythagoras,
Plato, dan Cicero diinisiasi ke dalam Masonry di kota-kota ini.63
Tulisan-tulisan Masonik tidak memuji Mesir kuno secara
umum saja. Mereka mengungkapkan pujian dan simpati terhadap para fir'aun yang
memerintah sistem yang kejam tersebut. Di dalam artikel lain dari majalah Mimar
Sinan dinyatakan:
Tugas utama fir'aun adalah untuk menemukan Cahaya. Untuk
memuliakan Cahaya Tersembunyi secara jauh lebih hidup dan kuat…. Sebagaimana kami, kaum Mason, berusaha
membangun Kuil Sulaiman, begitu pula bangsa Mesir Kuno berusaha membangun Ehram,
atau Rumah Cahaya. Upacara yang dilakukan di kuil-kuil Mesir Kuno
dibagi atas beberapa tingkat. Tingkatan-tingkatan ini memunyai dua bagian,
kecil dan besar. Tingkat kecil dibagi menjadi satu, dua, dan tiga; setelah itu
tingkat besar dimulai. 64
Dari
sini terlihat bahwa “cahaya” yang dicari oleh para fir’aun Mesir kuno dan kaum
Masonry adalah sama. Ini juga dapat ditafsirkan sebagai mengesankan bahwa
Masonry merupakan perwakilan dari filsafat para fir’aun bangsa Mesir.
Karakteristik dari filsafat ini diungkapkan oleh Allah di dalam Al Quran
mengenai penilaiannya terhadap Fir’aun dan pengikutnya: "Mereka adalah orang-orang
yang fasik." (QS. An-Nahl, 27:12)
Pada
ayat lain, sistem tak bertuhan bangsa Mesir dijelaskan sebagai berikut:
Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata:
"Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah)
sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?
Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang
hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?
Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau
malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya."
Maka Fir'aun memengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu
mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS.
Az-Zukhruf, 43: 51-54)
SIMBOL-SIMBOL MESIR KUNO DI LOGE MASON
Salah
satu hal paling penting yang menghubungkan Mesir Kuno dengan kaum Mason adalah
simbol-simbol mereka.
Simbol sangat penting dalam
Masonry. Kaum Mason mengungkapkan makna sejati filsafat mereka kepada anggota
melalui alegori. Seorang Mason, yang mendaki tahap demi tahap melalui 33
tingkat hirarki Masonik, mempelajari makna-makna baru untuk masing-masing
simbol pada tiap tingkatnya. Dengan begini, anggota menuruni anak tangga demi
anak tangga menuju kedalaman filsafat Masonik.
Sebuah artikel dalam majalah Mimar Sinan menjelaskan
fungsi dari simbol-simbol ini:
Kita semua mengetahui bahwa Masonry
mengungkapkan gagasan dan cita-citanya melalui berbagai simbol dan kisah, yakni
alegori. Kisah-kisah ini bermula dari abad-abad awal sejarah. Kita bahkan dapat katakan bahwa kisah-kisah ini merentang jauh ke
legenda-legenda masa prasejarah. Dengan begitu, Masonry menunjukkan panjangnya
usia cita-citanya dan memperoleh sumber simbol-simbol yang kaya. 65
Konsepsi
bangsa Mesir Kuno paling menonjol dari berbagai simbol dan legenda ini, yang
merentang jauh ke abad-abad awal sejarah. Di mana-mana di dalam loge Masonik,
dan seringkali di dalam terbitan-terbitan Masonik, gambar piramid dan sphinx
serta tulisan hiroglif dapat ditemukan. Mengenai sumber-sumber kuno Masonry, di
dalam artikel pada majalah Mimar Sinan, dinyatakan:
Jika kita memilih Mesir Kuno sebagai “yang tertua”, saya kira
tidak salah. Lagipula, fakta
bahwa berbagai upacara, tingkatan, dan filosofi yang ditemukan di Mesir Kuno
paling menyerupai yang terdapat pada Masonry pertama kali menarik
perhatian kita. 66
Sekali
lagi, sebuah artikel di dalam Mimar Sinan bertajuk "Asal Usul dan
Sasaran Sosial Freemasonry" menyebutkan:
Pada
masa Mesir kuno, berbagai upacara inisiasi di kuil Memphis berlangsung lama, diselenggarakan
dengan penuh perhatian dan kemegahan, dan memperlihatkan banyak kesamaan dengan
upacara-upacara Masonik. 67
PIRAMID DI BAWAH MATA
Simbol
Masonik yang paling terkenal ditemukan pada cap Amerika Serikat, juga pada uang
kertas satu dolar. Pada cap ini terdapat setengah piramid dengan mata pada
segitiga di atasnya. Mata di dalam segitiga ini adalah simbol yang senantiasa
ditemukan di loge-loge dan semua terbitan Masonik. Sejumlah besar tulisan yang
membahas Masonry menekankan fakta ini.
Piramid di bawah mata di dalam segitiga relatif sedikit
menarik perhatian. Namun, piramid ini sangat berarti dan mencerahkan untuk
memahami filsafat Masonry. Seorang penulis Amerika, Rober Hieronimus, menulis
tesis doktoral tentang cap AS di mana ia memberikan sejumlah informasi yang
sangat penting. Judul tesis Hieronimus adalah “Analisis Historis tentang
Pemeliharaan Cap Agung Amerika dan Hubungannya dengan Ideologi Psikologi
Humanis”. Tesisnya menunjukkan bahwa para pendiri Amerika, yang semula
mengadopsi cap tersebut, adalah kaum Mason, dan karenanya mendukung filosofi
humanis. Hubungan filosofi ini dengan Mesir Kuno disimbolkan dengan piramid
yang ditempatkan di pusat cap tersebut. Piramid ini adalah representasi Piramid
Cheops, kuburan Fir’aun yang terbesar.68
MAKNA
MASONIK DARI BINTANG SEGIENAM
Simbol
Masonry yang terkenal lainnya adalah bintang segienam, yang terbentuk dengan
meletakkan satu segitiga terbalik di atas segitiga lainnya. Ini juga
simbol tradisional Yahudi, dan sekarang ini muncul pada bendera Israel.
Diketahui bahwa Nabi Sulaiman pertama kali menggunakannya sebagai cap. Oleh
karena itu, bintang segienam adalah cap seorang nabi, sebuah simbol suci.
Namun, kaum Mason memunyai
konsepsi yang berbeda. Mereka tidak menganggap bintang segienam ini sebagai
simbol Nabi Sulaiman, namun sebagai simbol paganisme bangsa Mesir Kuno. Sebuah
artikel pada Mimar Sinan yang bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol di
Dalam Ritual Kita” menceritakan sejumlah fakta menarik tentang hal ini:
Sebuah segitiga sama sisi dengan tiga ujung yang sama
jaraknya satu sama lain menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sama. Simbol yang
diadopsi oleh kaum Mason ini dikenal sebagai Bintang David; simbol ini
merupakan sebuah segi enam yang terbentuk dari peletakan sebuah segitiga sama
sisi terbalik di atas segitiga sama sisi lain. Saat ini simbol ini dikenal
sebagai simbol Yahudi dan muncul pada bendera Israel. Namun
sebenarnya, asal usul simbol ini adalah dari Mesir Kuno…. Emblem
ini pertama kali diciptakan oleh para Ksatria Templar yang mulai mereka gunakan
sebagai simbolisme pada dekorasi dinding di gereja-gereja mereka. Ini karena
merekalah yang pertama kali menemukan di Yerusalem beberapa fakta penting
tentang agama Kristen. Setelah para Templar disingkirkan, emblem ini mulai
digunakan di sinagog-sinagog. Namun
di dalam Masonry, kita tak diragukan lagi menggunakan simbol ini dengan
pengertian universal sebagaimana pada masa Mesir Kuno. Dengan
pengertian ini, kita telah menggabungkan dua kekuatan penting. Jika Anda hapus
dasar dari kedua segitiga sama sisi, Anda akan menemukan simbol aneh yang
sangat Anda kenal. 69
Sebenarnya, kita harus menafsirkan
semua simbol Masonik yang berhubungan dengan Kuil Sulaiman dengan cara ini.
Sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran, Sulaiman adalah seorang nabi yang
hendak difitnah oleh sebagian orang dan ditampakkan seakan-akan tidak bertuhan.
Di dalam ayat Al Quran, Allah berfirman:
Mereka mengikuti apa
yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan
sihir).... (QS. Al Baqarah, 2:102)
Kaum
Mason mengambil gagasan yang secara keliru dinisbahkan kepada Nabi Sulaiman
ini, dengan menganggapnya sebagai wakil dari kepercayaan pagan Mesir Kuno. Oleh
karena itu, mereka memberinya tempat penting di dalam doktrin mereka. Di dalam
buku The Occult Conspiracy, sejarawan Amerika Michael Howard menyebutkan
bahwa, semenjak Abad Pertengahan, Sulaiman telah dianggap sebagai ahli sihir
dan seorang yang memperkenalkan sejumlah gagasan pagan ke dalam Yahudi.70
Howard menjelaskan bahwa kaum Mason menganggap Kuil Sulaiman sebagai “kuil
pagan”, dan karenanya menjadi penting. 71
Gambaran palsu yang dibuat-buat atas Nabi Sulaiman, seorang
abdi Allah yang saleh dan taat, menunjukkan asal usul sejati Masonry.
TIANG GANDA
Bagian dekor loge Masonik yang sangat diperlukan adalah
tiang ganda di pintu masuk. Kata “Jachin” dan “Boaz” dipahatkan di atasnya,
sebagai tiruan dari dua tiang pada pintu masuk Kuil Sulaiman. Namun sebenarnya,
kaum Mason tidak memperuntukkan tiang-tiang ini sebagai tanda peringatan atas
Sulaiman; melainkan sebagai ungkapan tuduhan jahat mereka terhadapnya. Asal
usul tiang-tiang ini lagi-lagi berasal dari Mesir Kuno. Di dalam sebuah artikel
bertajuk “Alegori dan Simbol-Simbol dalam Ritual Kita”, majalah Mimar Sinan
menyebutkan:
Misalnya, di Mesir, Horus dan Set merupakan arsitek
kembar dan penopang langit. Bahkan begitu juga Bacchus di Thebes. Kedua tiang di dalam loge kita berasal
usul dari Mesir Kuno. Salah satu tiang ini berada di selatan Mesir,
di kota Thebes; yang lainnya berada di utara Heliopolis. Di pintu masuk kuil
Amenta yang dipersembahkan untuk Ptah, dewa kepala Mesir,
disebutkan dua tiang, dinamai kecerdasan dan kekuatan, yang didirikan di depan
gerbang masuk keabadian. 72
TERMINOLOGI MESIR DI LOGE
Pada
buku mereka, The Hiram Key, kedua penulis Masonik Inggris, Christopher
Knight dan Robert Lomas, menujukan perhatian kepada akar Masonry di Mesir Kuno.
Salah satu poin penting yang mereka ungkapkan adalah bahwa kata-kata yang
digunakan di dalam upacara kenaikan tingkat seorang Mason menjadi Imam Mason
adalah:
Ma'at-neb-men-aa,
Ma'at-ba-aa'. 73
Knight
dan Lomas menjelaskan bahwa kata-kata ini seringkali digunakan tanpa memikirkan
artinya. Namun, ini adalah kata-kata Mesir Kuno dan memunyai arti,
Agunglah
Imam Freemansory yang tak dapat dipungkiri, Agunglah jiwa Freemasonry. 74
Kedua penulis tersebut menyatakan bahwa kata
"Ma'at" berarti keahlian membangun tembok, dan bahwa terjemahan
terdekatnya adalah "Masonry". Ini berarti bahwa kaum Mason modern,
ribuan tahun setelahnya, masih melestarikan bahasa Mesir Kuno di loge-loge
mereka.
SULING AJAIB
MOZART
Salah
satu produk Masonry yang lebih menarik adalah Suling Ajaib (Magic Flute),
sebuah opera karya komposer terkenal, Mozart. Mozart adalah seorang Mason, dan
merupakan sebuah fakta yang diakui bahwa banyak bagian dari operanya mengandung
pesan-pesan Masonik. Yang menarik, pesan-pesan Masonik ini sangat erat
berhubungan dengan paganisme Mesir Kuno. Mimar Sinan menjelaskan hal ini:
Telah diketahui bahwa ada hubungan yang sangat jelas
antara Mesir Kuno dengan upacara-upacara ritual Masonik. Meskipun begitu banyak
orang yang mencoba menginterpretasikan Suling Ajaib sebagai "cerita
tentang Timur Jauh", pada pondasinya terdapat ritual-ritual Mesir. Para
dewa dan dewi dari kuil-kuil Mesirlah yang memengaruhi penciptaan karakter pada
Suling Ajaib. 75
Simbol
penting Masonry lainnya adalah wujud yang pernah menjadi unsur penting dalam
arsitektur Mesir — obelisk. Obelisk adalah sebuah menara tinggi, tegak lurus
dengan piramid sebagai puncaknya. Obelisk dipahat dengan hiroglif Mesir Kuno,
dan terkubur selama berabad-abad di bawah tanah sampai ditemukan di abad
kesembilan belas, dan dipindahkan ke kota-kota di Barat seperti New York , London , dan Paris . Obelisk terbesar
dikirimkan ke AS. Pengiriman ini diatur oleh kaum Mason. Ini karena obelisk,
sebagaimana huruf-huruf Mesir Kuno yang terpahat padanya, diklaim oleh kaum
Mason benar-benar sebagai simbol-simbol mereka sendiri. Mimar
Sinan menegaskan tentang obelisk setinggi 21 meter di New York
sebagai berikut :
Contoh yang paling mengejutkan tentang penggunaan
simbolik arsitektur adalah monumen yang disebut Jarum
Cleopatra, diberikan kepada AS sebagai hadiah di tahun 1878 oleh
Gubernur Mesir, Ismail. Monumen ini sekarang berada di Central Park. Permukaannya penuh dengan
lambang-lambang Masonik. Monumen ini aslinya didirikan pada abad
ke-16 SM di pintu masuk
ke kuil dewa Matahari, sebuah pusat inisiasi di Heliopolis. 76
LEGENDA TENTANG ISIS — SANG JANDA
Ide simbolis penting di dalam Masonry adalah ide tentang
sang janda. Kaum Mason menyebut diri mereka anak-anak sang janda, dan
gambar-gambar janda muncul di berbagai publikasi mereka. Apakah asal usul
gagasan ini? Siapakah janda ini?
Jika kita mengkaji sumber-sumber
Masonik, kita menemukan bahwa simbol sang janda asalnya diturunkan dari legenda
Mesir. Legenda ini adalah salah satu mitos Mesir Kuno yang paling penting —
kisah Osiris dan Isis. Osiris adalah dewa kesuburan dan Isis adalah istrinya.
Menurut legenda tersebut, Osiris adalah korban kejahatan nafsu yang menyebabkan
Isis menjadi janda. Maka, janda Masonik adalah Isis. Sebuah artikel pada Mimar
Sinan menjelaskan masalah tersebut sebagai berikut:
Legenda Osiris-Isis adalah topik dari banyak artikel dan
ceramah serta merupakan mitos Mesir Kuno yang terdekat dengan Masonry. Ujian
untuk menjadi pendeta kuil Isis adalah inisiasi Masonik itu sendiri. Akan
membosankan jika harus mengulanginya. Di sana, cahaya adalah salah satu unsur
terpenting; agar terkubur di dalam kegelapan Timur, matahari pagi mulai turun
di sore hari dan menggantikan tugas Osiris setiap hari, sebagaimana Horus yang
dengan lebih cemerlang menggantikan tempat ayahnya yang terbunuh. Maka, “janda” yang anak-anaknya adalah
kita tak lain dari janda Osiris, Isis.77
Tampaklah
bahwa Masonry, yang menggambarkan dirinya sebagai berdiri di atas logika dan
sains, sebenarnya adalah sebuah doktrin mitologis yang penuh dengan kepercayaan
takhyul.
Di
antara simbol Masonry yang paling dikenal adalah sebuah jangka yang menangkupi
siku-siku. Jika kaum Mason ditanya, mereka menjelaskan bahwa simbol ini
mewakili konsep sains, keteraturan geometrik dan pemikiran rasional. Namun,
jangka dan siku-siku tersebut sebenarnya memunyai makna yang sangat berbeda.
Kita
dapat memahami dari sebuah buku yang ditulis oleh salah seorang Mason terbesar
sepanjang masa. Di dalam bukunya Morals and Dogmas, Albert Pike menulis
sebagai berikut tentang jangka dan siku-siku:
Siku-siku…
adalah suatu simbol yang alamiah dan tepat dari bumi ini…. Figur hemaproditik
adalah simbol dari alam ganda yang sejak dahulu diberikan kepada Dewa,
sebagaimana Pembangkit dan Penghasil, sebagaimana Brahma dan Maya bagi bangsa
Arya, Osiris dan Isis bagi bangsa Mesir. Sebagaimana Matahari adalah pria, maka
Bulan adalah wanita. 78
Ini
berarti bahwa jangka dan siku-siku, simbol Masonry yang paling terkenal, adalah
sebuah simbol dari paganisme Arya dan berawal sejak zaman Mesir Kuno atau
sebelum kedatangan agama Kristen. Bulan dan matahari pada bagian yang dikutip
dari Pike, merupakan simbol-simbol penting pada loge Masonik,
dan tak lain daripada sebuah refleksi keyakinan keliru masyarakat pagan kuno
yang menyembah bulan dan matahari itu.
FILOSOFI PAGAN MASONRY
Sejauh
ini, kita telah memahami bahwa asal usul Masonry terletak pada suatu doktrin
pagan yang merentang hingga ke Mesir Kuno, dan bahwa di sanalah makna sejati
dari konsep-konsep dan simbol-simbolnya tersembunyi. Oleh sebab inilah, Masonry
bertentangan dengan agama-agama Monoteistik. Masonry adalah humanis,
materialis, dan evolusionis. Sejarawan Amerika Michael Howard menguraikan rahasia
ini yang hanya diungkapkan sepenuhnya kepada kaum Mason dari tingkat tertinggi.
Mengapa orang Kristen seharusnya sangat kritis terhadap
Freemasonry…? … Jawaban atas pertanyaan ini terletak pada “rahasia-rahasia”
Freemasonry. Kalaupun rahasia-rahasia ini terbuka bagi masyarakat umum,
diragukan apakah makna-maknanya akan dimengerti oleh mereka yang tidak
benar-benar mengetahui berbagai doktrin klenik dan agama kuno. Nyatanya,
diragukan jika banyak dari anggota loge biasa memahami apa yang diwakili
rahasiara-hasianya. Di kalangan dalam Masonry, di antara mereka yang telah
mencapai tingkat inisiasi yang lebih tinggi, terdapat para Mason yang memahami
bahwa mereka adalah pewaris dari suatu
tradisi kuno dan pra-Kristen yang diteruskan dari masa pagan. 79
Jika kita mengamati tulisan-tulisan dari Masonry Turki, kita
memahami bahwa tingkat tertinggi memiliki pengetahuan yang mereka jaga tetap
tersembunyi dari saudara-saudara lain. Imam Mason Necdet Egeran
menjelaskan apa pendapat para Mason tingkat tinggi tentang hal ini:
Sebagian Mason bahkan memahami bahwa Masonry hanya
sebagai sebentuk setengah agama, setengah lembaga persaudaraan amal di mana
mereka dapat membina hubungan sosial yang menyenangkan dan memperlakukannya
sesuai dengan itu. Yang lainnya menganggap bahwa tujuan Masonry hanyalah untuk
membuat orang baik menjadi lebih baik. Masih ada lainnya yang menganggap bahwa
Masonry adalah tempat untuk membangun karakter. Pendeknya, mereka yang tidak
mengetahui bagaimana membaca atau menulis bahasa keramat Masonry memahami bahwa
makna dari berbagai simbol dan alegorinya seperti itu atau yang serupa. Tetapi bagi sebagian kecil kaum Mason
yang mampu masuk lebih dalam, Masonry dan sasaran-sasarannya sangat berbeda.
Masonry berarti sebuah pengetahuan yang ditampakkan, suatu inisiasi dan sebuah
awal. Ini berarti meninggalkan cara hidup lama dan memasuki yang baru dan
lebih-lebih lagi, lebih mulia…. Di
balik simbolisme dasar dan utama dari Masonry terdapat serangkaian pengungkapan
rahasia yang membantu kita memasuki kehidupan dalam yang lebih tinggi dan
mempelajari rahasia-rahasia keberadaan kita. Maka, pada kehidupan
bagian dalam dan pintu masuknya inilah dimungkinkan untuk mencapai Pencerahan
Masonry. Setelah itulah menjadi mungkin untuk mempelajari karakter dan kondisi
dari kemajuan dan evolusi. 80
Kutipan
ini menggarisbawahi bahwa walaupun sebagian kecil kaum Mason tingkat rendah
menganggap Masonry sebagai suatu organisasi amal dan sosial, namun Masonry
sebenarnya menyangkut rahasia keberadaan manusia. Artinya, tampilan luar
Masonry sebagai organisasi amal atau sosial sebenarnya adalah penyamaran untuk
menyembunyikan filosofi organisasi tersebut. Dalam kenyataannya, Masonry adalah
sebuah organisasi yang bertujuan menanamkan filosofi tertentu secara sistematik
kepada anggota-anggotanya, juga kepada masyarakat lainnya.
Sebagaimana
telah dikemukakan di awal, unsur fundamental filosofi ini, yang telah
berkembang menjadi Masonry dari budaya pagan, khususnya dari Mesir Kuno, adalah
materialisme.
MATERIALISME DI DALAM
SUMBER-SUMBER
MASONIK
I. KEYAKINAN AKAN MATERI ABSOLUT
Kaum Mason masa kini, sebagaimana para fir’aun, pendeta,
dan kelas-kelas lain dari Mesir Kuno, memercayai bahwa materi kekal dan tidak
diciptakan, dan bahwa dari materi tak berjiwa ini makhluk hidup dapat muncul
secara kebetulan. Di dalam tulisan-tulisan Masonik kita dapat
membaca penjelasan terperinci dari unsur-unsur dasar filosofi materialis.
Di dalam bukunya, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirasi
dari Freemasonry), Imam Mason Selami Isindag menulis tentang filosofi
materialis Masonry yang sebenarnya:
Seluruh angkasa, atmosfer, bintang-bintang, alam, seluruh
makhluk hidup dan tak hidup tersusun dari atom-atom. Manusia tidak lebih dari
kumpulan atom-atom yang terbentuk secara spontan. Keseimbangan pada arus
listrik di antara atom-atom memastikan kelangsungan hidup makhluk hidup. Ketika
keseimbangan ini rusak (bukan listrik di dalam atom itu), kita mati, kembali ke
bumi dan mengurai menjadi atom-atom. Artinya,
kita berasal dari materi dan energi, dan kita akan kembali menjadi materi dan
energi. Tumbuhan memanfaatkan atom-atom kita, dan semua makhluk
hidup termasuk kita memanfaatkan tumbuhan. Segala sesuatu terbuat dari zat yang
sama. Namun karena otak kita mengalami
evolusi tertinggi dibandingkan semua hewan, muncullah kesadaran.
Jika kita amati hasil-hasil psikologi eksperimental, kita melihat bahwa
pengalaman psikis tiga sisi dari emosi-pikiran-kemauan adalah hasil dari
sel-sel lapisan luar otak dan hormon-hormon yang berfungsi seimbang…. Sains positif memercayai bahwa tidak ada
yang menjadi ada dari ketiadaan, dan tidak ada yang akan musnah. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak perlu bersyukur atau menurut kepada kekuatan
apa pun. Alam semesta adalah sebuah totalitas energi tanpa awal dan akhir.
Segala sesuatu lahir dari totalitas energi ini, berevolusi dan mati, tetapi
tidak pernah benar-benar sirna. Benda-benda berubah dan
bertransformasi. Sama sekali tidak ada hal-hal semacam kematian atau
kehilangan, yang ada ialah perubahan yang terus-menerus, transformasi dan
formasi. Namun mustahil menjelaskan pertanyaan besar dan rahasia universal ini
dengan hukum-hukum ilmiah. Walau demikian penjelasan ekstra-ilmiah adalah
deskripsi khayalan, dogma dan kepercayaan yang sia-sia. Menurut
sains dan logika positivis, tidak ada jiwa di luar tubuh.81
Anda
akan menemukan pandangan-pandangan yang identik dengan kutipan di atas pada
buku-buku pemikir materialis seperti K. Marx, F. Engels, V.I. Lenin, G.
Politzer, C. Sagan, dan J. Monod. Mereka semua memercayai mitos utama
materialis bahwa alam semesta selalu ada, materi adalah satu entitas keberadaan
yang mutlak, materi berevolusi di dalam dan di luar dirinya, dan kehidupan
muncul sebagai hasil dari perubahan. Tepat sekali penggunaan istilah mitos di
sini karena, berlawanan dengan klaim Isindag bahwa “proses-proses ini adalah
hasil dari sains dan logika positif”, semua pandangan ini telah digugurkan oleh
penemuan-penemuan ilmiah di paro kedua abad kedua puluh. Misalnya, teori Big
Bang yang telah diterima di kalangan ilmiah menunjukkan bahwa
alam semesta diciptakan dari ketiadaan jutaan tahun yang lalu. Hukum
Termodinamika menunjukkan bahwa materi tidak memunyai kemampuan untuk
mengorganisasi dirinya sendiri, sehingga keseimbangan dan keteraturan di alam
semesta adalah hasil dari suatu penciptaan sadar. Dengan menunjukkan desain
luar biasa pada makhluk hidup, biologi membuktikan keberadaan sang Pencipta
yang menciptakan kesemuanya. (Untuk perincian, lihat karya Harun Yahya, Penciptaan Alam Raya, Darwinisme yang Terbantahkan, Keruntuhan Teori Evolusi)
Di dalam artikel ini, Isindag selanjutnya menjelaskan
bahwa pada kenyataannya kaum Mason adalah materialis dan karenanya, ateis; juga
bahwa mereka menggunakan konsep “Arsitek Agung Alam Semesta” dengan merujuk
kepada evolusi materi:
Saya ingin menyinggung secara amat singkat beberapa
prinsip, pemikiran yang diadopsi oleh kaum Mason: Menurut Masonry, kehidupan
bermula dari sebuah sel tunggal, berubah, bertransformasi dan berevolusi
menjadi manusia. Sifat, penyebab, tujuan, atau kondisi dari permulaan ini tidak
diketahui. Kehidupan
datang dari kombinasi materi dan energi dan kembali kepadanya. Jika kita
menerima sang Arsitek Agung Alam Semesta sebagai suatu prinsip yang luhur,
suatu horison kebaikan dan keindahan, puncak dari evolusi, tahapan tertinggi
dan idealnya yang dituju oleh kerja keras manusia, dan jika kita
tidak membuatnya sesuai ukuran tertentu, kita mungkin terselamatkan dari
dogmatisme. 82
Sebagaimana
kita pahami, filosofi Masonik memunyai salah satu prinsip paling dasar bahwa
segala sesuatu berasal dari materi dan kembali kepada materi. Segi menarik dari
pandangan ini adalah bahwa kaum Mason tidak menganggap filosofi ini khusus bagi
diri mereka saja, mereka ingin menyebarkan pemikiran ini kepada keseluruhan
masyarakat. Isindag melanjutkan:
Seorang
Mason yang terlatih dengan prinsip-prinsip dan doktrin-doktrin ini menerima
tugas untuk mendidik masyarakat… dan
untuk memajukan mereka dengan mengajarkan prinsip-prinsip logika dan sains
positif kepada mereka. Dengan begitu, Masonry disampaikan kepada
masyarakat. Ia bekerja
atas nama masyarakat tanpa menghiraukan masyarakat. 83
Kata-kata
ini menunjukkan dua aspek peran Masonry yang dirasakan di masyarakat;
1.
Di balik samaran sains positif dan logika, Masonry berusaha memaksakan filosofi
materialis yang dipercayainya (yakni, mitos Mesir Kuno) kepada masyarakat.
2.
Mereka bermaksud melakukan ini tanpa menghiraukan masyarakat. Artinya, walaupun
suatu masyarakat memercayai Tuhan dan tidak berminat menerima filosofi
materialis, Masonry akan berkeras dengan upaya mengubah pandangan masyarakat
tanpa persetujuan mereka.
RUH DAN AKHIRAT
Sebagai bagian dari keyakinan materialis mereka, kaum
Mason tidak menerima keberadaan roh manusia dan menolak sepenuhnya gagasan
tentang hari akhirat. Walau demikian, tulisan-tulisan Masonik terkadang
menyebut tentang mereka yang meninggal “telah melangkah ke keabadian” atau
ungkapan spiritual sejenisnya. Mungkin tampaknya bertolak belakang, tetapi
sebenarnya tidak, karena semua rujukan Masonry kepada keabadian ruh adalah
simbolik. Mimar Sinan menyinggung topik ini di dalam sebuah artikel
bertajuk, “Setelah Kematian menurut Masonry”:
Di dalam mitos Master Hiram, kaum Mason meyakini
kebangkitan setelah mati secara simbolik. Kebangkitan ini menunjukkan bahwa
kebenaran selalu menang atas kematian dan kegelapan. Masonry
tidak menganggap penting keberadaan roh yang berada di luar jasad. Di dalam
Masonry, kebangkitan setelah kematian adalah dengan meninggalkan karya
spiritual dan material sebagai warisan kepada umat manusia.
Inilah yang mengekalkan manusia. Barang siapa yang tidak mampu mengabadikan
nama di kehidupan manusia yang jelas-jelas singkat ini adalah orang yang gagal.
Kita menganggap barang siapa yang telah mengabadikan nama sebagai mereka yang
telah mengerahkan segenap daya upayanya, baik bagi orang-orang sezamannya
maupun generasi setelah mereka, untuk memberi kebahagiaan dan memastikan sebuah
dunia yang lebih ramah bagi manusia. Tujuan mereka adalah untuk memuliakan
gerak hati yang ramah yang memengaruhi kehidupan manusia.… Manusia yang telah
berupaya selama berabad-abad untuk memperoleh kekekalan dapat mencapainya
dengan karya yang ia lakukan, pelayanan yang ia berikan, serta pemikiran yang ia hasilkan; dan ini akan memberi arti pada kehidupannya.
Seperti dijelaskan oleh Tolstoy, “Surga akan tercipta di dunia ini dan manusia
akan mencapai kebajikan tertinggi yang dapat diraih” 84
Tentang topik serupa, Imam Mason Isindag menulis:
HAKIKAT SEGALA SESUATU: Masonry memahami ini sebagai
energi dan materi. Mereka berkata bahwa segala sesuatu berubah tahap demi tahap
dan akan kembali kepada materi: Secara ilmiah, ini didefinisikan sebagai
kematian. Mistisisme tentang hal ini, yaitu kepercayaan tentang kedua daya yang
membentuk manusia — roh dan jasad — bahwa
tubuh akan mati dan roh tetap hidup; bahwa roh itu berpindah ke alam roh, meneruskan
keberadaan mereka di situ dan kembali ke tubuh lainnya jika Tuhan berkehendak,
tidak sesuai dengan gagasan perubahan-transformasi yang diyakini oleh Masonry.
Gagasan Masonry tentang hal tersebut dapat diungkapkan seperti ini: “Setelah kematian, satu-satunya hal yang
tersisa dari Anda, dan tidak mati, adalah kenangan tentang kedewasaan Anda dan
apa yang telah Anda capai.” Gagasan ini adalah semacam cara
berpikir filosofis yang didasarkan atas prinsip-prinsip sains positif dan
logika. Keyakinan religius tentang keabadian roh dan kebangkitan kembali
setelah mati tidak bersesuaian dengan prinsip-prinsip positif. Masonry
telah mengambil prinsip-prinsip pemikiran dari sistem filosofis rasional dan
positif. Maka, dalam pertanyaan filosofis ini, Masonry memunyai cara berpikir
dan penjelasan yang berbeda dari agama. 85
Mengingkari
kebangkitan setelah mati dan mencari kekekalan dengan warisan duniawi…. Bahkan
jika kaum Mason menampilkan gagasan ini seakan bersesuaian dengan sains modern,
nyatanya ia tak lain dari mitos yang dipercayai oleh orang-orang tak bertuhan
sejak abad-abad awal sejarah. Al Quran menyebutkan tentang orang-orang yang tak
bertuhan sebagai “mendirikan bangunan-bangunan indah dengan maksud supaya
kekal.” Hud (’alaihi salam), salah seorang nabi di masa silam, memperingatkan
kaum ‘Ad akan bentuk kejahilan ini, sebagaimana ayat-ayat berikut:
Ketika saudara
mereka Hud berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?
Sesungguhnya
aku adalah seorang rasul kepercayaan kepadamu,
Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.
Dan
sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain
hanyalah dari Tuhan semesta alam.
Apakah kamu
mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main,
dan kamu
membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu kekal?
Dan apabila
kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis.
Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku." (QS. Asy-Syu'araa, 26:
124-131)
Kesalahan yang dilakukan kaum tak bertuhan ini bukanlah
mendirikan gedung-gedung indah. Umat muslim juga memandang seni sebagai sesuatu
yang penting; dengan membuatnya, mereka mencoba memperindah dunia. Perbedaannya
terletak pada niat. Seorang muslim yang tertarik akan seni sejauh itu
mengekspresikan keindahan dan gagasan estetik yang telah diberikan Allah kepada
manusia. Orang-orang yang tak bertuhan keliru dengan menganggap seni sebagai
sebuah jalan menuju kekekalan.
KEGANJILAN ILMIAH DARI PENGINGKARAN JIWA
Penolakan kaum Mason atas keberadaan roh, dan klaim
mereka bahwa kesadaran manusia tersusun dari materi, tidak bersesuaian dengan
sains. Sebaliknya, penemuan-penemuan ilmiah modern menunjukkan bahwa kesadaran
manusia tidak dapat direduksi menjadi materi, dan bahwa kesadaran tidak dapat
dijelaskan dengan syarat-syarat fungsi otak.
Pengamatan atas literatur yang
relevan menunjukkan bahwa para ilmuwan tidak mencapai kesimpulan apa pun
sebagai hasil upaya mereka, yang didorong oleh keyakinan materialis, untuk
mereduksi kesadaran menjadi otak, dan banyak yang akhirnya menyerah. Saat ini,
banyak peneliti yang berpendapat bahwa kesadaran manusia datang dari sebuah
sumber yang tak diketahui di luar neuron-neuron di dalam otak dan
molekul-molekul serta atom-atom yang membentuk mereka.
Setelah kajian bertahun-tahun, salah seorang peneliti,
Wilder Penfield, mencapai kesimpulan bahwa keberadaan ruh adalah fakta yang tak
terbantahkan:
Setelah bertahun-tahun berupaya keras untuk menjelaskan
pikiran berbasiskan kegiatan otak saja, saya mencapai kesimpulan bahwa lebih
sederhana (dan jauh lebih mudah menjadi logis) jika kita mengambil hipotesis
bahwa keberadaan kita memang meliputi dua unsur fundamental (otak dan pikiran
[atau jiwa]).… Karena tampaknya pasti bahwa untuk menjelaskan pikiran dengan
basis kegiatan neuron di dalam otak akan selalu sangat mustahil…. Saya terpaksa memilih dalil bahwa
keberadaan kita akan terjelaskan atas landasan dua unsur fundamental.
[otak dan pikiran, atau tubuh dan jiwa] 86
Yang membawa para ilmuwan kepada
kesimpulan ini adalah fakta bahwa kesadaran tidak akan pernah dapat dijelaskan
dengan ketentuan-ketentuan berbagai faktor materi belaka. Otak manusia bagaikan
sebuah komputer yang luar biasa, tempat informasi dari pancaindera kita
dikumpulkan dan diproses. Namun, komputer ini tidak memunyai perasaan “diri”;
ia tidak dapat memahami, merasa, atau berpikir tentang sensasi yang
diterimanya. Ahli fisika Inggris terkemuka, Roger Penrose, di dalam bukunya The
Emperor's New Mind, menuliskan:
Apa yang memberikan seseorang identitas pribadinya?
Apakah, hingga batas tertentu, atom-atom
yang menyusun tubuhnya? Apakah identitasnya tergantung pada
pilihan tertentu elektron, proton, dan partikel lainnya yang menyusun atom itu?
Setidaknya ada dua alasan mengapa hal ini tidak mungkin. Pertama, terjadi
pergantian yang terus-menerus pada material tubuh setiap manusia yang hidup.
Ini terjadi terutama pada sel-sel pada otak seseorang, walaupun faktanya tidak
ada sel-sel otak yang benar-benar baru yang diproduksi setelah lahir.
Kebanyakan atom di dalam masing-masing sel hidup (termasuk setiap sel otak) dan
tentu saja sebenarnya, keseluruhan material tubuh kita telah berganti berulang
kali sejak lahir. Alasan kedua datang dari fisika kuantum…. Jika elektron dari
otak seseorang dipertukarkan dengan elektron dari batu bata, maka keadaan
sistem akan tepat sama keadaannya dengan sebelumnya, tidak sekadar tak dapat
dibedakan! Hal serupa berlaku bagi proton dan jenis partikel apa saja, dan
untuk keseluruhan atom, molekul, dan seterusnya. Jika keseluruhan kandungan material
seseorang dipertukarkan dengan partikel yang sepadan pada batu bata rumahnya,
maka dalam pengertian yang kuat, tidak ada sesuatu pun yang akan terjadi.
87
Penrose
jelas-jelas mengatakan bahwa jika semua atom manusia dipertukarkan dengan atom
batu bata, kualitas yang membuat seseorang manusia berkesadaran akan tetap sama.
Atau kita dapat balikkan. Jika kita pertukarkan partikel-partikel atom di otak
dengan atom di batu bata, tidaklah batu bata itu akan memiliki kesadaran.
Singkatnya,
yang membuat seseorang menjadi manusia bukanlah sifat material; namun sifat
spiritual, dan jelaslah bahwa sumbernya adalah suatu entitas yang berada di
luar materi. Pada kesimpulan bukunya, Penrose berkomentar:
Kesadaran bagi saya merupakan suatu fenomena penting yang
tak dapat saya percayai begitu saja sebagai sesuatu yang “secara kebetulan”
muncul dengan perhitungan yang rumit. Ini adalah fenomena untuk
mengetahui keberadaan alam semesta itu sendiri. 88
Lalu
apa pendirian materialisme di bawah sorotan berbagai temuan ini? Bagaimana
mungkin kaum materialis mengklaim bahwa manusia tersusun semata dari materi,
dan bahwa seorang manusia dengan kecerdasan, perasaan, pemikiran, ingatan, dan
indera, dapat muncul melalui komposisi kebetulan dari atom-atom yang tidak
hidup dan tanpa kesadaran? Bagaimana mereka dapat berpikir bahwa proses
sedemikian itu mungkin terjadi?
Pertanyaan-pertanyaan
ini penting bagi semua materialis. Namun, berbagai tulisan Masonik dengan
topik-topik ini berisi gagasan-gagasan yang jauh lebih aneh dari apa yang
ditemukan pada tulisan kaum materialis. Jika kita amati berbagai tulisan ini,
kita melihat dengan jelas bahwa di balik filosofi materialis terdapat
“penyembahan materi”.
MATERIALISME MASONIK: PENUHANAN MATERI
Perlu
dipahami dengan jelas apa itu filosofi materialis: Pendukung filosofi ini
memercayai bahwa adanya keteraturan dan keseimbangan luar biasa di alam
semesta, serta jutaan spesies makhluk hidup di dunia, termasuk manusia,
semata-mata disebabkan oleh aktivitas atom-atom pembentuk materi. Dengan kata
lain, mereka memercayai atom-atom yang tidak hidup dan tanpa kesadaran sebagai
pencipta.
Betapa
modern pun tampaknya, pada kenyataannya gagasan ini adalah pembangkitan kembali
kepercayaan yang telah ada sejak abad-abad awal sejarah: Keberhalaan.
Orang-orang yang menyembah berhala percaya bahwa patung-patung dan totem-totem
yang mereka sembah memunyai roh dan kekuatan. Dengan kata lain, mereka
menyifatkan kesadaran dan kekuatan yang besar kepada materi yang tidak hidup
dan tanpa kesadaran. Tentu saja, ini benar-benar tidak masuk akal. Di dalam Al
Quran, Allah menyebutkan irasionalitas paganisme ini. Di dalam kisah para Nabi,
lancungnya kepercayaan pagan ditekankan secara khusus. Misalnya, Ibrahim
bertanya kepada ayahnya, “Ayah,
mengapa engkau menyembah apa yang tidak dapat mendengar atau melihat dan tidak
memberi manfaat apa-apa bagimu?” (QS. Maryam, 19:
42) Jelaslah bahwa memberikan sifat ketuhanan kepada materi yang tidak bernyawa,
yang tidak dapat mendengar ataupun melihat, “tidak memberi manfaat apa-apa bagi
siapa pun”, dan tidak punya kekuatan, nyata-nyata sangat bodoh.
Kaum materialis adalah contoh modern
dari penyembah berhala. Mereka tidak menyembah patung dan totem yang terbuat
dari kayu dan batu, namun memercayai gagasan bahwa materi membentuk, tidak
hanya ini, tetapi semua benda, dan menganggap bahwa materi ini memunyai
kekuatan, kecerdasan, dan pengetahuan yang tidak terbatas. Tulisan-tulisan
Masonik menyebutkan beberapa hal menarik tentang ini, yang merupakan esensi
materialisme. Sebuah artikel di majalah Mimar Sinan menyatakan:
Agar objek material mewujud, atom-atom berkumpul dalam
susunan tertentu. Kekuatan yang
menyebabkan organisasi ini adalah roh yang dimiliki setiap atom.
Karena setiap roh memiliki kesadaran, setiap benda yang tercipta memiliki
kesadaran yang cerdas. Dan setiap benda yang tercipta memiliki kecerdasan pada
tingkat yang sama. Manusia, hewan, bakteri, dan molekul semuanya memiliki
kecerdasan pada tingkat yang sama. 89
Kita
memperhatikan di sini adanya klaim bahwa setiap atom memiliki kecerdasan dan
kesadaran. Para penulis Masonik yang membuat
klaim ini mengajukan bahwa segala sesuatu memiliki kesadaran karena atom-atom
memilikinya dan karena ia menolak keberadaan roh manusia, dia menganggap
manusia sebagai massa
atom-atom, sama seperti hewan atau molekul-molekul yang tidak hidup.
Namun,
inilah faktanya: materi tidak hidup (atom-atom) tidak memunyai roh, kesadaran,
ataupun kecerdasan. Inilah fakta yang dibuktikan kepada kita oleh pengamatan
dan percobaan. Hanya makhluk hidup yang memiliki kesadaran, yang merupakan
hasil dari “jiwa” yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Dari semua makhluk
hidup, manusia dianugerahi tingkat kesadaran tertinggi karena mereka memiliki
roh yang unik yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Dengan kata lain, kesadaran tidak ditemukan pada materi
tidak hidup, sebagaimana dipercayai kaum Mason, namun pada makhluk yang
berjiwa. Namun, untuk menolak keberadaan Tuhan, kaum Mason mengambil
kepercayaan bodoh yang menyifatkan “roh” kepada atom-atom.
Kepercayaan materialis yang
didukung oleh kaum Mason ini adalah tampilan baru dari kepercayaan pagan
bernama “animisme”, yang menganggap setiap material di alam (batu, gunung,
angin, air, dan sebagainya) memiliki jiwa dan kesadarannya sendiri. Filosof
Yunani Aristoteles menggabungkan kepercayaan ini dengan materialisme
(kepercayaan bahwa materi tidak diciptakan dan merupakan satu-satunya bentuk
absolut). Bahkan saat ini, penyifatan kesadaran kepada benda tak bernyawa —
karena merupakan esensi dari materialisme — telah menjadi sebentuk paganisme kontemporer.
Tulisan-tulisan Masonik penuh dengan penuturan menarik
tentang kepercayaan ini. Sebuah artikel pada Mimar Sinan bertajuk “Jalan
Kebenaran” menyatakan:
Jika kita menerima hirarki animis bahwa roh ada di dalam
atom, bahwa molekul mengarahkan roh di dalam atom, bahwa sel
mengarahkan roh di dalam molekul, bahwa organ mengarahkan roh di dalam sel,
bukankah roh utama yang mengarahkan keseluruhan tubuh merupakan tuhan dari
roh-roh yang lebih kecil ini? 90
Doktrin palsu dan primitif ini membuat kaum Mason percaya
bahwa keseimbangan dan keteraturan di alam semesta dipengaruhi oleh materi tak
bernyawa. Lagi, di Mimar Sinan, sebuah artikel muncul
tentang perkembangan geologis dunia. Dinyatakan:
Kehancuran permukaan ini terjadi begitu halusnya sehingga
kita dapat katakan bahwa keadaan
kehidupan sekarang ini tercapai sebagai hasil dari kecerdasan tersembunyi pada
magma. Jika tidak demikian, air tidak akan berkumpul di cekungan
dan bumi akan sepenuhnya ditutupi air. 91
Artikel
lain di majalah Mimar Sinan mengklaim bahwa sel-sel hidup pertama, dan
sel-sel yang kemudian berkembang dari mereka memiliki kesadaran, membuat
perencanaan, dan melaksanakannya:
Awal
kehidupan di bumi terjadi ketika sebuah sel tunggal muncul. Sel tunggal ini segera
mulai bergerak dan di bawah impuls yang vital dan sangat pemberontak, membelah
dua dan meneruskan pembelahan tak berhingga ini sepanjang jalannya. Namun
sel-sel terpisah ini tidak merasakan tujuan apa-apa dari pergerakannya dan di
bawah dorongan naluriah yang kuat untuk mempertahankan diri, sel-sel terpisah
ini bekerja sama, berkumpul, dan bekerja di dalam keselarasan yang sangat
demokratis dan pengorbanan diri dalam pembentukan organ-organ yang penting bagi
kehidupan itu. 92
Namun,
berlawanan dengan apa yang ditegaskan oleh kutipan ini, tidak ada kesadaran
pada sel hidup. Kepercayaan ini tak lain dari takhyul. Lagi, sebagaimana tampak
pada kutipan di atas, untuk menyangkal keberadaan Tuhan dan tindakan
penciptaan-Nya, mereka memberikan sifat yang menggelikan kepada atom, molekul,
dan sel, seperti kecerdasan, kemampuan berencana, pengorbanan diri, dan bahkan
“keselarasan demokratik”. Sama tak masuk akalnya dengan mengatakan bahwa
terciptanya sebuah lukisan cat minyak karena “cat-cat bersama-sama menyusun
diri menurut sebuah rencana, dan melakukannya secara demokratis dan penuh
harmoni,” begitu pula klaim kaum Mason tentang asal usul kehidupan adalah
nonsens.
Ungkapan
umum lainnya tentang ajaran takhyul Masonry dan materialismenya adalah gagasan
“Ibu Alam” (Mother
Nature). Kita menemukan ungkapan ini dalam berbagai film dokumenter, buku,
majalah, bahkan iklan; digunakan untuk mengekspresikan kepercayaan bahwa materi
tak bernyawa yang menyusun alam (nitrogen, oksigen, hidrogen, karbon, dan
lain-lain) memiliki kekuatan sadar, dan bahwa dengan sendirinya menciptakan
manusia dan semua makhluk hidup. Mitos ini tidak didasarkan pada observasi
ataupun pemikiran logis, tetapi dimaksudkan untuk memengaruhi orang-orang
melalui indoktrinasi massal. Tujuannya adalah agar manusia melupakan Tuhan,
Pencipta sebenarnya, berpaling kepada paganisme, di mana “alam” dianggap
sebagai pencipta.
Masonry berupaya keras membentuk kredo ini, memperkuat, dan
menyebarkannya, serta menyokong semua kekuatan sosial yang dianggapnya sebagai
sekutu. Sebuah artikel di Mimar Sinan, bertajuk “Pemikiran tentang
Konsep dan Evolusi Solidaritas dari Sudut Pandang Ilmiah”, berbicara tentang
“keselarasan misterius yang ditata oleh ibu alam” dan menyatakan bahwa ini
adalah basis dari filosofi humanis Masonry. Lebih jauh dikatakan bahwa Masonry
akan menyokong gerakan-gerakan yang mendukung filosofi ini:
Jika
dipandang dari sudut pemberian dan pengambilan material dalam dunia makhluk
hidup, bahwa mikroba-mikroba yang bermanfaat yang hidup di bumi dan di dalam
tubuh kita, semua tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia ada dalam sebuah keselarasan misterius yang diatur
oleh ibu alam, dan bahwa semuanya terus-menerus sibuk dengan solidaritas
organik, saya ingin meyakinkan sekali lagi bahwa Masonry akan
memandang setiap jenis gerakan psikososial yang didedikasikan untuk
kesejahteraan, kedamaian, ketenteraman, dan kebahagiaan, singkatnya setiap
gerakan yang berada di jalan menuju humanisme dan kesatuan universal umat
manusia, sebagai sarana dan aksi yang memajukan cita-citanya juga. 93
Yang
terpenting di antara “sarana dan aksi” yang “memajukan cita-cita Masonry” itu
adalah teori evolusi yang diaku-aku berlandasan ilmiah, sebuah dukungan modern
bagi materialisme dan humanisme.
Pada
bab selanjutnya kita akan melihat lebih dekat lagi teori evolusi dari zaman Darwin hingga propaganda
evolusionis modern, dan kita akan menemukan hubungan rahasia Masonry dengan
kesalahan ilmiah terbesar sepanjang masa ini.
-V-
Mengkaji Ulang
Teori Evolusi
TAHUN 1832
HMS Beagle melintasi Lautan Atlantik yang luas. Kapal itu
tampak seperti kapal barang atau penumpang biasa saja, namun perjalanannya
adalah perjalanan untuk melakukan penemuan, yang akan berlangsung
bertahun-tahun. Dari Inggris, ia akan menyeberangi lautan dan mencapai pantai
Amerika Selatan.
Beagle, sebuah kapal dengan kepentingan yang sedikit
diketahui hingga saat itu, berangkat untuk perjalanan lima tahun lamanya.
Yang pada akhirnya akan membuat kapal itu terkenal adalah
penumpangnya, Charles Robert Darwin, seorang penyelidik alam berusia 22 tahun. Dia
tidak benar-benar mempelajari biologi namun menjadi mahasiswa teologi di
Universitas Cambridge.
Walaupun anak muda ini mendalami teologi secara luas,
zamannya kuat dipengaruhi oleh pemikiran materialis. Memang, setahun sebelum
memulai perjalanannya dengan Beagle, ia telah menolak sejumlah ajaran dasar
agama Kristen.
Darwin muda menafsirkan semua penemuan yang diperoleh
selama perjalanannya dalam kerangka pemikiran materialis, dan berusaha
menjelaskan makhluk hidup yang diselidikinya tanpa merujuk kepada penciptaan
oleh Tuhan. Selama tahun-tahun selanjutnya, ia mengembangkan, memperhalus, dan
akhirnya menerbitkan gagasan-gagasan ini. Teorinya diajukan tahun 1859, di
dalam sebuah buku berjudul Origin of Species (Asal Usul Spesies), yang tidak
diterima secara baik di dunia intelektual abad kesembilan belas, walaupun
akhirnya akan menyediakan basis yang seolah ilmiah yang telah dicari-cari
ateisme selama berabad-abad.
Apakah teori evolusi penemuan asli Darwin? Apakah ia
sendiri mengembangkan sebuah teori yang membuka jalan kepada salah satu
penipuan terbesar dalam sejarah dunia?
Sebenarnya, Darwin tidak melakukan apa-apa selain
mengubah gagasan yang landasannya telah dibangun sebelumnya.
MITOS EVOLUSI,
DARI YUNANI
KUNO KE EROPA
MODERN
Intisari dari teori evolusi Darwin adalah klaim bahwa di
bawah kondisi alamiah murni, materi tak hidup secara spontan memunculkan
makhluk hidup pertama, dan bahwa dari mereka, lagi-lagi di bawah kondisi serupa,
semua spesies lain berkembang oleh kebetulan belaka. Dengan kata lain, teori
evolusi mengajukan keberadaan sebentuk sistem yang swakelola, yang telah
mengorganisasi dirinya sendiri tanpa pencipta, dan secara spontan menciptakan
makhluk hidup. Gagasan bahwa alam mengorganisasi dirinya sendiri tanpa
pencipta ini disebut “naturalisme”.
Teori naturalisme sama absurdnya dengan gagasan bahwa
sebuah perpustakaan dapat menciptakan dirinya sendiri tanpa para pengarang.
Namun, semenjak abad-abad awal sejarah, gagasan ini telah dipertahankan oleh
banyak pemikir dengan dilandaskan semata pada dorongan filosofis dan ideologis
mereka, dan telah diadopsi oleh sejumlah peradaban.
Naturalisme lahir dan tumbuh
subur di dalam masyarakat pagan seperti Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Namun,
dengan tersebarnya agama Kristen, filosofi pagan ini banyak ditinggalkan, dan
gagasan bahwa Tuhan menciptakan seluruh alam dan semesta mulai mendominasi.
Begitu pula, begitu Islam tersebar di Timur, gagasan naturalis dan berbagai
kepercayaan pagan, seperti Zoroasterianisme dan persihiran tersingkir, dan
fakta penciptaan diterima.
Walaupun demikian, filosofi naturalis tetap bertahan di
bawah tanah. Filosofi ini dipelihara oleh masyarakat-masyarakat rahasia dan
bangkit kembali di bawah keadaan yang lebih sesuai. Pada dunia Kristen,
sebagaimana disebutkan di awal buku ini, naturalisme dipelihara oleh kaum
Mason, dan masyarakat-masyarakat rahasia lainnya yang mengikuti mereka. Sebuah
majalah Turki bernama Mason, yang diterbitkan untuk anggota ordo, memberikan
informasi menarik berikut ini:
Mereka yang sampai pada berbagai penemuan baru di dunia
peristiwa dan fenomena alam tanpa memperhitungkan Tuhan terpaksa menyimpan
penemuan mereka untuk diri sendiri. Riset yang dilakukan secara rahasia dan
bahkan mereka yang terlibat di riset serupa harus menyembunyikan hubungan
mereka. Kerahasiaan ini membutuhkan pemakaian beberapa tanda dan simbol
sepanjang proyek yang dilaksanakan. 94
Apa
yang dimaksud dengan “penemuan baru” di sini adalah pemahaman sains yang
bersekutu dengan naturalisme, sebuah teori yang tidak menerima keberadaan
Tuhan. Pendekatan kajian sains yang menyimpang ini dikembangkan secara rahasia
di dalam masyarakat bawah tanah yang perlu menggunakan tanda-tanda dan
simbol-simbol untuk tujuan ini dan begitulah akar Masonry dibentuk.
Salah
satu dari yang disebut masyarakat rahasia ini, yang bertanggung jawab atas
penanaman akar Masonry adalah ordo Mawar-Salib (Rosicrucian), sebentuk titik
temu antara Templar dan Mason. Ordo ini, pertama kali terdengar di abad kelima
belas, menciptakan gelombang minat akan alkimia, khususnya di Eropa, yang para
anggotanya dikatakan memiliki pengetahuan rahasia. Namun warisan terpenting
dari ordo Mawar Salib adalah filosofi naturalis, dan gagasan tentang evolusi,
yang menjadi bagiannya. Majalah Mason menyatakan bahwa akar Masonry merentang
kepada para Templar dan Rosicrucian, yang menekankan filosofi evolusionis:
Masonry Spekulatif atau organisasi Masonry kontemporer
didirikan di serikat-serikat pekerja bangunan Abad Pertengahan yang kita sebut
sebagai Masonry Operatif. Namun, mereka yang membawa unsur-unsur spekulatif
utama ke pondasi ini adalah anggota dari organisasi-organisasi tertentu yang
mempelajari sistem-sistem bawah tanah masa prasejarah dan pengetahuan mereka.
Di antara organisasi ini yang terpenting adalah Templar dan Rosicrucian….
Tidak
diketahui di mana dan bagaimana ordo Rosicrucian didirikan. Jejak pertamanya
terdapat di Eropa abad kelima belas, tapi jelas bahwa ordo itu lebih tua lagi.
Jauh dari para Templar, minat utama Rosicrucian bersifat ilmiah.
Anggotanya secara luas melibatkan diri dalam alkimia…. Karakteristik terpenting
anggota-anggotanya adalah fakta bahwa mereka memercayai bahwa setiap tahap
perkembangan adalah tahapan dalam proses evolusi. Oleh karena itu, mereka
menempatkan naturalisme sebagai dasar filosofi mereka sehingga dikenal sebagai
“kaum naturalis.” 95
Organisasi
Masonik lainnya yang mengembangkan gagasan evolusi tidak berada di Barat tetapi
dibangun di Timur. Imam Besar Selami Isindag menyebutkan informasi berikut ini
di dalam sebuah artikel berjudul “Masonry dan Kita: Dari Pembentukannya hingga
Hari Ini”:
Di dalam dunia Islam
terdapat padanan Masonry yang disebut Ikhwan as-Safa' (Persaudaraan Suci). Perkumpulan ini didirikan di Basrah
pada zaman Abbasiyah dan menerbitkan sebuah ensiklopedia yang terdiri dari 54
jilid besar. Tujuh belas di antaranya berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam
dan berisi penjelasan ilmiah yang
sangat mirip dengan penjelasan Darwin .
Pemikiran ini bahkan berkembang hingga ke Spanyol dan memengaruhi pemikiran
Barat.96
Walaupun berkembang di dunia
Islam, perkumpulan ini menjauhkan diri dari ajaran-ajaran Islam yang utama. Ia
dipengaruhi oleh filosofi Yunani Kuno, yang diungkapkannya melalui simbolisme
rahasia. Selami Isindag melanjutkan:
Perkumpulan ini berasal dari sekte Ismailiyah dan tujuan
utamanya adalah membuat dogma-dogma agama dapat diterima dengan berbagai
penjelasan alegoris dan simbolik. Filosofinya
dipengaruhi oleh Pythagoras dan Plato. Untuk memasuki perkumpulan
ini, pertama seseorang dipikat dengan petunjuk mistik dan kemudian dibersihkan dari berbagai kepercayaan
dan dogma agama yang sia-sia. Selanjutnya ia dibiasakan dengan
metoda-metoda filosofis dan simbolik. Calon anggota yang melewati masa
penerimaan ini kadang-kadang diajarkan tentang pemikiran neo-Platonik, dan
kemudian kimia, astrologi, dan numerology, ilmu tentang makna angka-angka.
Tetapi semua pengetahuan ini dirahasiakan dan diberikan hanya kepada mereka
dianggap layak menerimanya. Sebagian dari arti simbolik dari unsur-unsur ini
tidak berlawanan dengan ilmu pengetahuan dan logika sehingga dapat bertahan
pada berbagai ritual kita saat ini. 97
Kata-kata
yang dikutip di atas, “dibersihkan dari berbagai kepercayaan dan dogma agama
yang sia-sia” berarti bahwa calon anggota dibuat menolak agama sama sekali.
Begitulah Isindag sang Mason mendefinisikan agama. Namun, sebagaimana dikaji
pada bagian sebelumnya, “kepercayaan dan dogma yang sia-sia” adalah eufemisme
khusus dari filosofi Masonik. Harus dipahami bahwa Masonry, atau kelompok
materialis lainnya, mengungkapkan gagasan antiagama semacam itu tanpa
pembenaran logis; mereka hanya bersandar pada propaganda dan sugesti. Karena
mereka tidak dapat mencela agama secara rasional, mereka menggunakan cara
sugesti dan kata-kata pilihan ini untuk menciptakan efek psikologis tertentu.
Dari
kutipan di atas, kita memahami bahwa Ikhwan as-Safa', sebuah padanan
masyarakat Masonry dalam dunia Islam, melakukan berbagai aktivitas yang
menyerupai kaum Masonry modern. Metoda mereka adalah mendukung filosofi pagan
yang bertolak belakang dengan agama sejati, mengungkapkannya dengan
simbol-simbol, dan memperkenalkan filosofi rahasia ini kepada anggotanya sedikit
demi sedikit.
Di
dalam sejarah Islam terdapat beragam pemikir yang dengan cara ini menjauhkan
diri dari Islam, dan dipengaruhi oleh mitos-mitos materialis dan evolusionis
Yunani Kuno. Fakta bahwa aliran pemikiran ini, yang begitu dibenci dan disangkal
oleh imam besar Islam Al Ghazali di dalam karya-karyanya, memunyai karakter
Masonik sudah tentu memperjelas sebagian masalah ini. Di dalam karyanya Al
Munqidh min al-Dalal (Membebaskan Diri dari Kesesatan), Ghazali secara langsung
mengkritik perkumpulan Ikhwan as-Safa, menjelaskan bahwa perkumpulan itu
mendukung filosofi sesat yang dipengaruhi oleh pemikiran Yunani Kuno. Dan, di
dalam karyanya Fadaidh al Bathiniyyah ,
ia menunjukkan penyimpangan
ajaran sekte Ismailiyah, di mana Ikhwan as-Safa tergabung.
ZAMAN PENCERAHAN DAN KEBANGKITAN
MITOS EVOLUSI
Gagasan materialis dan evolusionis dari organisasi
Masonik semacam Rosicrucian atau Ikhwan as-Safa yang diungkapkan secara
rahasia, namun paling sering secara simbolis, menjadi lebih terbuka begitu
kekuatan sosial Gereja Katolik melemah di Eropa. Akibatnya, ajaran-ajaran pagan
ini, yang berada di bawah tanah selama 1000 tahun oleh karena dominasi politis
dan intelektual agama Kristen, menjadi mode lagi di tengah-tengah para pemikir
Eropa abad ketujuh belas dan delapan belas.
Periode ketika pemikiran materialis dan evolusionis
mendapatkan penerimaan luas di masyarakat Eropa, dan memengaruhinya agar
menjauhkan diri dari agama dikenal sebagai Zaman Pencerahan. Sudah barang
tentu, mereka yang memilih kata ini (yakni mereka yang
menganggap positif perubahan pemikiran ini bagaikan perpindahan menuju cahaya)
adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka menggambarkan periode sebelumnya
sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan agama sebagai penyebabnya. Mereka mengklaim
Eropa menjadi tercerahkan ketika dilakukan sekularisasi dan dijauhkan dari
agama. Sudut pandang yang bias dan palsu ini sampai hari ini masih menjadi
salah satu mekanisme propaganda utama bagi mereka yang menentang agama.
Memang benar bahwa agama Kristen abad pertengahan
sebagiannya “gelap” dengan takhyul dan kefanatikan, dan hampir semuanya telah
dibersihkan pada pascaabad pertengahan. Nyatanya, Zaman Pencerahan pun tidak
membawa banyak hasil positif bagi Barat. Hasil terpenting dari Zaman Pencerahan,
yang terjadi di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu
menjadi lautan darah. Hari ini literatur yang dipengaruhi Pencerahan memuji
Revolusi Prancis; namun, Revolusi banyak membebani Prancis dan ikut berperan
atas terjadinya konflik sosial yang berlanjut hingga ke abad kedua puluh.
Analisis tentang Revolusi Prancis dan Pencerahan oleh pemikir Inggris terkenal,
Edmund Burke, sangat informatif. Dalam bukunya yang terkenal, Reflection on the
Revolution in France, yang terbit pada tahun 1790, ia mengkritik baik gagasan
Pencerahan maupun buahnya, Revolusi Prancis. Menurutnya, gerakan itu
menghancurkan nilai-nilai dasar yang menyatukan masyarakat, seperti agama,
moralitas, dan struktur keluarga, serta melempangkan jalan menuju teror dan
anarki. Akhirnya, dia memandang Pencerahan, sebagaimana disitir seorang
penafsir, sebagai sebuah “gerakan destruktif kecerdasan manusia.” 98
Para pemimpin gerakan destruktif ini adalah pengikut
Masonry. Voltaire, Diderot, Montesquieu, dan pemikir-pemikir antiagama lain
yang mempersiapkan jalan ke Revolusi, semuanya pengikut Masonry. Kaum Mason
akrab dengan para Jacobin yang memimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian
sejarawan berpendapat bahwa sulit untuk membedakan antara ajaran Jacobin dan
Masonry pada periode ini. (Lihat Ordo Masonik Baru karya Harun Yahya)
Selama Revolusi Prancis, banyak kekerasan yang ditujukan
terhadap agama. Banyak pastor dikirim ke guillotine, banyak gereja dihancurkan,
dan lebih jauh lagi, ada sejumlah orang yang hendak menghapuskan agama Kristen
sama sekali dan menggantikannya dengan sebuah agama yang bersifat simbolik,
pagan, dan menyimpang yang disebut “Agama Akal Budi”. Para pemimpin Revolusi
juga menjadi korban dari kegilaan ini, satu per satu dari mereka akhirnya
terpenggal kepalanya di bawah pisau guillotine, yang telah mereka sendiri
gunakan untuk menghukum begitu banyak orang. Bahkan hari ini, banyak orang
Prancis yang terus mempertanyakan apakah revolusi itu baik atau tidak.
Sentimen antiagama pada Revolusi Prancis menyebar ke
seluruh Eropa dan, sebagai hasilnya, abad kesembilan belas menjadi salah satu
periode propaganda antiagama yang paling berani dan paling agresif.
Oleh karena itu,
proses ini memungkinkan munculnya gagasan-gagasan materialis dan evolusionis ke
permukaan , setelah bergerak di bawah tanah selama berabad-abad dengan
menggunakan berbagai simbol. Para materialis seperti Diderot dan Baron
d'Holbach mengangkat bendera antiagama, sementara mitos evolusi dari mitos
Yunani Kuno diperkenalkan kepada kalangan ilmiah.
ERASMUS DARWIN
Mereka yang secara umum dianggap sebagai pendiri teori
evolusi adalah ahli biologi Prancis Jean Lamarc dan ahli biologi Inggris
Charles Darwin. Menurut kisah klasik, Lamarc pertama kali mengajukan teori
evolusi, namun ia melakukan kesalahan dengan melandaskannya pada pewarisan
sifat-sifat yang dibutuhkan. Di kemudian hari, Darwin mengajukan teori kedua
yang berlandaskan pada ahli teori yang berperan penting dalam asal usul teori
evolusi, yakni kakeknya sendiri, Erasmus Darwin.
Erasmus Darwin dan Lamarc sama-sama hidup di abad
kedelapan belas. Sebagai seorang ahli ilmu fisika, ahli ilmu jiwa, dan penyair,
ia diakui sebagai seorang yang memiliki otoritas. Penulis biografinya, Desmond
King-Hele bahkan menyebutnya orang Inggris terbesar di abad kedelapan belas.99
Namun Erasmus Darwin memunyai kehidupan pribadi yang sangat gelap. 100
Erasmus
Darwin utamanya dicatat sebagai salah satu naturalis paling terkemuka di
Inggris. Sebagaimana disebutkan di bagian awal, naturalisme adalah pandangan
yang tidak menerima bahwa Tuhanlah yang menciptakan makhluk hidup.
Sesungguhnya, pandangan ini, yang dekat dengan materialisme, adalah titik tolak
dari teori evolusi Erasmus Darwin.
Pada
tahun 1780-an dan 90-an, Erasmus Darwin mengembangkan kerangka dasar teori
evolusi, yang menyebutkan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu nenek
moyang tunggal secara kebetulan dan mengikuti hukum-hukum alam. Ia melakukan
risetnya di sebuah taman botani seluas delapan akre yang telah ia siapkan, dan
berusaha membuktikan idenya. Dia menjelaskan teorinya pada dua
bukunya, Temple of Nature (Kuil Alam) dan Zoonomia. Lebih jauh lagi, pada tahun
1784 ia mendirikan sebuah komunitas untuk menyebarkan gagasannya, yang dikenal
sebagai Masyarakat Filosofis.
Bertahun-tahun kemudian, Charles
Darwin mewarisi gagasan-gagasan kakeknya dan kerangka dasar dari pengajuannya
tentang teori evolusi. Teori evolusi Charles Darwin dikembangkan dari struktur
yang dikembangkan kakeknya, sementara Masyarakat Filosofis menjadi salah satu
pendukung teorinya yang terbesar dan paling bersemangat. 101
Singkatnya, Erasmus Darwin adalah
pelopor sebenarnya dari teori yang kita kenal sebagai teori evolusi yang telah
dipropagandakan di seluruh penjuru dunia selama 150 tahun terakhir.
Setelah
pencarian saksama akan jawaban pertanyaan ini, kami menemukan fakta penting
bahwa Erasmus Darwin adalah seorang Mason. Namun, ia pun bukan sekadar Mason
biasa, ia adalah salah seorang Imam tertinggi di organisasi ini.
Ia adalah Imam
dari loge Canongate yang terkenal di Edinburg, Skotlandia.102
Lebih jauh lagi, ia memiliki hubungan erat dengan kaum Mason Jacobin yang
menjadi pengorganisir revolusi di Prancis saat itu, dan dengan ‘Illuminati’,
yang tujuan utamanya adalah membantu pengembangan kebencian terhadap agama.103
Artinya, Erasmus Darwin adalah nama penting dalam organisasi-organisasi
antiagama di Masonik Eropa.
Erasmus
mendidik anaknya Robert (ayah Charles Darwin), yang juga menjadi anggota loge
Masonik. 104
Oleh karena itu, Charles Darwin menerima pewarisan ajaran Masonik dari ayah dan
kakeknya.
Erasmus
Darwin berharap anaknya Robert mengembangkan dan menerbitkan teorinya, namun
ternyata cucunya Charles yang meneruskan kegiatan tersebut. Walaupun baru
setelah beberapa lama, karya Erasmus Darwin, Temple of Nature
akhirnya direvisi oleh Charles Darwin. Pandangan-pandangan Darwin tidak memiliki bobot teori ilmiah;
namun lebih berupa ungkapan doktrin naturalis yang memandang alam memiliki daya
penciptaan.
KAUM MASON DAN FILOSOFI NATURALIS
Adapun
teori seleksi alam yang dianggap sebagai satu kontribusi khusus Darwin , juga semata
merupakan teori yang telah diajukan sebelumnya oleh sejumlah ilmuwan. Namun,
para ilmuwan sebelum era Darwin
tidak menjadikan teori seleksi alam sebagai argumen terhadap penciptaan;
sebaliknya, mereka memandangnya sebagai mekanisme yang dirancang oleh sang
Pencipta untuk melindungi spesies dari distorsi yang turun-temurun. Seperti
Karl Marx mengambil konsep idealis Hegel tentang “dialektika”, dan
membengkokkannya agar sesuai dengan filosofinya sendiri, begitu pula Darwin mengambil teori
seleksi alam dari ilmuwan kreasionis dan menggunakannya sedemikian rupa hingga
memenuhi gagasan naturalisme.
Oleh
karenanya, kontribusi pribadi Darwin
dalam formulasi Darwinisme hendaknya tidak berlebihan. Konsep-konsep
filosofis yang ia gunakan ditemukan oleh para filosof naturalisme sebelumnya.
Jika Darwin tidak mengajukan teori evolusi, akan ada orang lain yang
melakukannya. Pada kenyataannya, sebuah teori yang mirip dengan ini diajukan
pada periode yang sama oleh ilmuwan natural Inggris lainnya yang bernama Alfred
Russel Wallace; itulah sebabnya Darwin bergegas menerbitkan Origin of the
Species.
Akhirnya, Darwin muncul di panggung ketika perjuangan
panjang telah dimulai di Eropa untuk menghancurkan keimanan akan Tuhan dan
agama, menggantinya dengan filosofi naturalis dan sebuah model humanis untuk
kehidupan manusia. Kekuatan yang paling signifikan di balik perjuangan ini
bukanlah pemikir yang ini atau yang itu, melainkan organisasi Masonik, yang
memunyai begitu banyak anggota dari pemikir, ideolog, dan pemimpin politik.
Fakta ini diakui dan diungkapkan oleh sejumlah tokoh
Kristen masa itu. Paus Leo XIII, pemimpin Katolik dunia, mengeluarkan sebuah
dekrit yang terkenal pada tahun 1884, berjudul Humanus Genus di mana ia
menyampaikan banyak pernyataan penting tentang Masonry dan
aktivitas-aktivitasnya. Ia menulis:
Pada periode ini para
pendukung setia setan tampaknya sedang menggabungkan diri, dan berjuang dengan
gelora yang padu, dipimpin atau dibantu oleh asosiasi yang tersebar luas dan
terorganisasi kuat yang disebut Freemason. Tidak lagi merahasiakan
tujuan-tujuan mereka, mereka sekarang sedang bangkit dengan berani melawan
Tuhan sendiri.
… Karena, dari yang ditunjukkan dengan jelas oleh apa
telah kami sebutkan di atas, apa yang merupakan tujuan utama mereka mendesakkan
diri ke depan mata yakni, penggulingan total keseluruhan tatanan politik dan
agama di dunia yang dihasilkan ajaran Kristen, dan penggantian dengan sebuah
tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka “di mana pondasi dan hukum akan
diambil dari naturalisme saja.” 105
Fakta penting yang dinyatakan oleh Leo XIII pada kutipan di
atas adalah upaya untuk menghancurkan sama sekali nilai-nilai moral yang
diajarkan oleh agama. Apa yang coba dilakukan oleh Masonry dengan bantuan
Darwinisme adalah menghasilkan masyarakat yang bobrok secara moral dan tidak
mengakui hukum ketuhanan, tidak takut akan Tuhan, dan mudah terbujuk untuk
melakukan segala macam kejahatan. Apa yang dimaksud di atas dengan “sebuah
tatanan baru sesuai dengan gagasan mereka di mana pondasi dan hukum akan
diambil dari naturalisme saja” adalah sejenis model sosial.
Kaum Mason, karena menganggap
Darwinisme dapat memenuhi tujuan-tujuan mereka, berperan penting dalam
penyebarannya ke tengah massa .
Segera setelah teori Darwin
diterbitkan, sekelompok propagandis sukarela terbentuk di sekitarnya; yang
paling terkenal adalah Thomas Huxley yang disebut ”bulldog” Darwin . Huxley, “dengan pembelaannya yang
berapi-api adalah faktor tunggal yang paling bertanggung jawab akan penerimaan
yang pesat terhadap Darwinisme”106 menggiring perhatian dunia kepada teori
evolusi pada debat di Museum Universitas Oxford yang dimasukinya pada tanggal
30 Juni 1860 dengan bishop Oxford, Samuel Wilberforce.
Dedikasi
Huxley yang luar biasa dalam menyebarkan gagasan evolusi, serta koneksinya yang
kuat, semakin nyata dengan fakta berikut: Huxley adalah anggota Royal Society,
salah satu lembaga ilmiah paling bergengsi di Inggris dan, seperti hampir semua
anggota lembaga ini, adalah Mason senior.107
Anggota lain Royal Society memberi Darwin
dukungan yang signifikan, baik sebelum maupun sesudah bukunya diterbitkan.108
Penerimaan masyarakat Masonik ini akan Darwin
dan Darwinisme sampai ke wujud penganugerahan medali Darwin , seperti halnya Hadiah Nobel, setiap
tahun untuk ilmuwan yang dianggap berhak menerimanya.
Pendeknya,
Darwin tidak
berjalan sendirian; sejak saat teorinya diajukan, dia menerima dukungan dari
kelas-kelas dan kelompok-kelompok sosial yang kalangan intinya adalah kaum
Mason. Dalam bukunya, Marxisme dan Darwinisme, pemikir Marxis Anton Pannekoek
menuliskan tentang fakta penting ini dan menggambarkan dukungan yang diberikan
kepada Darwin
oleh “kaum borjuis”, yaitu kelas kapitalis Eropa yang kaya-raya:
Bahwa
Marxis meraih posisi penting semata berkat peranannya dalam perjuangan kelas
proletarian, diketahui semua orang…. Namun sulit memahami kenyataan bahwa
Darwinisme telah mengalami pengalaman yang serupa dengan Marxisme. Darwinisme
bukan sekadar teori abstrak yang diadopsi oleh dunia ilmiah setelah
mendiskusikan dan mengujinya dengan sikap objektif semata. Tidak, segera
setelah Darwinisme menampakkan diri, ia mendapatkan para pembela yang antusias
dan penentang yang berapi-api…. Darwinisme juga memainkan peran dalam
perjuangan kelas, dan berkat peranannya ini ia menyebar begitu pesatnya dan
mendapatkan pembela yang antusias dan penentang yang tajam.
Darwinisme
bertindak sebagai sarana bagi kaum borjuis dalam pertarungannya melawan kelas
feodal, melawan para bangsawan, pemegang hak kepasturan, dan tuan-tuan tanah
feodal…. Yang
diinginkan oleh kaum borjuis adalah menyingkirkan kekuatan lama yang berkuasa
yang menghadang jalan mereka…. Dengan bantuan agama, para pendeta
menguasai massa ramai dan siap menentang tuntutan kaum borjuis….
Ilmu alam menjadi senjata melawan kepercayaan dan
tradisi; sains dan hukum-hukum alam yang baru ditemukan diajukan; dengan
senjata-senjata inilah kaum borjuis berjuang….
Darwinisme datang pada saat dibutuhkan; teori Darwin
bahwa manusia adalah keturunan dari hewan yang lebih rendah menghancurkan
seluruh landasan dogma Kristen. Karena itulah, segera setelah
Darwinisme menunjukkan diri, kaum borjuis menyambarnya dengan penuh semangat.
…Di bawah kondisi-kondisi ini, bahkan diskusi-diskusi
ilmiah diselenggarakan dengan semangat dan gairah pertarungan kelas. Karenanya,
tulisan-tulisan yang tampak pro dan kontra terhadap Darwin berkarakter polemik
sosial, walaupun pada kenyataannya membawa nama para penulis ilmiah…. 109
Walaupun
Anton Pannekoek, yang berpikir dengan kerangka analisa kelas Marxis,
mendefinisikan kekuatan yang menyebarkan Darwinisme dan menciptakan sebuah
pertarungan terorganisasi melawan agama sebagai “borjuis”, jika kita kaji
masalahnya di bawah terangnya bukti-bukti historis, akan tampak bahwa ada
organisasi di dalam kaum borjuis yang memanfaatkan Darwinisme untuk mengusung
perang mereka melawan agama. Organisasi itu tak lain tak bukan adalah Masonry.
Fakta
ini jelas baik dari bukti historis maupun sumber-sumber Masonik. Salah
satu sumber ini adalah sebuah artikel karya Imam Mason Selami Isindag yang
berjudul "Hambatan bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Masonry",
yang muncul pada Buletin Tahunan Loge Besar Mason Turki yang Bebas dan
Disetujui pada tahun 1962. Pada awal artikel ini, Isindag mengulangi klaim
klasik Masonik bahwa agama adalah mitos yang diciptakan oleh manusia, dan
monoteisme bertentangan dengan logika dan sains. Selanjutnya, ia menguraikan
penghasut sebenarnya dari perang melawan agama yang dilakukan di bawah kedok
“sains”:
Akan teramati bahwa di dalam perjuangan untuk menyebarkan
ilmu pengetahuan ini kaum Mason
dikenal telah berpartisipasi dalam setiap tingkatan. Alasannya
adalah karena Masonry di dalam setiap periode senantiasa dituntun oleh logika,
ilmu pengetahuan, dan kedewasaan, artinya, oleh kebijaksanaan. Sejak
berdirinya, ia telah berperang melawan takhyul dan mitos. 110
Namun faktanya, yang merupakan “takhyul dan mitos” itu
bukanlah agama, sebagaimana diklaim kaum Mason; melainkan landasan dari
kepercayaan materialis, naturalis, dan evolusionis yang mereka dukung. Bukti
terjelas dari fakta ini adalah gagasan-gagasan mereka yang ketinggalan zaman,
pengulangan-pengulangan mereka tentang berbagai keyakinan kosong dari peradaban
pagan Mesir dan Yunani, yang telah digugurkan oleh penemuan-penemuan sains
modern.
Perbandingan dari fakta-fakta ilmiah yang sesuai dengan
asal usul kehidupan dan keyakinan Masonik tentangnya akan memadai bagi kita
untuk menarik kesimpulan akan hal ini.
TEORI MASONIK TENTANG ASAL USUL KEHIDUPAN
Sebagaimana dinyatakan di awal, teori evolusi bersandar
pada klaim bahwa makhluk hidup tidak diciptakan, tetapi muncul dan berkembang
karena kebetulan dan hukum-hukum alam. Untuk menguji teori ini secara ilmiah,
perlu diperhatikan setiap tahapan dari proses yang direka ini, dan mengkaji
dapat tidaknya proses semacam itu terjadi di masa lampau dan apakah proses
demikian itu mungkin.
Langkah pertama dari proses ini adalah kondisi hipotetis
di mana materi tak hidup dapat memunculkan organisme hidup.
Sebelum mengamati kondisi ini, kita harus mengingat hukum
yang telah diakui di dalam biologi sejak masa Pasteur: “Kehidupan berasal dari
kehidupan”. Artinya, organisme hidup hanya dapat dimunculkan dari organisme
hidup lainnya. Misalnya, mamalia lahir dari induknya. Spesies-spesies hewan
lainnya menetas dari telur yang dierami induknya. Tumbuhan berkembang dari
biji. Organisme bersel tunggal seperti bakteri membelah diri dan berkembang
biak.
Tidak pernah sekali pun terjadi sebaliknya. Sepanjang
sejarah dunia, tidak seorang pun pernah menyaksikan materi tak hidup melahirkan
makhluk hidup. Tentu saja, ada sebagian dari mereka yang hidup di Mesir dan
Yunani Kuno, serta pada Abad Pertengahan yang mengira telah mengamati hasil
seperti itu: orang Mesir percaya bahwa katak melompat keluar dari lumpur Nil,
kepercayaan yang juga didukung oleh para filsuf Yunani Kuno seperti
Aristoteles. Di Abad Pertengahan, diyakini bahwa tikus lahir
dari gandum di lumbung. Namun, semua keyakinan ini terbukti sebagai hasil dari
kebodohan, dan akhirnya, dalam percobaannya yang terkenal di tahun 1860,
Pasteur membuktikan bahwa bahkan bakteri, bentuk kehidupan yang paling dasar,
tidak muncul tanpa pendahulu, artinya, mustahil benda tak bernyawa menghasilkan
kehidupan.
Namun, teori evolusi tergantung pada kemustahilan ini
karena klaimnya bahwa makhluk-makhluk hidup lahir dan berkembang tanpa
keterlibatan sebentuk pencipta, dan ini mensyaratkan bahwa pada tahap-tahap
awal skenario rekaan ini, makhluk hidup muncul dari kebetulan.
Darwin berusaha menjelaskan asal usul kehidupan, yang
hanya sedikit diketahuinya, dalam sebuah kalimat pendek, di mana ia menyatakan
bahwa kehidupan pertama kali mestilah berupa “semacam kolam kecil yang hangat”,
111 namun para evolusionis setelahnya
merasa khawatir untuk memperdalam masalah ini. Walau demikian, berbagai upaya
yang dilakukan sepanjang abad kedua puluh untuk memberikan penjelasan
evolusionis tentang asal usul kehidupan hanya kian memperdalam
kebuntuan yang menjebak para evolusionis. Selain tidak mampu memberikan bukti
ilmiah sedikit pun bahwa kehidupan dapat bermula dari materi tak hidup, para
evolusionis juga tidak mampu memberikan satu pun penjelasan teoretis. Ini
karena struktur organisme hidup bersel tunggal yang paling dasar pun teramat
kompleks. Secara matematis bahkan mustahil bahwa unsur pokok sel protein, DNA
atau RNA dapat muncul secara kebetulan, apalagi sel itu sendiri.
Fakta tentang mustahilnya kehidupan muncul melalui
peristiwa kebetulan sendiri membuktikan adanya rancangan, dan ini pada
gilirannya membuktikan fakta penciptaan. Tentang masalah ini, ahli astronomi
dan matematika terkenal dari Inggris, Fred Hoyle, berkomentar:
Tentu saja, teori semacam itu (bahwa kehidupan disusun oleh sebentuk
kecerdasan) begitu jelas sehingga siapa pun akan bertanya-tanya
mengapa tidak diterima sebagai terbukti dengan sendirinya. Alasannya lebih
bersifat psikologis daripada ilmiah. 112
“Alasan psikologis” yang disebutkan Hoyle ini adalah
watak para evolusionis, di mana mereka berkeras menolak sejak awal, setiap
hasil yang akan membuat mereka menerima keberadaan Tuhan dan mengondisikan diri
mereka dengan ini.
Pada buku lain yang berfokus pada
ketidaksahihan teori evolusi, kami mengutip banyak pengakuan para evolusionis
tentang fakta ini dan mengkaji hipotesis tidak masuk akal yang diajukan para
evolusionis secara membuta semata untuk menolak keberadaan Tuhan. Namun pada
titik ini, kita akan memfokuskan perhatian kepada loge Masonik untuk memahami
pandangan mereka akan hal ini. Walau demikian jelas bahwa “kehidupan diciptakan
oleh Pencipta yang cerdas”, bagaimana pendapat para Mason?
Imam Mason, Selami Isindag, dalam bukunya yang ditujukan
untuk kalangan Mason berjudul Evrim Yolu (Jalan Evolusi) menjelaskan sebagai
berikut:
Karakteristik terpenting dari ajaran moralitas kita
adalah tidak memisahkan diri dari prinsip-prinsip logika dan tidak memasuki
teisme (ketuhanan), makna-makna rahasia, atau dogma yang tidak diketahui. Dengan landasan ini kita menegaskan
bahwa penampakan kehidupan pertama bermula di dalam
kristal-kristal pada kondisi-kondisi yang tidak dapat kita ketahui atau temukan
saat ini. Makhluk hidup lahir sesuai dengan hukum evolusi dan perlahan-lahan
menyebar di seluruh dunia. Sebagai hasil dari evolusi, manusia sekarang ini
muncul dan berkembang melampaui hewan baik dalam kesadaran maupun kecerdasan. 113
Penting
kita perhatikan hubungan sebab akibat yang diajukan dalam kutipan di atas:
Isindag menekankan bahwa karakteristik Masonry yang terpenting adalah menolak
teisme, yakni kepercayaan akan Tuhan. Dan segera setelahnya, dia mengklaim
“berlandaskan ini” bahwa kehidupan muncul secara spontan dari materi tak hidup,
dan kemudian mengalami evolusi yang menghasilkan kemunculan manusia.
Kita
akan amati bahwa Isindag tidak mengajukan bukti ilmiah apa pun untuk mendukung
teori evolusi. (Fakta tiadanya bukti ilmiah diisyaratkan dengan kata-kata
tumpul bahwa ini adalah fakta “yang tidak dapat kita ketahui atau temukan saat
ini”). Satu-satunya penyokong yang diberikan Isindag untuk teori
evolusi adalah penolakan Masonik akan teisme.
Dengan kata lain, kaum Mason adalah
evolusionis karena mereka tidak mengakui keberadaan Tuhan. Inilah satu-satunya
alasan mereka menjadi evolusionis.
Di dalam konstitusi “Konsili Agung
Turki” yang diselenggarakan oleh Mason Turki tingkat ke-33, skenario
evolusionis sekali lagi disebutkan, dan penolakan kaum Mason akan penjelasan
kreasionis terungkap dalam kata-kata berikut ini:
Pada masa yang
amat awal dan sesuai dengan proses inorganik, kehidupan organik muncul. Untuk
menghasilkan organisme seluler, sel-sel berkumpul. Kemudian, kecerdasan melesat
maju dan lahirlah manusia. Tapi dari mana? Kita terus bertanya-tanya. Apakah ia
berasal dari tiupan nafas Tuhan kepada lumpur tak berbentuk? Kita menolak penjelasan dari bentuk
penciptaan yang abnormal; bentuk penciptaan yang memisahkan manusia.
Karena kehidupan dan silsilahnya ada, kita harus mengikuti jalur filogenetis
dan merasakan, memahami dan mengakui bahwa ada sebuah roda yang menjelasan
perilaku luar biasa ini, yakni aksi “lompatan”. Kita harus meyakini bahwa
terdapat sebuah tahapan perkembangan dengan serbuan besar aktivitas yang
menyebabkan kehidupan berlanjut pada sebuah momen tertentu dari tahapan itu ke
tahapan lainnya. 114
Di
sini sangat mungkin kita mengenali fanatisme Masonik. Ketika menyebutkan bahwa
mereka “menolak bentuk penciptaan yang mengecualikan manusia”, penulis
mengulangi dogma dasar humanisme, bahwa “manusia adalah makhluk tertinggi yang
ada,” dan mengumumkan bahwa kaum Mason menolak penjelasan selain itu. Ketika menyebutkan, “bentuk penciptaan yang tidak normal”, yang ia maksud
adalah turut campur Tuhan dalam penciptaan makhluk hidup, dengan menolak
kemungkinan ini secara apriori. (Namun, yang sesungguhnya tidak normal adalah
bagaimana kaum Mason menerima, tanpa observasi maupun eksperimen, keyakinan
tidak masuk akal bahwa materi tidak hidup menjadi hidup secara kebetulan dan
membentuk kehidupan di muka bumi, termasuk manusia.) Akan tampak bahwa dalam
penjelasan Masonik tidak ada lontaran berupa bukti ilmiah. Kaum Mason tidak
berkata, “Ada
bukti evolusi dan karenanya kami menolak penciptaan.” Mereka semata dibutakan
oleh fantisme filosofis.
Publikasi-publikasi
Masonik berkeras dengan pendirian ini. Master Mason Selami Isindag mengklaim
bahwa, “Selain alam tidak ada kekuatan
lain yang membimbing kita, dan bertanggung jawab atas pemikiran dan tindakan
kita.” Dia segera melanjutkan, “kehidupan berawal dari satu sel dan mencapai
tahapannya saat ini sebagai hasil dari berbagai perubahan dan evolusi.”115
Selanjutnya dia menyimpulkan apa arti teori evolusi bagi kaum Mason:
Dari
sudut pandang evolusi, manusia tidak berbeda dengan binatang. Dalam pembentukan
manusia dan evolusinya tidak ada kekuatan khusus selain dari yang berlaku pada
binatang. 116
Penegasan
ini menunjukkan dengan jelas mengapa kaum Mason menganggap teori evolusi begitu
penting. Tujuan mereka adalah untuk mempertahankan gagasan bahwa manusia tidak
diciptakan dan untuk menunjukkan kebenaran filosofi materialis humanis mereka
sendiri.
Jadi,
dengan alasan inilah kaum Mason, hingga tingkat apa pun, memercayai teori
evolusi dan berusaha menyebarkannya ke seluruh masyarakat.
Ini
menunjukkan bahwa kaum Mason, yang tak henti-hentinya menuduh mereka yang
memercayai Tuhan sebagai dogmatis, justru bersikap dogmatis.
DUKUNGAN PALSU KAUM MASON
TERHADAP HAECKEL
Ketika
kita mengamati literatur Masonik, di luar kesetiaan buta mereka akan teori
evolusi, kita ditohok oleh kejahilannya yang amat dalam. Misalnya, jika kita
mengkaji sumber-sumber Turki, kita temukan bahwa klaim-klaim evolusionis yang
terbukti palsu di seperempat pertama abad kedua puluh masih dipertahankan
dengan penuh semangat. Salah satunya adalah kisah Haeckel dan teorinya tentang
embrio yang disebutkan nyaris di semua terbitan Masonik.
Kisahnya
adalah tentang seorang ahli biologi Jerman yang bernama Ernst Haeckel, yang
merupakan teman dekat dan pendukung Charles Darwin, dan salah satu pendukung
utama teori ini setelah kematian Darwin. Untuk membangun kesahihan teori ini,
Haeckel mengkaji embrio dari bermacam-macam makhluk hidup, dan mengutarakan
bahwa mereka semua saling menyerupai dan sebelum kelahiran masing-masingnya
mengalami proses miniatur dari evolusi. Untuk mendukung klaim ini, dia
menggambar sejumlah perbandingan antara embrio-embrio yang berbeda, dengan
tujuan untuk meyakinkan banyak orang dari kesahihan teori evolusi di paro
pertama abad kedua puluh.
Sebagaimana
telah disebutkan, sumber-sumber Masonik memandang tesis embriologi ini luar
biasa pentingnya, yang dinamakan “ontogeni merekapitulasi filogeni”. Imam Naki
Cevad Akkerman, di dalam sebuah artikel berjudul “Konsep Kebenaran dan
Prinsip-Prinsip Masonry” di Mimar Sinan, menyebut tesis ini sebagai sebuah
“hukum”, artinya, ia mengangkatnya ke tingkat fakta ilmiah yang tak
terbantahkan. Ia menulis:
…Kita akan
mengkaji sebuah hukum alam yang sangat penting. Inilah rumusan yang diajukan oleh Haeckel, "ontogeni
merekapitulasi filogeni". Jika kita mengambil manusia sebagai contoh, arti
hukum ini adalah sebagai berikut: Berbagai perubahan morfologis serta perubahan
susunan dan fungsi organ-organ yang dialami manusia, dari pembentukan sel
pertama di dalam rahim ibunya, sampai ia lahir dan selama hidupnya, hingga dia
mati, tidak lebih dari sebuah rekapitulasi dari perubahan yang telah dialaminya
sejak permulaan, dari pembentukan sel awalnya di darat dan di air hingga kini.1
Imam Selami
Isindag juga memandang teori Haeckel ini sangat penting. Di dalam sebuah
artikel bertajuk "Doktrin-Doktrin Masonik", ia menulis, “Di dalam
percobaannya, Darwin membuktikan bahwa beragam spesies hewan pertama kali
berkembang dari sebuah sel tunggal dan kemudian dari sebuah spesies tunggal.”
Lalu ia menambahkan:
Haeckel
melakukan kajian-kajian yang medukung semua penemuan eksperimental ini. Dia
percaya bahwa hewan yang paling dasar, Monera, menjadi suatu makhluk hidup
organik dari unsur-unsur materi inorganik. Dia menunjukkan bahwa terdapat
kesatuan pada dasar segala sesuatunya. Monisme ini adalah kombinasi dari materi
dan jiwa. Terdapat dua aspek zat yang membentuk dasar mereka. Apa yang
dipercayai Masonry tentang ini bersesuaian dengan penemuan-penemuan ilmiah dan
eksperimental ini.2
Di dalam teks
Masonik lainnya, Haeckel disebutkan sebagai seorang “sarjana besar”, dan
tesisnya bahwa “ontogeni merekapitulasi filogeni”diklaim sebagai bukti dari
teori evolusi.3
Akan tetapi,
Ernst Haeckel yang diyakini kaum Mason sebagai seorang sarjana besar tak lain
dari seorang penipu yang lihai yang dengan sengaja memalsukan penemuan-penemuan
ilmiah, dan tesis yang mereka terima sebagai "hukum" (ontogeni
merekapitulasi filogeni) adalah salah satu kebohongan terbesar di dalam sejarah
ilmu pengetahuan.
Kebohongan ini
ditemukan pada gambar-gambar embrio yang dibuat oleh Haeckel. Untuk menunjukkan
kesamaan antara embrio manusia, ayam, kelinci, salamander, yang pada
kenyataannya tidak punya kemiripan semacam itu, ia memalsukan gambar-gambar
tersebut. Pada sebagian kasus ia membuang organ dari embrio, pada yang lainnya
ia menambahkan organ. Lebih jauh lagi, ia mengubah ukuran aktual dari embrio-embrio
itu dalam upayanya untuk menunjukkan bahwa semuanya berukuran sama. Pendeknya,
Haeckel melakukan pemalsuan ini untuk membuat bukti bagi hal yang tidak ada.
Ada artikel pada Science, sebuah jurnal ilmiah yang bereputasi, dalam edisi 5
September 1997 menyebutkan: “Pada kenyataannya… bahkan embrio yang berhubungan
sangat rapat seperti pada ikan cukup bervariasi dalam tampilan dan tahapan
perkembangannya…. (Gambar-gambar Haeckel) tampaknya menjadi salah satu penipuan
paling terkenal di dalam biologi.”4
Menariknya,
penipuan ini telah diketahui selama bertahun-tahun. Gambar-gambar buatan
Haeckel telah ditunjukkan sebagai pemalsuan pada masa hidupnya sendiri (1910),
dengan pengakuannya pula. Di dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam
American Scientist terbaca, “Sudah jelas hukum biogenetik telah benar-benar
mati…. Sebagai topik penyelidikan teoreitis serius, ia telah punah pada tahun
dua puluhan….” 5
Walau
demikian, para evolusionis terus menggunakan gambar-gambar ini selama
berpuluh-puluh tahun dengan tujuan semata untuk memerdayakan massa yang tidak
memahami masalah ini.
Hanya ada satu
alasan mengapa kaum Mason memandang teori Haeckel sebagai bukti untuk teori
evolusi, dan menganggapnya sebagai seorang sarjana besar: dedikasi kaum Mason
terhadap teori evolusi tidak dilandaskan pada hasrat mereka akan pengetahuan
dan kebenaran, sebagaimana klaim mereka, namun sebaliknya, berasal dari
kejahilan.
1 Naki Cevad Akkerman, Mimar Sinan, No. 1, hal.13
2 Selami Isindag, Masonluk Öðretileri, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul, hal.137
3 Selami Isindag, Din Açýsýndan Mason Öðretisi (Masonic Doctrine According to Religion), Akasya Tekamül Mahfili Publications, hal.10
4 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, September 5, 1997
5 Keith S. Thompson, "Ontogeny and Phylogeny Recaputilated", American Scientist, vol. 76, hal.273
2 Selami Isindag, Masonluk Öðretileri, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul, hal.137
3 Selami Isindag, Din Açýsýndan Mason Öðretisi (Masonic Doctrine According to Religion), Akasya Tekamül Mahfili Publications, hal.10
4 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, September 5, 1997
5 Keith S. Thompson, "Ontogeny and Phylogeny Recaputilated", American Scientist, vol. 76, hal.273
DOGMATISME DAN TRADISIONALISME MASONIK
Dogmatisme
artinya secara membuta dan tanpa henti mendukung suatu pandangan yang tanpa bukti
kesahihannya, oleh karena kecenderungan psikologis tertentu. Seorang dogmatis
tidak menyelidiki atau memikirkan ulang sesuatu yang dipercayainya ada atau
tidak ada buktinya. Dia menerima hal itu sepenuhnya dan bersikukuh meyakininya.
Kaum
Mason dan kelompok-kelompok antiagama lainnya yang biasa menggunakan istilah
“dogmatis” untuk menyebut mereka yang memercayai Tuhan. Kita seringkali
menemukan tuduhan ini sekarang. Misalnya, di dalam sebuah debat tentang teori
evolusi, pihak evolusionis mungkin akan menuduh mereka yang tidak menerima
teori itu sebagai dogmatis, dan menyatakan diri mereka ilmiah dengan
mempertahankan bahwa sains tidak punya kepentingan dengan “dogma-dogma”.
Namun,
tuduhan ini keliru. Kepercayaan akan keberadaan Tuhan, dan bahwa Dia menciptakan
segala sesuatu, adalah keyakinan yang didukung oleh banyak bukti ilmiah dan
rasional. Ada
keseimbangan, keteraturan, dan desain di alam, dan jelas bahwa ini dibangun
secara cerdas dan dengan sengaja.
Karena
itulah Al Quran menyeru manusia untuk menemukan tanda-tanda kebesaran Allah,
dan mengajak mereka memikirkan keseimbangan, keteraturan, dan desain ini. Pada
banyak ayat mereka disuruh untuk memikirkan bukti-bukti keberadaan Allah di
langit dan di bumi. Bukti-bukti yang ditunjukkan di dalam Al Quran tersebut
tidak hanya keseimbangan dan keteraturan di alam semesta, tetapi juga fenomena
semacam kesesuaian dunia untuk kehidupan manusia, desain pada tumbuhan dan
hewan, desain pada tubuh manusia, dan kualitas spiritual manusia, yang semuanya
telah dibenarkan oleh sains modern. (Untuk perincian, lihat buku-buku Harun
Yahya Mengenal Allah Lewat Akal,
Penciptaan Alam Raya, Darwinisme Terbantahkan, Menyingkap Rahasia Alam Semesta,
Desain di Alam).
Sebaliknya,
dogmatisme adalah ciri dari mereka yang menolak untuk mempertimbangkan hal-hal
ini, dan menolak Tuhan sembari terus mempertahankan pandangan bahwa alam
semesta ada dengan sendirinya dan bahwa makhluk hidup muncul dari peristiwa
kebetulan. Kaum Mason adalah contoh nyata dari cara pandang ini. Walaupun
bukti-bukti keberadaan Allah begitu jelasnya, mereka lebih suka untuk
mengabaikan dan menolaknya demi filosofi humanis dan materialis.
Di dalam Al Quran, Allah menyebutkan mereka yang
bermentalitas demikian:
“Tidakkah kamu
perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang
di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang keesaan Allah tanpa
ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.
Dan apabila
dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka
menjawab, "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka (akan mengikuti
bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang
menyala-nyala (neraka)?” (QS. Luqman, 31: 20-21)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang tak bertuhan,
“memperdebatkan tentang Tuhan” walaupun mereka melihat bukti-bukti tentang-Nya.
Artinya, mereka
berperang melawan agama-Nya. Penyebabnya adalah orang-orang tak bertuhan ini
mengikuti apa mereka dapati dilakukan oleh nenek moyang mereka, artinya, mereka
terperosok ke dalam tradisionalisme buta.
Jelaslah,
bahwa tradisionalisme dengan tepat mendefinisikan sejarah dan filosofi Masonry
sebagaimana telah kita kaji sejak awal buku ini.
Memang,
tradisionalisme adalah kata yang pas untuk menggambarkan Masonry karena ia
tidak lebih dari sebuah “organisasi tradisi”, yang akarnya merentang hingga
ribuan tahun ke masyarakat-masyarakat pagan awal. Masonry dengan membuta
mengikuti tradisi-tradisi Mesir Kuno dari para fir’aun dan tukang-tukang
sihirnya, para filsuf materialis Yunani Kuno, Hermetisme, Kabbalah, para
Templar, Rosicrucian, dan kaum Mason sebelum mereka.
Tradisionalisme
ini penting untuk dikenali. Pada loge Masonik modern masih digunakan berbagai
legenda, simbol, dan kata-kata yang telah berumur ribuan tahun. Walau pada
kenyataannya hampir semua Mason berpendidikan tinggi, dan menduduki
posisi-posisi tertinggi di masyarakat, mereka menyelenggarakan upacara-upacara
di mana mereka memegang pedang berkilat dan tengkorak, menggumamkan kata-kata
Mesir Kuno, berdiri di hadapan tiang-tiang bermodel kuil-kuil Mesir Kuno dengan
mengenakan jubah perak, sarung tangan putih dan bahkan pakaian-pakaian yang
lebih aneh lagi, dan mengangkat sumpah. Jika seseorang yang tidak mengetahui
apa pun tentang Masonry dibawa ke loge ini, mungkin dia akan mengira sedang
mengunjungi sebuah pentas film komedi, dan boleh jadi tidak sanggup menahan
tawa menyaksikan kaum Mason di tengah upacara inisiasi, dengan mata tertutup
rapat, tali di sekeliling lehernya, dan berjalan dengan satu kaki telanjang.
Namun, kaum Masonry, yang hidup di dalam dunia rahasia mereka, menganggap
upacara-upacara aneh ini sangat normal, dan mendapatkan kepuasan psikologis
dalam suasana mistis loge mereka. Setelah berbagai upacara ini, mereka duduk
dan berbincang-bincang sesamanya tentang keyakinan mereka bahwa “atom memiliki
jiwa dan berkumpul membentuk makhluk hidup”, bahwa “dunia mencapai
keseimbangannya karena kecerdasan yang tersembunyi di dalam magma”, atau bahwa
“Ibu Alam telah menciptakan kita dengan begitu sempurna” serta mitos-mitos
lainnya. Keseluruhan permainan ini dipanggungkan hanya untuk melestarikan
tradisi, dan begitu jelas tanpa logika sama sekali sehingga menakjubkan bahwa
sistem semacam itu dapat terus bertahan hidup dan dipertahankan.
Keterikatan buta kaum Mason akan tradisi mereka jelas
menunjukkan keutamaan yang mereka berikan kepada gagasan tentang “landmark”.
Landmark adalah sebuah tempat atau objek yang melambangkan sesuatu yang
memiliki arti atau kepentingan historis. Di dalam bahasa Masonik, landmark
adalah peraturan-peraturan yang telah diturunkan tanpa perubahan sejak
berdirinya organisasi itu. Mengapa tidak berubah? Kaum Mason memberikan
penjelasan yang menarik. Sebuah artikel yang terbit di Mimar Sinan pada
tahun 1992 menyebutkan:
Landmark
Masonry adalah hukum-hukum yang sangat tua yang telah diteruskan dari masa ke
masa dan generasi ke generasi. Tidak seorang pun tahu kapan munculnya dan tidak
seorang pun berhak mengubah atau membatalkannya. Landmark itu
adalah hukum-hukum masyarakat yang tertulis dan tidak tertulis. Hukum-hukum
yang tidak tertulis dapat dipelajari hanya dari berbagai ritual dan upacara
loge. Ada enam hukum tertulis yang dapat ditemukan dengan nama “Kewajiban
Freemason” yang pertama kali diterbitkan dalam Konstitusi Inggris tahun 1723. 117
Mari kita kaji kata-kata di atas
lebih saksama: Ada sebuah organisasi bernama Masonry. Anggota organisasi ini
selama berabad-abad telah menaati sejumlah hukum yang asal usulnya tidak
diketahui. Lebih jauh lagi, mereka bersikeras bahwa tidak seorang pun dapat
mengubah hukum-hukum ini. Tidak seorang pun dari mereka yang maju untuk
mempertanyakan mengapa mereka mengikutinya!... Dan, demi menaati hukum-hukum
ini, mereka siap sedia mengabaikan penemuan-penemuan sains dan kesimpulan logis
mereka. Dapatkah masyarakat seperti itu mengikuti jalan "logika" dan
"sains"?
Bagian lain dari artikel yang dikutipkan di atas,
menyatakan secara harfiah bahwa seorang Mason harus mematuhi hukum-hukum
tersebut tanpa bertanya:
Menurut
pendapat saya, landmark adalah semacam bagian Masonry masa lalu yang saya tak pernah ingin tahu tentang asal
usulnya, baik di loge maupun dalam aktivitas saya sebagai seorang
freemason. Saya tidak tahan untuk menganalisa mengapa saya merasa demikian
tetapi saya kira jika struktur Freemasonry tidak diubah, maka ia akan
bertahan…. Saya
menjalaninya tanpa perlu upaya khusus apa pun. 118
Bagaimana
mungkin sebuah organisasi memunyai pengikut-pengikut yang memercayai dan
mematuhi hukum-hukum yang tidak mereka ingin tahu asal usulnya dapat dipandang
masuk akal?...
Sudah
tentu, klaim Masonry sebagai masuk akal dan ilmiah adalah kosong belaka.
Seperti para materialis lainnya, walaupun senantiasa menggunakan
istilah-istilah logika dan sains, mereka pun dengan teguh mempertahankan sebuah
filosofi yang tidak punya dukungan logis ataupun ilmiah, dan berpaling dari
fakta-fakta yang telah ditemukan sains. Pada dasarnya, yang membawa para Mason
ke dalam kesalahan seperti itu, atau mengguna-guna mereka, adalah keterikatan
yang membuta akan tradisi mereka.
Ini
menunjukkan bahwa ajaran Masonry bersifat memerdayakan. Ia menjauhkan manusia
dari kepercayaan akan Tuhan mereka, menjerumuskan mereka ke dalam takhyul
dengan mengikuti berbagai hukum, mitos, dan legenda kosong. Apa yang dikatakan
Al Quran tentang kaum pagan di Saba, yang mengingkari Allah untuk menundukkan
diri kepada Matahari, juga berlaku bagi Masonry: “Setan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga
mereka tidak dapat petunjuk…..” (QS. An-Naml, 27: 24). Kaum Mason
mengingkari agama Allah demi sebuah doktrin yang ketinggalan zaman yang mereka
kembangkan dengan berbagai simbol dan unsur mistis.
Lebih
jauh lagi, tidak cukup hanya dengan mengingkari Tuhan, mereka memerangi
agama-Nya, sebuah pertarungan yang telah mereka lakukan sejak lama.
-VI-
Keberadaan Masonry pertama kali
diumumkan di Inggris pada tahun 1717. Sebelumnya, Masonry telah menyebar
pertama di Inggris, lalu di Prancis dan seluruh Eropa. Masonry menjadi tempat
pertemuan utama para penentang agama. Banyak kaum Mason Eropa bertemu di loge
mereka, menyebut diri mereka sebagai “pemikir bebas”, yang bagi mereka berarti
tidak mengakui agama-agama ilahiah. Sebuah artikel bertajuk “Periode-Periode
Awal Freemasonry” dalam Mimar Sinan menyebutkan, “Tempat
di mana kaum Mason berkumpul untuk mencari kebenaran di luar gereja menjadi
tempat perlindungan."119
Walau
demikian, kelompok yang mencari kebenaran di luar agama ini juga menyembunyikan
permusuhan terhadap agama. Oleh karena itu, organisasi tersebut segera menjadi
pusat kekuatan yang membuat risau Gereja, khususnya Gereja Katolik. Konflik
antara Masonry dan Gereja terus tumbuh, meninggalkan jejak di Eropa abad
kedelapan belas dan kesembilan belas. Masonry mulai menyebar ke negara-negara
lain di luar Eropa, pada paro kedua abad kesembilan belas, dan ke mana pun
perginya, Masonry menjadi pusat filosofi dan aktivitas antiagama.
Sebuah artikel berjudul “Politik dan Freemasonry”, yang
muncul di Mimar Sinan, menjelaskan tentang pertarungan melawan agama
sebagai berikut:
Sejalan
dengan tidak menjadi partai politik, Freemasonry menjadi terorganisir di awal
abad kedelapan belas sebagai sebuah lembaga sosial berskala internasional
sesuai dengan arus sosial politik. Untuk menyokong sekte-sekte dalam upaya
untuk melaksanakan kebebasan beragama, Freemasonry
melibatkan diri dalam pertarungan melawan kekuatan dan pengaruh kependetaan dalam
upaya untuk menggapai sasaran tunggal mereka meruntuhkan kekuatan dan pengaruh
Gereja atas masyarakat. Karena itulah, di tahun 1738 dan 1751
Freemasonry dinyatakan Paus sebagai tak bertuhan….Di negara-negara yang
menerapkan prinsip kebebasan beragama itu, Freemasonry merupakan sebuah
masyarakat misterius dan rahasia yang hanya dikenal namanya; di negara-negara
ini Freemasonry diabaikan tapi juga didorong, mendapatkan anggota di antara
kelas menengah dan pejabat-pejabat tinggi yang mempunyai waktu dan sarana,
serta memasang pejabat-pejabat negara terkemuka di posisi-posisi kepemimpinan
dalam organisasi-organisasinya. Di negara-negara selatan, di mana semua orang
harus menganut Katolik, mereka
mempertahankan karakter sebagai organisasi rahasia, terlarang, dan revolusioner
yang menjadi sasaran pengawasan hukum. Di negara-negara ini,
orang-orang muda yang berpikiran bebas dan para pegawai yang tidak puas dengan
administrasi pemerintahan mulai memasuki loge-loge Masonik dan dengan demikian
dimulailah rencana-rencana
revolusioner dan diarahkan kepada rezim Spanyol, Portugal, dan Italia yang
berada di bawah dominasi Vatikan.120
Tidak
diragukan bahwa di sini para penulis Masonik menggunakan bahasa yang mendukung
organisasinya sendiri ketika menyebutkan bahwa Masonry sedang melakukan
perlawanan terhadap dominasi Gereja. Namun, jika kita kaji masalah ini lebih
dekat, kita akan melihat bahwa di banyak negara, “dominasi” yang sama juga
cocok untuk rezim-rezim yang didirikan atau didukung oleh kaum Mason. Oleh
karena itu, kita dapat dengan mudah memahami bahwa Masonry mengklaim berjuang
melawan “dominasi” adalah kepura-puraan. Di luar fakta bahwa Gereja —karena
agama Kristen telah menyimpang — mempertahankan gagasan-gagasan skolastik dan
praktik-praktik yang menindas, permusuhan Masonry terhadap Gereja tidaklah
didasarkan pada hal ini namun pada kebenciannya terhadap agama-agama monoteisme
tradisional.
Cukuplah
dengan mengamati struktur Masonry dan berbagai ritual serta upacaranya untuk
memahami hal ini.
CONTOH SEBUAH LOGE MASONIK:
HELL-FIRE CLUB
Untuk
memahami bagaimana Masonry abad kedelapan belas diorganisir, dan apa yang
menjadi targetnya, salah satu hal yang harus terus kita lakukan adalah mengkaji
berbagai masyarakat Masonik rahasia yang muncul pada periode itu. Salah
satunya adalah Klub Api Neraka (“Hell-Fire Club”), yang aktif di Inggris di
pertengahan abad kedelapan belas. Struktur Masonik klub ini dan karakter pagan
dan antiagama digambarkan oleh penulis Masonik Daniel Willens dalam artikelnya,
“Hell-Fire Club: Sex, Politics and Religion in Eighteenth-Century in England”.
Inilah sepotong bagian yang menarik dari artikel yang diterbitkan dalam Gnosis,
sebuah jurnal tentang tradisi-tradisi dalam di Barat.
Pada malam-malam yang diterangi cahaya bulan selama
pemerintahan Raja George III dari Inggris, anggota-anggota Pemerintahan yang
sangat berkuasa, para intelektual penting, dan artis-artis yang berpengaruh
kadang dapat terlihat melintasi Sungai Thames dengan gondola ke sebuah
reruntuhan biara di dekat Wycombe Barat. Di sana, di bawah bunyi nyaring bel
biara yang ternoda, mereka mengenakan jubah biarawan dan bersenang-senang
dengan segala bentuk kebejatan, yang berpuncak pada Misa Hitam yang
diselenggarakan pada tubuh telanjang seorang wanita ningrat yang asusila dengan
diketuai oleh bandot tersohor Sir Francis Dashwood. Kebaktian setan berakhir,
lingkaran dalam akan berpindah tempat untuk merencanakan perjalanan Kerajaan
Inggris.
“Persaudaraan nista” ini, begitu sebutannya, memberi
pilihan nama Gotik yang sesuai untuk diri mereka, “Rahib-rahib St. Francis
dari Medmenham”, walaupun mereka telah diabadikan dengan julukan populer “Klub
Api Neraka” . Pada abad penuh gunjingan itu banyak spekulasi tentang
kegiatan-kegiatan buruk masyarakat ini, dan di tahun 1765, Charles Johnstone
menerbitkan sebuah roman berjudul Chrysal, or the Adventure of a Guinea,
yang secara populer diyakini mengungkap rahasia-rahasia “Para Biarawan
Medmenham”.…
… Perintis terpenting Para Biarawan itu adalah Klub Api
Neraka yang didirikan sekitar tahun 1719 di London oleh Philip, Duke of Wharton
(1698-1731). Wharton adalah seorang politikus Whig yang terkemuka, seorang
Freemason, dan ateis yang berupaya memperolok-olok agama dengan memimpin
keramaian dengan hiasan-hiasan “satanik” di muka umum.... Dan Wharton
selanjutnya menjadi Imam Besar Mason dari Loge Besar London pada tahun 1722....
Menjelang tahun 1739, dalam perjalanan pulang Dashwood
mampir di Florence untuk menemui Abbe Nicolini, dan di sana pula ia berjumpa
dengan Lady Mary Wortley Montagu… (yang) akhirnya kelak bergabung dengan
Dashwood dalam Klub Divan. … Sayang, kondisinya tidak berjalan baik bagi
Freemasonry di Italia. Paus Clement XII baru saja mengeluarkan dekrit In
Eminenti Apostalatus Specula, yang mengungkapkan Inkuisisi atas Loge.
Menjelang awal 1740, Paus meninggal, dan Dashwood pergi ke pertemuan tertutup
untuk memilih paus baru di Roma. Di sana ia secara bermain-main memakai
identitas Kardinal Ottiboni, salah seorang ketua penentang kaum Mason, dan
memperoloknya di muka umum dengan ritual ejekan yang keji….
“Chapter room” adalah kunci untuk memahami kegiatan para
Biarawan itu. Perabot isinya masih tidak diketahui, sehingga kegunaannya pun
tetap menjadi misteri. Penulis-penulis penggemar sensasi memperkirakannya
sebagai tempat persembunyian satanik, walau agaknya lebih masuk akal jika
disimpulkan bahwa ruang itu digunakan untuk upacara-upacara Masonik. John
Wilkes, seorang mantan anggota penting perkumpulan Medmenham yang tidak menjadi
Freemason, mengeluh dalam sebuah artikel yang mencemarkan teman lamanya: “Tidak
ada mata biasa yang berani menembus misteri Eleusinian Inggris chapter room.
Sementara para biarawan berkumpul dalam semua upacara khidmat, lebih banyak
lagi ritus-ritus rahasia dilaksanakan dan korban yang dipersembahkan dalam
banyak kemegahan kepada BONA DEA”... Putra Sir Robert Walpole, Horace, salah
satu musuh politik Dashwood dan tentu saja seorang yang asing dengan biara,
mencemooh: “Apa pun doktrin mereka, praktik-praktik mereka sebenarnya adalah
pagan: Bacchus* dan Venus adalah dewa-dewi yang hampir umum diketahui sebagai
tujuan pengorbanan mereka; dan para peri serta tong bir yang diletakkan pada
perayaan gereja baru ini, cukup menginformasikan para tetangga tentang corak
para pertapa itu”….
Keseluruhan
pertanyaan tentang agama adalah pokok pesona yang terus dipraktikkan Dashwood.…
Penafsiran yang lebih canggih mungkin meliputi rumor tentang ilmu gaib yang
bernuansa seksual, kitab kabbalis biara, gambaran Harpokrates yang berulang,
koneksi lemah Dashwood dengan Ordo Masonik Kuil, dan tentu saja motto Thelemik
di Biara Medmenham untuk menyimpulkan bahwa Klub Api Neraka adalah manifestasi
awal dari “Crowleyanitas”. Suatu pendekatan yang lebih berkepala dingin akan
memperhatikan kontak-kontak Masonik Dashwood dan menyimpulkan, dengan
kemungkinan besar tepat, bahwa “chapter
room” adalah sebuah kuil Masonik. 121
Alasan
menyertakan kutipan panjang ini adalah untuk mendapatkan gambaran suasana
berkembangnya Masonry abad kedelapan belas dan pengaruhnya terhadap masyarakat.
Masonry tampil sebagai sebuah organisasi rahasia yang memancing rasa penasaran,
dengan oposisinya terhadap keyakinan umum masyarakat memberikan semacam
kepuasan psikologis bagi anggota-anggotanya. Karakteristik dasar ritus Masonik,
sebagaimana ditekankan dalam kutipan di atas, adalah penyucian simbol dan
konsep pagan, alih-alih agama-agama Monoteistik tradisional. Maka,
mereka yang menjadi kaum Mason, dan memalingkan wajah dari agama Kristen,
terwarnai pagan, walaupun tidak selalu berarti mengambil paganisme sebagai keyakinan,
namun paling tidak dengan mengambil simbol-simbolnya.
Namun, Masonry tidak puas hanya untuk
mempraktikkan upacara-upacara aneh; ia juga mengikuti sebuah strategi yang
dirancang untuk mengasingkan Eropa dari agama-agama ketuhanan, dan memikatnya
ke dalam paganisme. Di dalam bagian berikut kita akan mencermati beberapa titik
puncak dari sejarah Eropa, negara per negara, dan mengikuti jejak perang
Masonik ini melawan agama. Negara pertama yang mesti kita kaji adalah Prancis.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI PRANCIS
Pada
kajian-kajian sebelumnya kami telah membahas peranan penting Masonry dalam
Revolusi Prancis. Sejumlah besar filsuf Pencerahan, terutama mereka yang paling
kuat berpandangan antiagama adalah pengikut Mason. Kaum Jacobin, yang membangun
panggung revolusi, dan menjadi pemimpinnya, adalah anggota loge. 122
Peran
yang dimainkan kaum Mason di dalam revolusi diakui oleh seorang “agen
provokator” bernama Count
Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Inkuisisi pada tahun 1789,
dan mengakui beberapa hal penting selama interogasi. Dia mengawali dengan
menyatakan bahwa kaum Mason di seluruh penjuru Eropa telah merencanakan
serangkaian revolusi. Disebutkan bahwa sasaran utama kaum Mason adalah
menghancurkan Kepausan atau menguasainya. Dalam pengakuannya, Cagliostro juga
menyebutkan bahwa para bankir Yahudi mendukung semua kegiatan revolusioner ini
secara finansial, dan bahwa uang Yahudi juga memainkan peran penting di dalam
Revolusi Prancis. 123
Revolusi
Prancis pada dasarnya adalah sebuah revolusi melawan agama. Dalam upaya
mati-matian kaum revolusioner untuk menyingkirkan kependetaan dan aristokrasi,
banyak pendeta yang terbunuh, institusi agama yang dihancurkan, dan
tempat-tempat ibadah yang diruntuhkan. Kaum Jacobin bahkan ingin menghancurkan
sama sekali agama Kristen, dan menggantikannya dengan sebuah kepercayaan pagan
yang mereka sebut “agama logika”. Namun, dalam waktu singkat, mereka kehilangan
kendali atas revolusi dan Prancis terjerumus ke dalam kekacauan total.
Misi Masonry di negara itu tidak berhenti dengan
revolusi. Kekacauan yang tercipta oleh revolusi akhirnya reda ketika Napoleon
meraih kekuasaan. Namun, stabilitas ini tidak berlangsung lama; ambisi Napoleon
untuk menguasai seluruh Eropa akhirnya mengakhiri pemerintahannya. Setelahnya,
konflik di Prancis berlanjut antara kaum monarkis dan revolusionis. Terjadi
tiga kali revolusi lagi di tahun 1830, 1848, dan 1871. Di tahun 1848, “Republik
Kedua” didirikan; dan di tahun 1871 dibentuk “Republik Ketiga”.
Kaum Mason sangat aktif sepanjang
periode agitasi ini. Sasaran utama mereka adalah melemahkan Gereja dan
lembaga-lembaga keagamaannya, menghancurkan nilai-nilai agama dan pengaruhnya
atas masyarakat, dan menghapuskan pendidikan agama. Kaum Mason memandang “antiklerikalisme”
(antikependetaan) sebagai pusat aktivitas sosial dan politik.
The Catholic Encyclopedia
memberikan informasi penting tentang misi antiagama dari Timur Raya — begitulah
Masonry Prancis dikenal.
Dari dokumen-dokumen resmi Masonry Prancis yang terutama
tercakup dalam “Buletin” dan “Compterendu (Ikhtisar)” resmi Timur Raya, terbukti bahwa semua undang-undang
antiklerikal yang disahkan di dalam parlemen Prancis telah diputuskan
sebelumnya di loge-loge Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan dari Timur
Raya, dengan sasarannya diakui untuk mengendalikan segala hal dan
semua orang di Prancis. “Saya menyatakan di dalam majelis tahun 1898,” ungkap
deputi Masse, pembicara resmi Majelis tahun 1898, “bahwa adalah tugas tertinggi
Freemasonry untuk semakin hari semakin banyak mencampuri pertarungan politis
dan duniawi.” “Keberhasilan
(dalam peperangan antiklerikal) dalam Freemasonry berskala luas;
karena spiritnya, programnya, metodenyalah yang menang.” “Jika
Blok telah terbentuk, ini adalah berkat Freemasonry dan disiplin yang
dipelajari di loge-loge”… “Kita membutuhkan kewaspadaan dan, di
atas segalanya, kepercayaan timbal balik, jika ingin menuntaskan kerja yang
belum selesai. Kerja ini, Anda tahu… pertempuran anti-klerikal, sedang
berlangsung. Republik harus membersihkan dirinya dari jemaah agama, menyapu
habis mereka dengan sebuah hantaman dahsyat. Di mana saja,
sistem yang setengah-setengah adalah berbahaya; musuh harus dihancurkan dengan
sebuah pukulan tunggal.” 124
The
Catholic Encyclopedia
melanjutkan penjelasannya tentang pertarungan Masonry Prancis melawan agama:
Sejatinya,
semua reformasi Masonik yang terlaksana di Prancis sejak 1877, seperti
sekularisasi pendidikan, undang-undang menentang sekolah-sekolah privat Kristen
dan pembinaan amal, penindasan atas ordo-ordo keagamaan, dan pembusukan Gereja,
tampak berpuncak pada sebuah
reorganisasi masyarakat manusia yang anti-Kristen dan tidak beragama,
tidak hanya di Prancis namun di seluruh penjuru dunia. Jadi, Freemasonry
Prancis, sebagai tolok ukur bagi seluruh Freemasonry, berpura-pura membuka era
keemasan republik universal Masonik, yang mencakup persaudaraan Masonik semua
manusia dan semua negara. ”Kemenangan orang Galilea,” kata Presiden Timur Raya,
Senator Delpech, pada tanggal 20
September 1902 , ”telah berlangsung selama dua puluh abad. Tetapi
sekarang gilirannya mati.... Gereja Romawi, yang dibangun atas mitos Galilea,
mulai runtuh dengan cepat sejak hari pertama Perkumpulan Masonik didirikan.” 125
Yang
dimaksud dengan ”orang Galilea” oleh kaum Mason adalah Almasih, karena menurut
injil, Almasih lahir di kota
Galilea di Palestina. Oleh karena itu, kebencian kaum Mason terhadap Gereja
adalah ekspresi kebencian mereka terhadap Almasih dan semua agama monoteistik.
Mereka mengira telah menghancurkan pengaruh agama ketuhanan dengan filosofi
materialis, Darwinis, dan humanis yang mereka bangun di abad kesembilan belas,
dan mengembalikan Eropa kepada paganisme pra-Kristen.
Ketika kata-kata ini disampaikan di tahun 1902, serangkaian
undang-undang disahkan di Prancis memperluas jangkauan oposisi agama. Tiga ribu
sekolah agama ditutup dan pendidikan agama apa pun terlarang untuk diberikan di
sekolah-sekolah. Banyak pendeta ditangkapi, sebagian diasingkan dan orang-orang
agama mulai dianggap sebagai warga negara kelas dua. Karena itulah, pada tahun
1904 Vatikan memutuskan semua hubungan diplomatik dengan Prancis. Namun ini
tidak mengubah sikap negara itu. Setelah kematian ratusan ribu warga Prancis
melawan tentara Jerman pada Perang Dunia I barulah kesombongan negara itu jinak
dan sekali lagi mengakui pentingnya nilai-nilai religius.
Sebagaimana diyakini The
Catholic Encyclopedia, perang melawan agama dari Revolusi Prancis hingga
abad kedua puluh dilakukan oleh ”undang-undang antiklerikal yang disahkan oleh
Parlemen Prancis” yang telah diputuskan sebelumnya di loge-loge Masonik dan
dilaksanakan di bawah arahan Timur Raya.” 126 Fakta ini tampak jelas dari
tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, kutipan dari terbitan berbahasa Turki
bertajuk ”Sebuah Pidato dari Saudara Gambetta pada tanggal 5 Juli 1875 di Loge
Clémente Amitié” menyebutkan:
Sementara
momok reaksi mengancam Prancis, dan doktrin keagamaan serta ide-ide terbelakang
berkembang ofensif terhadap berbagai prinsip dan undang-undang sosial modern,
di lingkungan organisasi-organisasi seperti Masonry yang tekun dan berpandangan
jauh serta mengabdi kepada prinsip-prinsip persaudaraan, kita menemukan
kekuatan dan konsolidasi dalam perjuangan melawan klaim-klaim Gereja yang
berlebihan, pernyataannya yang dibesar-besarkan dan menggelikan serta berbagai
perbuatannya yang keterlaluan dan menjadi kebiasaan... kita harus terus
berjaga-jaga dan melanjutkan perjuangan. Untuk mewujudkan gagasan tentang
tatanan manusia dan kemajuan, mari kita tetap bertahan sehingga perisai-perisai
kita tidak dapat ditembus. 127
Akan
terlihat bahwa literatur Masonik secara konsisten menampilkan
gagasan-gagasannya sebagai ”berpandangan jauh” sembari menuduh orang-orang
beragama sebagai ”terbelakang”. Namun, ini tak lebih dari permainan kata-kata
belaka. Ungkapan ”momok reaksi”, yang disebutkan pada kutipan di atas, adalah
sesuatu yang juga ditentang orang-orang beragama yang tulus, namun menjadi
eksploitasi sasaran oleh Masonry terhadap agama sejati dalam upaya mereka untuk
menjauhkan manusia darinya. Apalagi, harus ditekankan sekali lagi bahwa
filosofi materialis-humanis yang dianut kaum Masonlah yang sesungguhnya
merupakan sistem pemikiran yang bertakhyul dan terbelakang, sebuah tempat bergantung
bagi peradaban pagan Mesir Kuno dan Yunani Kuno.
Oleh
karena itu, penggunaan istilah ”berpandangan jauh” dan ”terbelakang” oleh kaum
Mason tidak berpijak pada kenyataan. Memang, hal ini tidak berdasar karena
konflik antara kaum Mason dan masyarakat beragama tidak lebih daripada
pelestarian konflik antara dua pemikiran yang telah ada semenjak abad-abad awal
sejarah. Agamalah yang memproklamirkan pertama kali gagasan-gagasan ini: bahwa
manusia diciptakan oleh kehendak Tuhan dan manusia bertanggung jawab untuk
menyembah-Nya. Inilah kebenaran. Gagasan sebaliknya, bahwa manusia tidak
diciptakan namun menjalani hidup yang sia-sia dan tanpa tujuan, diajukan oleh
mereka yang menolak keberadaan Tuhan. Jika dipahami dengan tepat, tampaklah
bahwa penggunaan istilah-istilah dangkal ”keterbelakangan” dan ”pandangan jauh”
tidak memiliki landasan apa-apa.
Dengan
menggunakan gagasan ”kemajuan”, kaum Mason berupaya menghancurkan agama. The
Catholic Encyclopedia menyatakan:
Yang
berikut ini dianggap sebagai cara-cara utama (dari freemasonry):
(1) Menghancurkan secara radikal
semua pengaruh sosial Gereja dan agama, yang secara busuk disebut
”klerikalisme”, dengan penyiksaan terbuka terhadap Gereja atau dengan sistem
pemisahan antara Negara dan Agama yang bermuka dua dan curang, serta sejauh
mungkin menghancurkan Gereja dan semua agama yang benar, yakni yang
supramanusia, yang lebih dari sekadar bentuk pemujaan yang samar-samar terhadap
tanah air dan umat manusia;
(2)
Sekulerisasi, yakni dengan sistem ”non-sektarianisme” yang sama yang bermuka
dua dan curang, semua kehidupan publik dan pribadi dan, di atas segalanya,
pengajaran dan pendidikan populer. ”Non-sektarianisme” sebagaimana dipahami
oleh golongan Timur Raya adalah sektarianisme
yang anti-Katolik dan bahkan anti-Kristen, ateistik, positivistik, atau agnotis
dalam genggaman non-sektarianisme. Kebebasan berpikir dan hati nurani anak-anak
harus dikembangkan secara sistematis pada diri mereka di rumah dan dilindungi,
sejauh mungkin, dari semua pengaruh yang mengganggu, tidak hanya dari Gereja
dan para pendeta, tetapi juga dari orang tua anak itu sendiri, jika perlu,
bahkan melalui cara tekanan moral dan fisik. Golongan
Timur Raya menganggapnya sangat diperlukan dan sebuah jalan pasti
yang sempurna untuk pewujudan final
dari republik sosial universal.... 128
Tampaklah
bahwa Masonry telah menggerakkan sebuah program, yang disebut ”pembebasan
masyarakat”, dengan tujuan untuk menghapuskan agama, sebuah program yang masih
terus diterapkan. Program ini harus dibedakan dari model yang berusaha
memberikan kesempatan bagi setiap warga negara, dari keyakinan religius apa
pun, untuk mempraktikkan keyakinannya secara bebas. Alih-alih, model yang
diimpikan oleh Masonry adalah bentuk cuci otak yang dirancang untuk melenyapkan
agama sepenuhnya dari masyarakat dan pikiran individu serta, jika perlu,
menyiksa para penganutnya.
Di
negara mana saja ia berkembang, Masonry berupaya menggerakkan program ini,
walaupun dengan cara menyesuaikan diri dengan budaya dan kondisi yang lazim di
negara tersebut.
Salah
satu negara itu adalah Jerman.
KAMPANYE ANTI-AGAMA DI JERMAN:
“KULTURKAMPF”
Seratus
lima puluh
tahun yang lalu, negara Jerman belum ada. Wilayah yang sekarang disebut Jerman
dikuasai oleh sejumlah kerajaan. Yang terluas di antaranya adalah Prussia , yang
menempati bagian timur Jerman saat ini dan sebagian besar Polandia. Di tahun
1860, Prussia mulai mencaplok negara-negara kecil Jerman lainnya dan mendirikan
Kekaisaran Jerman pada tahun 1871. Penguasa negara baru ini adalah Perdana
Menteri Prussia dan Kanselir dari Kekaisaran Jerman baru, Otto van Bismarck.
Bismarck adalah seorang negarawan yang sukses, terutama
di bidang politik luar negeri, tetapi tidak mencapai sukses serupa dalam urusan
dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah sekelompok intelektual yang dikenal
sebagai ”kaum Liberal Nasional” yang mirip dengan antiklerikal di Prancis, serta
menjalankan politik antiagama. Untuk mencapai persatuan Jerman, kaum Liberal
Nasional meyakini perlunya menyingkirkan orang-orang yang memiliki bentuk
afiliasi apa pun di luar perbatasan mereka, dan menganggap hubungan antara
sepertiga populasi dengan Paus Katolik sebagai sandungan terbesar bagi
persatuan ini. Karena didorong oleh kaum Liberal Nasional, Bismarck memulai
sebuah kampanye anti-Katolik yang dikenal sebagai Kulturkampf, atau
”perang budaya”. Kampanye ini
juga digambarkan sebagai suatu perjuangan untuk mengontrol pikiran bangsa
Jerman. 129
Selama
Kulturkampf, kaum Katolik, terutama di Jerman bagian selatan, mengalami
penindasan.
Di
tahun 1872, untuk menegakkan sebuah undang-undang yang telah disahkan, semua
pendeta Jesuit di negara ini ditahan dalam satu malam dan institusi-institusi
mereka disita. Untuk menegakkan ”undang-undang Mei” (meigesetze) yang disahkan
pada tahun 1873, semua pendeta yang bekerja kepada pemerintah dipecat, Gereja
dilarang terlibat dalam semua hal yang berhubungan dengan pernikahan dan
pendidikan, dan topik-topik khotbah dibatasi. Sejumlah uskup besar ditahan dan
1300 gereja akhirnya ditemukan tanpa pendeta.
Namun,
karena taktik-taktik ini menimbulkan reaksi keras di kalangan Katolik di negara
itu terhadap pemerintah, Kulturkampf dikendurkan. Bismarck mengabaikan usulan-usulan kaum
Liberal Nasional, yang telah membawanya ke dalam kampanye ini, dan mengurangi
Kulturkampf sedikit demi sedikit sampai akhirnya ia batalkan sepenuhnya.
Keseluruhan kampanye ini tidak menghasilkan apa pun selain penindasan atas kaum
Katolik Jerman, dan kehancuran rasa kesejahteraan sosial negara itu. Banyak
sejarawan hari ini meyakini bahwa hal itu adalah sebuah kegagalan yang
merobek-robek rasa keamanan sosial bangsa Jerman. Apalagi, setelah Jerman,
gelombang Kulturkampf melanda Austria , Swiss, Belgia, dan
Belanda, menimbulkan ketegangan sosial yang luar biasa di negara-negara ini.
Menariknya, para intelektual
Masonlah yang memikat Bismarck ke dalam kebijaksaan ini. The Catholic
Encyclopedia menyebutkan:
Namun mereka (kaum Mason) tentu saja memajukan gerakan
yang oleh Prussia, yang secara bertahap menjadi negara pemimpin di Jerman,
dianggap sebagai ”representasi dan pelindung evolusi modern” melawan
”Ultramontanisme”, ”kefanatikan”, dan ”perebutan kuasa kepausan”. Mereka juga menghasut munculnya ”Kulturkampf”.
Jurisconsult yang juga Mason tersohor, Imam Besar Bluntschli, adalah salah satu
penghasut terdepan dalam konflik ini; dia juga menggerakkan ”Kulturkampf”
Swis.... Para Freemason Jerman dengan upaya-upaya tak kenal lelah memaksakan
pengaruh yang menentukan atas hidup bangsa secara keseluruhan sejalan dengan
prinsip-prinsip Masonik, dan dengan demikian mempertahankan sebuah ”Kulturkampf”
yang diam-diam dan abadi. Sarana-sarana terpenting yang mereka
gunakan adalah aneka perpustakaan, konferensi, afiliasi dari berbagai
perkumpulan dan lembaga dengan perhatian yang sama, dan jika perlu, pembentukan
lembaga-lembaga baru, sebagai sarana bagi semangat Masonik untuk merasuki
bangsa. 130
Artinya,
walaupun dihentikan secara resmi oleh Bismarck ,
Kulturkampf diteruskan oleh kaum Mason, sebagai kampanye propaganda
antiagama berkelanjutan yang ditujukan kepada masyarakat luas. Buah paling
pahit dari perjuangan ini dituai pada tahun 1920: kaum Nazi, yang bertujuan
mengembalikan bangsa Jerman kepada paganisme pra-Kristen mereka, sedikit demi
sedikit memperoleh kekuatan dan berkuasa di tahun 1933. Salah satu aksi Nazi
yang paling penting adalah memprakarsai sebuah Kulturkampf kedua melawan
otoritas agamis. Komentator Amerika Elbridge Colby menjelaskan bahwa ”kaum Nazi
membuka sebuah Kulturkampf baru melawan Gereja Katolik, memenjarakan
para pendeta dan memecat para uskup; namun berbeda dengan tahun 1874, Hitler
juga bergerak menentang kemapanan Protestan.” 131
Singkatnya,
aktivitas-aktivitas yang diprakarsai oleh kaum Mason untuk menjauhkan
masyarakat dari agama telah membangkitkan salah satu kediktatoran paling brutal
dalam sejarah, ”Reich” Nazi, dan menyeret dunia ke dalam Perang Dunia II yang
membinasakan 55 juta jiwa.
PERTARUNGAN MELAWAN AGAMA DI ITALIA
Negara
lain yang jelas menampakkan aktivitas Masonik adalah Italia.
Hingga
tahun 1870, wilayah Italia diduduki oleh beberapa negara kecil sisa-sisa masa
feodal. Salah satu yang terpenting adalah Negara Kepausan. Negara ini berpusat
di Roma, diperintah oleh Paus, dan mengontrol sebagian besar Italia pusat.
Mason di Italia didirikan sebagai perpanjangan dari Mason Prancis, dan mulai
berpengaruh di Italia pada awal abad kesembilan belas. Mereka bermaksud
menghancurkan Negara Kepausan dan menghapuskan otoritas Gereja di Italia secara
keseluruhan. Menurut penulis buku berjudul The Roman Catholic Church and the
Craft, Imam Freemason Alec Mellor: ” Di
Italia, asal usul loge-loge luar biasa sebagian besar bersifat politis; mereka
membingungkan Masonry dengan pertarungan melawan kekuasaan duniawi Paus.” 132
Masonry
mengawali pertarungannya melawan agama di Italia melalui masyarakat rahasia
lain yang didirikan dan dikendalikannya. Masyarakat ini dikenal sebagai ” Carbonari.”
Masyarakat
ini, yang pertama kali terdengar di Naples
pada awal abad kesembilan belas, mengambil namanya dari para pembakar arang.
Sebagaimana para Mason memakai lambang pembangun dinding dan mengekspresikan
pemikiran mereka dengan simbol-simbol, maka Carbonari mengambil lambang dari
para pembakar arang. Namun, masyarakat tersebut punya tujuan-tujuan
tersembunyi. Anggota-anggota masyarakat tersebut berupaya mengawali sebuah
program politik, pertama di Italia, dan kemudian di Prancis, untuk
menghancurkan pengaruh Gereja, membangun sebuah pemerintahan baru dan
menyekulerkan semua lembaga sosial.
Koneksi
antara Masonry dan Carbonari begitu nyata. Kaum Mason secara otomatis menjadi
anggota masyarakat Carbonari; bahkan, sejak saat memasuki masyarakat itu mereka
meraih derajat imam. (Sementara, anggota-anggota Carbonari lainnya harus
melewati proses kenaikan yang panjang sebelum mencapai derajat ini). Dua
kardinal bernama Consalvi dan Pacca mengeluarkan sebuah maklumat pada tanggal
15 Agustus 1814 yang menuduh kaum Mason dan Carbonari diorganisir untuk campur
tangan sosiopolitik dan penggalangan permusuhan terhadap agama.
Tuduhan
ini terbukti karena anggota-anggota Carbonari telah mengorganisir tipu muslihat
politis dan pemberontakan bersenjata. Pemberontakan bersenjata yang berlangsung
di Macerata pada 25 Juni 1817 diorganisir oleh Carbonari, namun diberangus oleh
aparat keamanan Negara Kepausan. Pada tahun 1820, di Spanyol dan Naples, dan pada
tahun 1821 di Piedmont, pemberontakan revolusioner diorganisir oleh Carbonari
terhadap Gereja dan ketenteraman publik.
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa Carbonari didirikan oleh kaum Mason yang terlibat
bersama mereka dalam kegiatan-kegiatan revolusioner. Seusai Revolusi Juli di
Prancis pada tahun 1930, organisasi tersebut kehilangan pengaruhnya dan secara
bertahap menghilang. Di Italia, Carbonari bersatu dengan gerakan ”Italia Muda”
yang didirikan oleh Guiseppe Mazzini.
Mazzini,
seorang ateis tersohor, selama bertahun-tahun telah bertarung melawan Negara
Kepausan dan Gereja dan pada akhirnya menjadi seorang Mason ranking atas yang
akan menjadi pendiri Persatuan Italia. Dengan dukungan dua orang Mason
terkemuka lain, Guiseppe Garibaldi dan Count di Cavour, ia mendirikan Persatuan
Italia pada tahun 1870, serta menggariskan perbatasan Negara Kepausan di
belakang batas-batasnya yang telah ada. Setelahnya, Italia memasuki sebuah
proses yang membuatnya kian menjauh dari agama, dan mempersiapkan pondasi bagi
kediktatoran fasis Mussolini di tahun 1920-an.
Singkatnya,
dapat kita katakan bahwa Mazzini, Garibaldi, dan Cavour merupakan tiga pemimpin
terkemuka yang meakukan fungsi penting dalam pertarungan melawan agama di
Eropa. Mazzini bukan saja sekadar pemimpin politik dalam pertarungan melawan
agama, ia juga memegang peranan sebagai ideolog. Slogannya ”setiap bangsa
sebuah negara” adalah percikan yang memicu pemberontakan kaum minoritas, yang
menjadi penyebab keruntuhan kekaisaran-kekaisaran multietnis, seperti Austo-Hungaria
dan Kesultanan Utsmani. Slogan Mazzini ini menjauhkan orang dari rasa
persaudaraan keagamaan mereka; merupakan sebuah seruan yang mendorong mereka ke
dalam konflik etnik antar sesamanya dan menginspirasikan mereka dengan ” kesombongan jahiliyah.”
(QS. Al Fath, 48: 26)
Fakta
bahwa seruan ini datang dari kaum Mason, tepatnya, para Mason ranking atas,
tentu saja sangat signifikan. Menurut informasi dari publikasi loge 10.000
Freemason Terkenal, Mazzini tumbuh di dalam loge Masonik, dan bertahun-tahun
kemudian, pada 1867, terpilih sebagai Imam Mason Timur Raya Italia. Pada tahun
1949, pada sebuah upacara untuk menandai pembukaan selubung
patung Mazzini di Roma, 3.000 orang Mason dengan penuh terima kasih mengenang
Imam Besar mereka. Garibaldi, tangan kanan Mazzini, mencapai tingkat ke-33
Dewan Tertinggi Italia di tahun 1863, dan di tahun 1864 terpilih sebagai Imam
Mason Italia. Untuk mengenang Imam Mason ini, sebuah loge dinamai Garibaldi,
yang diberikan kepada ”lembah” New
York dengan nomor 542.
AGENDA REVOLUSIONER MASONIK DI RUSIA
Selain
di Italia, jejak-jejak kegiatan revolusioner Masonik juga dapat ditemui di
banyak negara lain di Eropa. The Catholic Encyclopedia menyebutkan: ” Di dalam... gerakan-gerakan revolusioner
setelahnya di Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, Amerika Tengah dan Selatan,
badan-badan Masonik diklaim berperanan kurang lebih aktif... Di Rusia,
Freemasonry pun akhirnya muncul sebagai ‘konspirasi politis’ dari klub-klub di
wilayah itu yang terorganisir secara Masonik.” 133
Persekongkolan
Masonik di Rusia khususnya, menarik untuk dikaji.
Masonry
memasuki negara ini pada paro kedua abad kedelapan belas dan menyebar luas di
kalangan intelektual. Walaupun di luar tampak sebagai klub budaya semata, di
dalam loge-loge ini didiskusikan gagasan-gagasan antiagama dan antipemerintah
dari bagian-bagian Eropa lainnya. Yang pertama kali menaruh perhatian adalah
pendeta-pendeta dari Gereja Ortodoks. Para
pendeta mengirimkan informasi yang telah mereka peroleh kepada Tsar Alexander
I, yang berhubungan baik dengan Gereja, membeberkan persekongkolan Masonik
untuk menggulingkan rezim Tsar. Menanggapi itu, Tsar mengeluarkan undang-undang
di tahun 1822 untuk menutup seluruh loge Masonik di negara itu dan
menetapkannya sebagai organisasi terlarang. Walau demikian, tindakan ini tidak
dapat menyingkirkan kaum Mason; mereka terus saja bergerak di bawah tanah.
Tiga tahun setelah memberangus
loge-loge tersebut, Tsar Alexander I sakit dan mangkat. Penggantinya adalah
Tsar Nicholas I. Namun, pergantian Tsar Nicholas diwarnai serangkaian
perselisihan dan intrik, serta menimbulkan situasi kacau di negara itu. Orang-orang
tertentu yang ingin mengembalikan stabilitas dengan menumbangkan rejim tersebut
berencana mengkudeta sang Tsar baru. Mereka mempunyai banyak pendukung di
kalangan tentara. Merasa percaya diri dengan dukungan ini, sejumlah serdadu
revolusioner bersama sejumlah orang sipil bergerak ke istana Tsar di ibukota St. Petersburg pada tanggal 14 Desember 1825.
Dalam kontak senjata melawan tentara Tsar, kelompok revolusioner itu
dikalahkan. Mereka dinamai ”kelompok Desember” sesuai dengan bulan terjadinya
upaya revolusi mereka. Para pemimpin kelompok ini dibekuk dan lima orang
digantung.
Kelompok Desember tak lain daripada para Mason.... Para
perwira, intelektual, dan penulis yang membentuk kelompok tersebut adalah
anggota dari loge-loge yang dilarang oleh Tsar Alexander tiga tahun sebelumnya.
Salah satu dari Mason yang revolusioner ini adalah penulis terkemuka Count
Pushkin. 134
Meski
usaha Kelompok Desember berakhir dengan kegagalan, para Mason tidak
menghentikan niat mereka untuk menggulingkan Tsar. Mereka senantiasa memainkan
peran penting dalam kelompok-kelompok penentang rezim Tsar. Pada Revolusi
Pebruari 1917, pemimpinnya, Alexander Karensky, dan hampir semua pendukung
dekatnya adalah Mason. 135 Begitu
pula, pemerintahan yang baru mayoritas terdiri dari orang-orang Mason. 136
Satu-satunya kontribusi historis Pemerintahan Kerensky di usianya yang pendek
itu adalah menyerahkan negara ke tangan Lenin dan kaum Bolsheviks pimpinannya.
MASONRY ABAD KEDUA PULUH:
DIAM-DIAM DAN DARI KEJAUHAN
Tentunya
tampak bahwa sejauh yang telah kita kaji, aktivitas kaum Mason di negara
seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Rusia, jelas-jelas menunjukkan sasaran
Masonry berupa revolusi sosiopolitis. Masonry hendak membangun sebuah tatanan
baru di mana lembaga-lembaga keagamaan dan keyakinan religius dihapuskan, dan
untuk mencapai tujuan ini mereka telah berupaya menggulingkan monarki-monarki
pendukung agama. Pada banyak negara Eropa, loge-loge Masonik menjadi pusat
berkumpulnya para penentang agama, di sana
disusun konspirasi untuk berbagai kudeta, pemberontakan, pembunuhan, plot
politis dan politik antiagama. Di balik aneka aktivitas tersebut, baik berskala
kecil atau besar, yang telah berlangsung sejak Revolusi Prancis di tahun 1789
hingga abad kedua puluh, ditemukan pengaruh Masonry.
RITUS ANEH DI KUIL HUMANISME
Kaum Mason ingin menjadikan seluruh dunia sebagai sebuah
“kuil”. Namun, kuil yang mereka mimpikan bukan kuil agama sejati melainkan kuil
humanisme. Mereka mengimpikan sebuah dunia tempat humanitas diberhalakan, dan
manusia telah sepenuhnya mengingkari agama sejati, serta filosofi evolusionis
dianggap sebagai satu-satunya filosofi yang benar.
Di dalam teks Masonik, sebuah upacara aneh yang
diselenggarakan untuk maksud ini dijelaskan:
Saat ini, sebuah agama universal sedang mewujud, seperlahan-lahan mungkin, sehingga dapat memuaskan kesadaran akan artinya yang sepenuhnya…. Bersamaan dengan agama universal ini, sebuah moralitas akan terbangun sepadan dengan pandangan akan dunia…. Agama seperti ini akan menyatukan umat manusia di alam semesta. Itulah MASONRY. Agama ini akan diteruskan dari hati ke hati. Kuil agama ini kelak adalah kuil humanitas. Di antara himne yang dinyanyikan di dalam kuil ini barangkali Simfoni ke-9 Beethoven, komposisi musik paling mulia yang pernah muncul dari jiwa manusia….
Saat ini, sebuah agama universal sedang mewujud, seperlahan-lahan mungkin, sehingga dapat memuaskan kesadaran akan artinya yang sepenuhnya…. Bersamaan dengan agama universal ini, sebuah moralitas akan terbangun sepadan dengan pandangan akan dunia…. Agama seperti ini akan menyatukan umat manusia di alam semesta. Itulah MASONRY. Agama ini akan diteruskan dari hati ke hati. Kuil agama ini kelak adalah kuil humanitas. Di antara himne yang dinyanyikan di dalam kuil ini barangkali Simfoni ke-9 Beethoven, komposisi musik paling mulia yang pernah muncul dari jiwa manusia….
Alih-alih
daging dan darah banteng sebagaimana pada upacara-upacara Mithra, kita
merayakan kelahiran ini dengan memakan roti dan meminum anggur merah. Di sini
kita bersatu di dalam kepercayaan bersama yang mempunyai karakter sebuah
komuni. Di sebuah tahun baru, Saya ingin membaptiskan perjuangan suci kita ini
dan mengakhirinya: Makanlah sepotong roti lagi, saudara-saudaraku, kalian
adalah misionaris agama ini, biarlah semua orang suci yang berbagi roti ini
menjadi teman. Saudara-saudaraku, untuk menjadi saudara sedarah, minumlah
seteguk nyala lagi dari gelas anggur kalian. ( Mason, Tahun, 29, No. 40-41, 1981, hal. 105-107)
Menurut sejarawan Inggris Michael Howard, loge-loge
Masonik memfokuskan upaya mereka pada paro kedua abad kesembilan belas untuk
menumbangkan dua Kekaisaran penting yang tersisa: Kekaisaran Austro-Hungaria
dan Rusia, dan dapat mencapai sasaran mereka sebagai akibat Perang Dunia I.
Dengan kata lain, pada awal abad kedua puluh, dalam skala
luas, Masonry telah mencapai sasaran revolusi sosiopolitiknya.
Oleh karena itu, abad kedua puluh bukanlah sasaran
revolusi Masonik. Karena beranggapan tidak menghadapi halangan lagi, alih-alih
merencanakan plot-plot politik, kaum Mason lebih suka menyebarkan filosofi
mereka. Mereka menebarkan filosofi materialis dan humanis kepada massa dengan
kedok sains, atau melalui seni, media, sastra, musik dan semua wahana budaya
populer. Dengan propaganda ini kaum Mason tidak bermaksud menghapuskan
agama-agama ilahiah melalui sebuah revolusi seketika; mereka hendak mencapainya
melalui jangka panjang, dan memperkenalkan filosofi mereka kepada semua orang
sedikit demi sedikit.
Freemasonry bekerja dengan diam-diam,
namun ini adalah kerja bagaikan sebuah sungai yang dalam, yang diam-diam
mendorong menuju lautan. .137
Pendeta tinggi J.W. Taylor, dari negara bagian Georgia di AS,
membuat komentar menarik ini tentang hal yang sama:
Pengalihan
tema-tema lama dan pembentukan yang baru tidak selalu timbul dari penyebab yang
segera tampak yang ditetapkan dunia, namun
merupakan kulminasi dari prinsip-prinsip yang telah bekerja selama
bertahun-tahun dalam pikiran manusia, sampai akhirnya waktu yang
tepat dan lingkungan yang sesuai menghidupkan kebenaran laten itu...
menggairahkan semua dengan sebuah penyebab umum yang kuat dan menggerakkan
bangsa-bangsa laksana satu diri menuju pewujudan akhir yang agung. Dengan
prinsip inilah Lembaga Freemasonry menyebarkan pengaruhnya ke dunia manusia.
Freemasonry bekerja secara diam-diam dan rahasia, namun menerobos semua celah
masyarakat dalam banyak relasinya, dan
mereka yang menerima banyak kebaikannya terpesona akan pencapaiannya yang luar
biasa, tetapi tidak dapat menduga dari mana datangnya. 138
Menurut majalah Voice yang diterbitkan oleh Loge Besar di
Chicago, ” Maka, secara
diam-diam namun pasti dan berkesinambungan, Masonry mengisi struktur besar
masyarakat manusia” 139 ”Pengisian struktur besar” ini akan
terwujud ketika dasar-dasar filosofi Masonik materialisme, humanisme, dan
Darwinisme diterima masyarakat.
Aspek
paling menarik dari strategi diam-diam dan jauh ini adalah bahwa para Mason
yang melaksanakannya hampir tidak pernah mengungkapkan bahwa hal itu
dilaksanakan atas nama Masonry. Mereka melakukan pekerjaannya di bawah berbagai
identitas, judul, posisi kekuatan yang berbeda, namun mereka menyebarkan
filosofi yang mereka ambil melalui Masonry kepada masyarakat. Seorang Imam
Mason Turki, Halil Mulkus, menjelaskan ini dalam sebuah wawancara beberapa
tahun yang lalu:
Masonry
sebagai Masonry tidak melakukan sesuatu pun. Masonry menuntun pribadi-pribadi;
dan pribadi-pribadi yang terlatih di sini, serta para Mason yang berkontribusi
bagi produksi perkembangan intelektual berada pada berbagai tingkat dalam karir
mereka di tempat tinggal mereka di dunia. Mereka adalah
rektor-rektor universitas, profesor, menteri negara, dokter, kepala
administrasi di rumah sakit, pengacara, dan sebagainya. Di mana pun mereka
hidup, mereka bertekad keras untuk menyebarkan ide-ide Masonik yang telah
membentuk mereka ke tengah masyarakat. 140
Namun,
ide-ide ini, yang dengan gigih dikaji dan coba diindoktrinasikan kepada
masyarakat, sebagaimana telah kita pahami pada bagian-bagian sebelumnya, tidak
lebih dari kebohongan. Filosofi Masonry berakar dari berbagai sumber seperti
mitos-mitos Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Kabbalah. Dalam hasrat mereka untuk
menyampaikan mitos-mitos ini kepada masyarakat, terkemas dalam paket sains dan
logika, Mason menipu baik diri mereka maupun orang lain. Dalam era globalisasi,
inilah peran ”Freemasonry Global”.
Hasil
dari kebohongan ini sangat merusak. Program menjauhkan masyarakat dari agama
yang dijalankan oleh Masonry di abad kedelapan belas dan kesembilan belas,
membangkitkan berbagai ideologi neo-pagan seperti rasisme dan fasisme, serta
ideologi sekuler dan kejam seperti komunisme. Penyebaran Darwinisme sosial
mengubah manusia menjadi hewan yang berjuang untuk keberadaannya, yang hasil
brutalnya muncul di paro kedua abad kesembilan belas dan kedua puluh. Perang
Dunia I adalah hasil karya para pemimpin Eropa yang, atas anjuran Darwin , memandang perang
dan pertumpahan darah sebagai kebutuhan biologis. Selama perang, sepuluh juta
orang mati sia-sia. Perang Dunia II yang mengikutinya, yang menyebabkan kematian
55 juta orang, juga merupakan hasil karya totalitarianisme, seperti fasisme dan
komunisme, yang merupakan hasil dari benih sekularisme militan yang ditaburkan
oleh kaum Mason. Di seluruh penjuru dunia, selama abad kedua puluh, semua
perang, konflik, kekejaman, kesewenang-wenangan, eksploitasi, kelaparan, dan
kemerosotan moral yang destruktif, pada dasarnya adalah produk dari berbagai
filosofi dan ideologi tak beragama. (Untuk rinciannya, lihat karya Harun Yahya,
Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme).
Singkatnya,
filosofi Masonry telah berbuah kepahitan. Kejadiannya tidak bisa sebaliknya
sebagaimana pada hukum ilahiyah. Secara historis, orang-orang pagan yang
menolak agama Tuhan itu, dengan merujuk pada berbagai mitologi tradisional dan
agama nenek moyang mereka, menempuh jalan menuju kehancuran. Freemasonry,
sebuah pewujudan masa kini dari paganisme ini, sedang menyeret diri mereka, dan
seluruh dunia kepada jurang kebinasaan.
Oleh
karena itulah umat manusia harus melindungi diri dari potensi malapetaka ini,
dengan mengatasi intimidasi dari apa dirujuk oleh Bediuzzaman Said Nursi,
seorang sarjana Islam, sebagai ”penyakit yang bernama materialisme dan
naturalisme”, dan dengan begitu mempertahankan keimanan masyarakat.
Kesimpulan
Masonry
telah menjadi salah satu fenomena paling menarik pada dua abad terakhir. Dengan
mudah, Masonry menarik peminat karena karakternya yang tertutup, eksklusif, dan
mistis. Sementara itu, timbul antipati terhadapnya; saat Masonry berupaya
mengiklankan dirinya sebagai sebuah ”lembaga amal yang tidak berbahaya”,
oposisi yang gigih pun tumbuh sebagai akibat berbagai klaimnya yang
kontradiktif.
Namun, yang semestinya dilakukan
untuk menghadapi Masonry bukanlah dengan menjalankan agenda anti-Masonik yang
membuta, namun dengan mengkaji dan menunjukkan ketidaksahihan dari filosofi
jahat yang dianut dan dipaksakan organisasi ini kepada umat manusia.
Sarjana Islam yang terkemuka, Bediuzzaman Said Nursi menguraikan
dalam sebuah alinea kerangka utama tugas ini:
Kelahiran arus tiranik filosofi naturalis dan materialis
secara bertahap akan menjadi kuat dan menyebar pada akhir zaman, melalui
filosofi materialis yang mencapai derajat pengingkaran akan Tuhan.... Cukup
jelaslah kiranya betapa bodoh lawakan dari manusia yang lemah, yang dapat
dikalahkan oleh seekor lalat dan tidak dapat menciptakan walaupun sebuah sayap
lalat, untuk mengklaim posisi ketuhanan. 141
Dengan
kata lain, arus gagasan materialis yang akan muncul pada akhir zaman akan
bertindak sampai sejauh menolak keberadaan Tuhan. Sebagai jawaban, harus ditunjukkan
betapa ini merupakan ”lawakan bodoh”, dan bukti-bukti keberadaan Tuhan
sebagaimana diungkapkan di dalam Al Quran harus ditunjukkan.
Inilah cara untuk mendekati pertarungan melawan Masonry.
Yang penting untuk dilakukan adalah menggugurkan dan mengatasi filosofi
Masonik. Perlu dihancurkan pengaruh pemikiran organisasi ini, yang secara
diam-diam dan dari jarak jauh melakukan kampanye propaganda massa, dan
menjauhkan manusia dari keimanan mereka dan membawa mereka meninggalkan agama
mereka kepada mitos-mitos materialis, humanis, dan Darwinis. Apalagi, aliran
ini perlu dibalikkan, dan orang-orang perlu diinformasikan tengan keberadaan
Tuhan, keesaan-Nya, dan kebenaran agama. Dan, ini harus dilakukan setidaknya
setenang dan sesabar para Mason.
Seberarnya, ini bukanlah pertarungan melawan Masonry
karena sasarannya juga untuk menyelamatkan para Mason yang juga tertipu.
Perintah di dalam Al Quran kepada kaum 'Ad dan Tsamud berlaku bagi para Mason:
”Dan syaitan
menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia
menghalangi mereka dari jalan, sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan
tajam.” (QS. Al Ankabuut, 29: 38)
Sasarannya adalah untuk menunjukkan kebenaran kepada
semua orang, termasuk para Mason, dan menyelamatkan mereka dari kesalahan.
Sebuah ciri dari akhir zaman adalah mudahnya pertarungan
ini bagi orang yang beriman. Ini karena sains, yang telah digunakan kaum Mason
untuk mendukung filosofi mereka selama dua ratus tahun terakhir, sekarang telah
berbalik menentang mereka. Teori evolusi, yang telah memberikan dukungan bagi
materialisme dan humanisme, telah berada dalam kemerosotan tajam semenjak tahun
1970-an. Catatan fosil dengan jelas menyangkal klaim-klaim teori ini, dengan
mengungkapkan bahwa spesies muncul secara seketika dan sudah terbentuk
sempurna, tanpa ”nenek moyang evolusioner”. Biokimia, yang mengkaji aspek-aspek
halus dari makhluk hidup, telah menunjukkan contoh-contoh menakjubkan dari
perancangan yang tidak dapat dijelaskan dengan kerangka sebab alamiah. Perbandingan
genetik telah mengungkapkan bahwa spesies yang dianggap kerabat dekat menurut
”pohon kehidupan” Darwinis, pada kenyataannya sangat berbeda dalam susunan
genetik. Sains telah memberontak melawan teori evolusi, sebuah fakta yang tidak
dapat disembunyikan lebih jauh lagi oleh para evolusionis. Penting untuk
menggunakan bukti-bukti yang diajukan sains dan menginformasikan kepada
masyarakat ketidaksahihan filosofi materialis-humanis.
Masonry dengan
berbagai metode propaganda yang efektif telah mampu sekian lama membuat
masyarakat menerima sebuah pemikiran keliru. Menjelaskan kebenaran dan menolong
manusia menerimanya jauh lebih mudah.
Ketika orang Muslim mengambil alih tugas ini, dengan izin
Allah, pernyataan berikut ini akan terwujud: ” Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu
yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.
Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu menyifati.” (QS. Al
Anbiyaa’, 21: 18)
Maka, abad kedua puluh satu tidak akan menjadi abad ”Freemasonry
Global” sebagaimana diharapkan oleh para Mason, namun menjadi abad moralitas
Islam.
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau,
tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah,2: 32 )
tidak ada yang kami ketahui selain apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al Baqarah,
Daftar Pustaka:
1 World Book Encyclopedia, "Crusades," Contributor:
Donald E. Queller, Ph.D., Prof. of History, Univ. of Illinois,
Urbana-Champaign, World Book Inc., 1998
2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)
3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)
4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262
5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81
6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3
7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989
8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)
9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)
10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)
11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)
12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37
13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)
14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38
15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)
16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499
17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9
18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)
20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)
21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books,London , 1997, hal. 131

2 Geste Francorum, or the Deeds of the Franks and the Other Pilgrims to Jerusalem, trans. Rosalind Hill, London, 1962, hal.91, (penekanan ditambahkan)

3 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.261, (penekanan ditambahkan)

4 August C. Krey, The First Crusade: The Accounts of Eye-Witnesses and Participants, Princeton & London, 1921, hal.262

5 Michael Baigent, Richard Leigh, The Temple and the Lodge, London, Corgi Books, 1990, hal. 78-81

6 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, Chapter 3

7 For this thesis about Freemasonry, see. John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York, M. Evans & Company, 1989

8 Ender Arkun, "Masonlarin Dusunce Evrimine Katkisina Kisa Bir Bakis" (A Short Look at the Contribution of Freemasonry to the Evolution of Thought), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal.68, (penekanan ditambahkan)

9 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.11, (penekanan ditambahkan)

10 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.9, (penekanan ditambahkan)

11 Teoman Biyikoglu, "Tampliyeler ve Hurmasonlar" (Templars and Freemasons), Mimar Sinan, 1997, No.106, hal.19, (penekanan ditambahkan)

12 Christopher Knight and Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, 1997, hal.37

13 G. Delaforge, The Templar Tradition in the Age of Aquarius; Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.37, (penekanan ditambahkan)

14 C. Wilson, The Excavation of Jerusalem, Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, hal.38

15 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry and What is it Like?), Istanbul 1992, hal.298-299, (penekanan ditambahkan)

16 Gougenot des Mousseaux in Le Juif, La Judaïsme et la Judaïsation des Peuples Chrétiens, 2nd edition, 1886, hal. 499

17 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; hal.9

18 Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal.221, and Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)

19 Fabre d'Olivet, La Langue Hébraïque, 1815, hal.28, (penekanan ditambahkan)

20 Mason Dergisi (The Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal.67, (penekanan ditambahkan)

21 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books, London, 1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)

22 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow Books,

23 Richard Rives, Too Long in the Sun, Partakers Pub., 1996,
hal. 130-31
24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?),Istanbul , 1992, hal.
298-299
25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)
26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)
27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194
28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)
29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924
30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)
31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989
32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.

24 Murat Ozgen Ayfer, Masonluk Nedir ve Nasildir? (What is Freemasonry?),

25 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924, (penekanan ditambahkan)

26 Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co., Ltd., London, 1924; Theodore Reinach, Histoire des Israélites, hal. 221, Salomon Reinach, Orpheus, hal. 299, (penekanan ditambahkan)

27 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194

28 Lance S. Owens, Joseph Smith and Kabbalah: The Occult Connection, Dialogue: A Journal of Mormon Thought, Vol. 27, No. 3, Fall 1994, hal. 117-194, (penekanan ditambahkan)

29 Eliphas Lévi, Histoire de la Magie, hal. 273; Nesta H. Webster, Secret Societies And Subversive Movements, Boswell Publishing Co. Ltd., London, 1924

30 Umberto Eco, Foucault's Pendulum, Translated from the Italian by William Weaver, A Helen and Kurt Wolff Book, Harcourt Brace Jovanovich, Publishers, hal. 450, (penekanan ditambahkan)

31 For further information, see, John J. Robinson, Born in Blood: The Lost Secrets of Freemasonry, New York: M. Evans & Company, 1989

32 Encyclopaedia Judaica, vol. 10, hal. 759.

33 Encarta® World English Dictionary © 1999 Microsoft
Corporation. Developed for Microsoft by Bloomsbury Publishing Plc.
34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116
35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)
36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos.La Salle IL ,
Open Court Publishing, 1992, hal. 241
37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World,Prima Publishing ,
California , 1997, hal. 61
38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)
39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)
40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520
41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522
42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)
43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)
44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)
45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)
46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55
47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)
48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)
49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference),Istanbul , 1973, hal. 46,
(penekanan ditambahkan)
50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)
51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)
52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25
53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)
54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)
55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul
1977, hal. 145-146, (penekanan ditambahkan)
56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)
57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)
58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)

34 Lamont, The Philosophy of Humanism, 1977, hal. 116

35 http://www.jjnet.com/archives/documents/humanist.htm)

36 Henry Margenau, Roy Abraham Vargesse, Cosmos, Bios, Theos.

37 Patrick Glynn, God: The Evidence, The Reconciliation of Faith and Reason in a Postsecular World,

38 http://www.garymcleod.org/2/johnd/humanist.htm)

39 Malachi Martin, The Keys of This Blood: The Struggle for World Dominion Between Pope John Paul II, Mikhail Gorbachev, and the Capitalist West, New York, Simon & Schuster, 1990, hal. 519-520, (penekanan ditambahkan)

40 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 520

41 Malachi Martin, The Keys of This Blood, hal. 521-522

42 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes V, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 73, (penekanan ditambahkan)

43 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 79, (penekanan ditambahkan)

44 Mimar Sinan, 1989, No. 72, hal. 45, (penekanan ditambahkan)

45 Selamet Mahfilinde Uc Konferans (Three Confrences in Safety Society), hal. 51, (penekanan ditambahkan)

46 Manly hal. Hall, The Lost Keys of Freemasonry, Philosophical Research Society; 1996, hal. 54-55

47 J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216, (penekanan ditambahkan)

48 "Masonluk Iddia Edildigi Gibi Gizli Bir Tesekkul mudur?" (Is Freemasonry a Secret Organization as It is Claimed to be?) (Mim Kemal Oke, Turk Mason Dergisi (The Turkish Mason Magazine), No. 15, July 1954, (penekanan ditambahkan)

49 Franz Simecek, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Konferans, (Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference),

50 http://www.mason.org.tr/uzerine.html, (penekanan ditambahkan)

51 Dr. Selami Isindag, Ucuncu Derece Rituelinin Incelenmesi (The Examination of the Third Degree Ritual), Mason Dernegi (Masonic Society) Publications: 4, Istanbul, 1978, hal. 15, (penekanan ditambahkan)

52 Harun Yahya, Komunizm Pusuda (Communism in Ambush),Vural Publishing, Istanbul, April 2001, hal. 25

53 Moiz Berker, "Gercek Masonluk" (Real Freemasonry), Mimar Sinan, 1990, No. 77, hal. 23, (penekanan ditambahkan)

54 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes IV, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 62, (penekanan ditambahkan)

55 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

56 Dr. Selami Isindag, "Olumlu Bilim-Aklin Engelleri ve Masonluk" (Positive Science-The Obstacles of Mind and Freemasonry), Mason Dergisi, year 24, No. 25-26 (December 76-March 77), (penekanan ditambahkan)

57 Ibrahim Baytekin, Ayna (Mirror), Ocak 1999, No: 19, hal. 4, (penekanan ditambahkan)

58 Dr. Selami Isindag, Masonluk Ustune (On Freemasonry), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 32, (penekanan ditambahkan)

59 Christopher Knight, Robert Lomas, The Hiram Key, Arrow
Books, London ,
1997, hal. 131, (penekanan ditambahkan)
60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)
62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)
63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)
64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63, (penekanan ditambahkan)
65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)
66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan ditambahkan)
67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry), Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26
68 Robert Hieronimus,America 's
Secret Destiny: Spiritual Vision and the Founding of a Nation, Vermont , Destiny Books,
1989, hal. 84, (penekanan ditambahkan)
69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 34
70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed.,London , Rider, 1989, hal. 8
71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed.,London , Rider, 1989, hal. 9
72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)
73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188
75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan, 1987, No. 63, hal. 46
76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)
77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan, 1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)
78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839
79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed.,London , Rider, 1989, hal. 2-3, (penekanan
ditambahkan)
80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur Press,Ankara ,
1972, hal. 8-9, (penekanan ditambahkan)
81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul
1977, hal. 189, (penekanan ditambahkan)
82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul
1977, hal. 190, (penekanan ditambahkan)
83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul
1977, hal. 189-190, (penekanan ditambahkan) 
84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57
85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul 1977, hal. 97, (penekanan
ditambahkan)
86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)
87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)
88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448
89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)
90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan ditambahkan)
91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan ditambahkan)
92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan, 1974, No. 15, hal. 23
93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoughts About The Concept and the Evolution of Solidarity from the Scientific Point of View II), Mimar Sinan, 1976, No. 20, hal. 49, (penekanan ditambahkan)

60 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)

61 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VII, Masonlukta Yorumlama Vardir Ama Putlastirma Yoktur (There is No Idolization in Freemasonry but Interpretation), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry), Istanbul 1977, hal. 120, (penekanan ditambahkan)

62 Celil Layiktez, "Masonik Sir, Ketumiyet Nedir? Ne Degildir?" (Masonic Secret, What is Secrecy?), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 27-29, (penekanan ditambahkan)

63 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry), Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 75, (penekanan ditambahkan)

64 Oktay Gok, "Eski Misirda Tekris" (Initiation in Ancient Egypt), Mimar Sinan, 1995, Vol. 95, hal. 62-63, (penekanan ditambahkan)

65 Dr. Cahit Bergil, "Masonlugun Lejander Devri" (The Lejander Age of Freemasonry) , Mimar Sinan, 1992, No. 84, hal. 74, (penekanan ditambahkan)

66 Resit Ata, "Çile: Tefekkur Hucresi" (Ordeal: Reflection Cell), Mimar Sinan, 1984, No. 53, hal. 61, (penekanan ditambahkan)

67 Rasim Adasal, "Masonlugun Sosyal Kaynaklari ve Amaclari" (The Social Origins and Aims of Freemasonry), Mimar Sinan, December 1968, No. 8, hal. 26

68 Robert Hieronimus,

69 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 34

70 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed.,

71 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed.,

72 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 38, (penekanan ditambahkan)

73 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188

74 Christopher Knight ve Robert Lomas, The Hiram Key, hal. 188

75 Orhan Tanrikulu, "Kadinin Mason Toplumundaki Yeri" (The Woman's Place in Masonic Society), Mimar Sinan, 1987, No. 63, hal. 46

76 Koparal Çerman, "Rituellerimizdeki Allegori ve Semboller" (Allegory and Symbols in our Rituals), Mimar Sinan, 1997, No. 106, hal. 39, (penekanan ditambahkan)

77 Resit Ata, "Bir Fantezi: Mitoloji'den Masonluga" (A Fantasy: From Mythology to Freemasonry), Mimar Sinan, 1980, No. 38, hal. 59, (penekanan ditambahkan)

78 Albert Pike, Morals and Dogma, Kessinger Publishing Company, October 1992, hal. 839

79 Michael Howard, The Occult Conspiracy: The Secret History of Mystics, Templars, Masons and Occult Societies, 1st ed.,

80 Previous Master Mason Enver Necdet Egeran, Gercek Yuzuyle Masonluk (Freemasonry Unveiled) , Basnur Press,

81 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

82 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

83 Dr. Selami Isindag, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

84 Hasan Erman, "Masonlukta Olum Sonrasi" (After Death in Freemasonry), Mimar Sinan, 1977, No. 24, hal. 57

85 Dr. Selami Isindag, Masonlugun Kendine Ozgu Bir Felsefesi Var Midir, Yok Mudur? (Does Freemasonry Have an Original Philosophy or Not?), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

86 Wilder Penfield, The Mystery of the Mind: A Critical Study of Consciousness and the Human Brain, Princeton, New Jersey, Princeton University Press, 1975, hal. 80, (penekanan ditambahkan)

87 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 24-25, (penekanan ditambahkan)

88 Roger Penrose, The Emperor's New Mind, Penguin Books, 1989, hal. 448

89 Onur Ayangil, "Yeni Gnose" (New Gnosis), Mimar Sinan, 1977, No. 25, hal. 20, (penekanan ditambahkan)

90 Enis Ecer, "Gercegin Yolu" (The Path of the Truth), Mimar Sinan, 1979, No. 30, hal. 29, (penekanan ditambahkan)

91 Faruk Erengul, "Evrende Zeka" (Intelligence in the Universe), Mimar Sinan, 1982, No. 46, hal. 27, (penekanan ditambahkan)

92 Albert Arditti, "Hurriyet-Disiplin-Dinamizm-Statizm" (Freedom-Discipline-Dynamism-Statism), Mimar Sinan, 1974, No. 15, hal. 23

93 Naki Cevad Akkerman, "Bilimsel Acidan Dayanisma Kavrami ve Evrimi Uzerine Dusunceler II" (Thoughts About The Concept and the Evolution of Solidarity from the Scientific Point of View II), Mimar Sinan, 1976, No. 20, hal. 49, (penekanan ditambahkan)

94 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67
95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)
96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul
1977, hal. 274-275, (penekanan ditambahkan)
97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul
1977, hal. 274-275 
98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution inFrance , ed. J.
G. A. Pocock, Indianapolis :
Hackett Publishing Company, 1987, hal. 33-38
99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber,London ,
1977, hal. 361
100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178
101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285
103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded inBavaria ,
Germany
in 1776 was a kind of a Masonic lodge. The founder of the Illuminati, Dr. Adam
Weishaupt, was a Jew. He enumerated the goals of the Order as follows: 1- To
abolish all monarchies and regular governments, 2- To abolish the personal
property and inheritance, 3- To abolish the family life and the marriage
institution and to establish a communal education system for children, 4- To
abolish all religions. (see, Eustace Mullins, The World Order: Our Secret
Rulers, hal. 5; Lewis Spence, The Encyclopedia of the Occult, hal. 223)
104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198
105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)
106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60
107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry,New York : The Masonic History Company, 1921,
Vol. III.) Royal Society or with the full name The Royal Society of London for
The Improvement of Natural Knowledge was founded in 1662. All the members of
the society were all Masons without an exception. See, John J. Robinson, Born
in Blood, hal. 285
108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57
109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)
110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)
111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charlesDarwin to J. Do Hooker, March 29, 1963 
112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)
113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)
114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference),Istanbul , 1973, hal. 107,
(penekanan ditambahkan)
115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul
1977, hal. 78, (penekanan ditambahkan)
116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),Istanbul 1977, hal. 137
117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)
118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)

95 Mason Dergisi (Journal of Freemasonry), No. 48-49, hal. 67, (penekanan ditambahkan)

96 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

97 Dr. Selami Isindag, Kurulusundan Bugune Masonluk ve Bizler (Freemasonry and Us: From Its Establishment Until Today), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

98 Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in

99 Desmond King-Hele, Doctor of Revolution: The Life and Times of Erasmus Darwin, Faber & Faber,

100 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 178

101 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285

102 William R. Denslow, 10,000 Famous Freemasons, vol. I. Macoy Publishing & Macoy Supply Co., Inc. Ricmond, Virginia, 1957, hal. 285

103 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 198. Order of the Illuminati, which was founded in

104 Henry Morris, The Long War Against God, Master Books, April 2000, hal. 198

105 Pope Leo XIII, Humanum Genus, "Encyclical on Freemasonry," promulgated on April 20, 1984.(penekanan ditambahkan)

106 Henry Morris, The Long War Against God, hal. 60

107 For Huxley's Masonry, see (Albert G. Mackey. "Charles Darwin and Freemasonry." An Encyclopedia of Freemasonry,

108 For the support Royal Society gave to Darwinism, see Henry Morris, The Long War Against God, hal. 156-57

109 Anton Pannekoek, Marxism And Darwinism, Translated by Nathan Weiser. Transcribed for the Internet by Jon Muller, Chicago, Charles H. Kerr & Company Co-operative Copyright, 1912 by Charles H. Kerr & Company, (penekanan ditambahkan)
(http://www.marxists.org/archive/pannekoe/works/1912-dar.htm)

110 Dr. Selami Isindag, "Bilginin Gelismesinde Engeller ve Masonluk" (Obstacles in the Development of Knowledge and Freemasonry), 1962 Annual Bulletin of the Turkish Grand Lodge of Free and Accepted Masons hal. 44, (penekanan ditambahkan)

111 Francis Darwin, Life and Letters of Charles Darwin, Vol.II, from charles

112 Fred Hoyle, Chandra Wickramasinghe, Evolution from Space, hal. 130, (penekanan ditambahkan)

113 Dr. Selami Isindag, Evrim Yolu (The Way of Evolution), Istanbul1979, hal. 141, (penekanan ditambahkan)

114 hal. M. Giovanni, Turkiye Fikir ve Kultur Dernegi E. ve K. S. R. Sonuncu ve 33. Derecesi Turkiye Yuksek Surasi, 24. Conference (The Turkish Society of Idea and Culture, 33rd degree, Turkey Supreme Meeting, 24th conference),

115 Dr. Selami Isindag, Sezerman Kardes VI, Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

116 Dr. Selami Isindag, "Masonluk Ogretileri" (Masonic Doctrines), Masonluktan Esinlenmeler (Inspirations from Freemasonry),

117 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 46, (penekanan ditambahkan)

118 Tanju Koray, Mimar Sinan, 1992, No: 85, hal. 49, (penekanan ditambahkan)

119 Neset Sirman, "Masonlugun Ilk Devirleri" (The
First Periods of Masonry), Mimar Sinan, 1997, No. 104, hal. 41,
(penekanan ditambahkan)
120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67
121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)
122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215
123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69
124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII
127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19
128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)
130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999
132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972
133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105
135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33
136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064
137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)
140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta,October 13,
1985 , vol. 40, hal. 30) 

120 Naki Cevad Akkerman, "Politika ve Masonluk" (Politics and Freemasonry), Mimar Sinan, September 1968, No. 7, hal. 66-67

121 Daniel Willens "The Hell-Fire Club," Gnosis, no.24, Summer 1992, (penekanan ditambahkan)

122 For the relationship of Enlightenment and French Revolution with Masonry, see Harun Yahya, Yeni Masonik Duzen (New Masonic Order), hal. 203-215

123 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 69

124 Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins," 266-271; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," NewAdvent,(http://www.newadvent.
org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

125 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org
/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

126 The Catholic Encyclopedia, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII

127 Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié LIIodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, hal. 19

128 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

129 Louis L. Synder and Ida Mae Brown, Bismarck and German Unification, New York, 1966,hal. 90-91, (penekanan ditambahkan)

130 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

131 Elbridge Colby,"In Hitler's Shadow: The Myth of Nazism's Conservative Roots," In Bad Faith?: Politics and Religion at Harvard, October 13, 1999

132 Alec Mellor, The Royal Arch Mason, Spring 1972

133 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)

134 Michael Howard, The Occult Conspiracy, hal. 105

135 Stephen Knight, The Brotherhood: The Explosive Expose of the Secret World of the Freemasons, HarperCollins, 1985, hal. 33

136 Daniel Ligou, Dictionnaire de la Franc-Maconnerie, hal. 1064

137 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

138 The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

139 Voice, Chr. 1889, II, 257 sq.; The Catholic Encyclopedia, "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm), (penekanan ditambahkan)

140 "Masonluk Gucunu Yitiriyor mu?" (Is Freemasonry Losing its Power?), Nokta,
