Let’s Learn Our Islam
DAFTAR ISI
Pendahuluan
ALLAH PENCIPTA
KITA SEMUA
Keberadaan
Manusia
Bagaimana Bentuk
Kehidupan Lainnya Terjadi?
Penciptaan Alam
Semesta
Allah-lah Yang
Menciptakan Segalanya
Allah
Menciptakan Semua Orang dengan Takdir
ALLAH
MENGUTUS RASUL DAN MENURUNKAN KITAB SUCI
Manusia
dan Nabi Pertama: Adam AS
Nabi Nuh AS
Nabi Ibrahim AS
Nabi Musa AS
Nabi Yunus AS
Nabi Yusuf AS
Nabi Ayyub AS
Nabi Isa AS
Rasulullah
Muhammad SAW
KEAJAIBAN AL
QUR’AN
Bagaimana
Alam Semesta Tercipta
Garis Edar
Lautan yang
Tidak Saling Bercampur
Bentuk Bumi yang
Bulat
Sidik Jari
SIFAT APAKAH YANG DIKEHENDAKI OLEH ALLAH?
Mencintai
Allah dan Percaya kepada-Nya
Bagaimana Kita
Bersikap kepada Orang Lain
BERIBADAH KEPADA
ALLAH
Doa adalah Cara
Mendekatkan Diri kepada Allah
KEMATIAN
DAN HIDUP SETELAH MATI
Akhirat
Surga
dan Neraka
Kesulitan di
Dunia Ini Membuat Kita Lebih Memahami Keindahan Surga
Siksa Neraka
Akan Abadi Selamanya
KESIMPULAN
PENDAHULUAN
Anak-anak tersayang, dalam buku ini kita akan membahas
hal-hal penting yang harus kalian pikirkan dengan seksama...
Di sekolah, guru-guru kalian tentu mula-mula mengajar
kalian membaca. Lalu kalian belajar angka-angka dan pelajaran matematika.
Tetapi pernahkah kalian berpikir, untuk apa kalian pergi ke sekolah dan belajar
ini semua?
Sebagian besar kalian akan berkata bahwa semua ini
penting artinya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak ketika kalian telah
dewasa. Ini berarti kalian hampir memastikan akan dewasa suatu hari. Memang,
akan datang suatu hari ketika anak-anak akan memanggil kalian, ”Bibi, kakek,
atau paman...” seperti kalian memanggil bibi, kakek, atau paman kalian
sekarang. Dengan kata lain, kalian suatu ketika akan dewasa jika Allah
menghendaki kalian dewasa.
Namun, kalian tidak akan terus tumbuh dewasa selamanya.
Setiap orang akan sedikit demi sedikit bertambah tua, lalu akan datang saat
mereka harus meninggalkan dunia ini dan memulai kehidupan baru di akhirat. Ini
juga akan terjadi pada kalian. Setelah masa kanak-kanak, kalian mungkin akan
tumbuh menjadi remaja dan bahkan mencapai usia tua. Kemudian akan datang saat
kalian harus hidup di akhirat.
Kalian pergi ke sekolah untuk mempersiapkan masa depan.
Penting bagi setiap orang untuk melakukan persiapan seperti ini. Namun, semua
usaha ini terbatas untuk hidup di dunia ini saja. Bagaimana dengan hal-hal yang
kalian butuhkan untuk kehidupan berikutnya? Kalian harus mempersiapkan
kehidupan akhirat kalian juga. Pernahkan kalian memikirkannya?
Ketika kalian dewasa, kalian perlu mencari nafkah, yang
berarti kalian harus mempunyai pekerjaan. Itulah mengapa kalian bersekolah.
Nah, begitu pulalah, agar kalian berbahagia di akhirat ada beberapa hal yang
harus kalian lakukan. Yang paling penting dari semua itu adalah segera mulai
mengenal Allah, Yang Maha Tinggi, dan bagaimana cara kita bersikap menurut yang
dikehendaki oleh Allah.
Di sini, dalam buku ini kita akan berbicara tentang
kekuasaan Allah, Yang menciptakan ibu, ayah, dan teman kalian, juga semua
manusia, hewan, tanaman, pendeknya semua makhluk hidup, bumi, matahari, bulan,
dan seluruh alam semesta. Kita akan membicarakan kekuasaan
dan pengetahuan Allah yang tak terbatas dan apa yang Dia inginkan dan tidak Dia
inginkan dari kita. Jangan lupa, ini adalah hal yang sangat penting, yang akan
sangat bermanfaat bagi kalian!
ALLAH PENCIPTA
KITA SEMUA
Kalian sering mendengar manusia menyebutkan kata
”Allah.” Mereka biasanya mengucapkannya dalam kalimat, ”Semoga Allah
memberkatimu, ”Jika Allah berkehendak,” ”Insya Allah,” ”Semoga Allah
mengampunimu,” dan seterusnya.
Ini adalah kalimat-kalimat yang digunakan ketika kita
mengingat Allah, berdoa kepada-Nya, atau meninggikan-Nya.
Misalnya, “Semoga Allah melindungimu” menjelaskan
kenyataan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang tak terbatas pada diri kalian
dan segala makhluk, bernyawa atau tak bernyawa, di sekitarmu. Allah-lah
Yang bisa menyelamatkan kalian, ibu kalian, ayah, dan teman kalian dari
kejahatan. Karena itu, kalimat ini sering digunakan di saat terjadinya bencana
alam atau kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. Coba pikirkan: Bisakah ibu,
ayah, atau semua orang lain yang kalian ketahui mencegah bencana alam, misalnya
banjir? Mereka tentu tidak bisa, karena hanya Allah yang mengizinkan kejadian
seperti itu terjadi pada manusia, sehingga hanya Dia yang bisa mencegahnya.
Kata
“insya Allah” berarti “jika Allah berkehendak”. Oleh sebab itu, ketika kita
berkata bahwa kita akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, kita wajib
berkata, “Insya Allah.” Ini karena hanya Allah yang mengetahui masa depan dan
menciptakan masa depan itu menurut kehendak-Nya. Tidak ada yang akan terjadi
kecuali jika Dia menghendakinya.
Ketika salah seorang
teman kalian, misalnya, berkata, “Aku pasti akan pergi sekolah besok,” dia
salah karena kita tidak tahu apakah Allah akan menghendakinya pergi sekolah
besok. Mungkin dia besok sakit dan tidak bisa pergi sekolah, atau cuaca buruk
menyebabkan sekolah libur.
Oleh sebab itu, kita mengatakan “insya Allah” ketika
menyebutkan niat kita di masa depan, yang mengakui bahwa Allah mengetahui
segalanya, bahwa segalanya terjadi hanya dengan kehendak-Nya dan bahwa kita
tidak akan pernah bisa mengetahui maksud dari perbuatan Allah atas kita. Dengan
begitu, kita memperlihatkan hormat kita kepada Allah, yang memiliki kekuasaan
dan pengetahuan tak terbatas.
Dalam ayat Al Qur’an,
Allah memberi tahu kita bahwa Dia menginginkan kita berkata “insya Allah” (jika
Allah menghendaki):
“Dan jangan sekali-kali kalian mengatakan terhadap sesuatu, “Sesungguhnya
aku akan mengerjakan itu besok pagi”, kecuali (dengan menyebut), ”InsyaAllah.”
Dan ingatlah Tuhanmu jika kalian lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku
akan memberiku petunjuk melakukan hal yang paling sesuai dengan niatku ini”. (QS Al-Kahfi:
23-24)
Mungkin kalian tidak terlalu paham tentang masalah ini,
tetapi itu tidak begitu penting. Agar kalian mengenal Allah, yang perlu kalian
lakukan adalah melihat ke sekitar kalian dan berpikir.
Segala hal di sekitarmu penuh dengan keindahan yang
menunjukkan sifat Allah dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas. Pikirkanlah
tentang kelinci putih yang cantik, lumba-lumba yang tersenyum, warna-warna
indah sayap kupu-kupu, atau lautan yang biru, hutan hijau, berbagai jenis bunga
dan keindahan lain yang tak terhitung di dunia. Allah-lah Yang menciptakan
semua ini. Allah telah menciptakan seluruh alam semesta yang kalian lihat,
dunia dan makhluk di dalamnya, dari tidak ada menjadi ada. Oleh sebab itu,
dengan melihat keindahan yang Dia ciptakan, kalian akan melihat kekuasaan-Nya
yang tak terbatas.
Jelaslah bahwa kalau
kita ada, berarti Allah itu ada. Karena itu, pertama-tama marilah kita pikirkan
tentang keberadaan kita dan bagaimana Allah menciptakan kita begitu sempurna.
Keberadaan Manusia
Pernahkah kalian memikirkan bagaimana manusia bisa ada
di dunia ini? Kamu mungkin akan berkata, ”Semua orang punya ibu dan ayah.”
Namun, jawaban ini tidak tepat. Sebenarnya jawaban itu tidak bisa menjelaskan
bagaimana ibu dan ayah pertama, yaitu manusia pertama, tercipta. Kamu mungkin
pernah mendengar cerita-cerita tentang hal ini di sekolah dan dari orang-orang
di sekitarmu. Tetapi, satu-satunya jawaban yang benar adalah bahwa Allah-lah
Yang menciptakan kalian. Kita akan mempelajari hal ini dengan mendalam dalam
bab-bab berikutnya. Sekarang, ada satu hal yang harus kalian semua ketahui.
Manusia pertama yang muncul di dunia ini adalah Nabi Adam Alaihissalam (AS).
Seluruh manusia adalah keturunannya.
Adam AS, seperti kita, adalah manusia yang berjalan,
bercakap-cakap, berdoa, dan menyembah Allah. Mula-mula Allah menciptakan dia,
kemudian Allah menciptakan istrinya. Lalu anak-anak mereka tersebar di seluruh
dunia.
Jangan pernah lupa
bahwa Allah hanya perlu memerintahkan sesuatu untuk menciptakannya. Ketika Dia
berkehendak agar sesuatu terjadi, Dia akan memerintahkan, “Jadilah!” dan
sesuatu itu pun terjadi. Dia punya kekuasaan yang menyebabkan-Nya bisa
melakukan segalanya. Misalnya, Dia menciptakan Adam dari tanah. Ini mudah bagi
Allah.
Akan tetapi, jangan lupa bahwa juga ada orang yang
mengingkari adanya Allah. Orang-orang ini memberikan jawaban lain pada
pertanyaan tentang bagaimana manusia terjadi. Mereka tidak mencari kebenaran.
Misalkan ada tokoh
film kartun bernama Badu. Badu berkata, “Aku terjadi karena tinta tumpah pada
kertas dengan tak sengaja, cat ini juga tak sengaja tertumpah, lalu membentuk
warna-warna. Jadi, aku tidak perlu siapa pun untuk menggambar diriku dan
membentuk rupaku. Aku bisa terjadi sendiri, dengan kebetulan,” tentu kalian
akan menganggap itu main-main saja. Kalian tahu bahwa garis-garis yang bagus,
warna-warna dan gerakan dalam film kartun itu tidak bisa terbentuk hanya dengan
menumpahkan cat sembarangan di sana-sini, karena menumpahkan tinta dari
botolnya hanya akan menyebabkan kotoran. Kotoran tentu tidak bisa menciptakan
gambar yang bagus yang terbuat dari garis-garis yang bagus pula. Agar gambar
kartun ini bisa dikenali, dan bisa tercipta, yang membuatnya telah
memikirkannya, merencanakannya, lalu menggambarnya.
Untuk memahami semua ini, kalian tidak perlu melihat
seniman dan pelukis gambar Badu itu. Tentu kalian sudah paham bahwa pembuat
gambar Badu itu telah menentukan sifatnya, bentuknya, dan warnanya, serta
bagaimana cara bicaranya, jalannya, atau lompatannya.
Setelah melihat contoh ini, pikirkanlah dengan baik
tentang hal berikut: Orang yang tidak setuju bahwa Allah-lah yang
menciptakannya sebenarnya juga telah berbohong, sama saja seperti Badu yang
kita bicarakan tadi.
Sekarang mari kita misalkan, bahwa orang seperti itu
berkata pada kita. Mari kita lihat cara orang ini mencoba menerangkan bagaimana
dia dan semua manusia tercipta.
“Aku, ibu dan ayahku, orang tua mereka, dan
orang tua yang pertama tinggal di bumi di masa lalu muncul secara tak sengaja.
Kejadian tak sengaja (kebetulan) ini menciptakan tubuh, mata, telinga, dan
seluruh bagian tubuh kita.”
Kata-kata orang ini,
yang mengingkari Allah yang telah menciptakannya, sama saja dengan kata-kata
Badu tadi. Satu-satunya perbedaannya adalah, Badu tercipta dari garis-garis dan
cat di selembar kertas. Orang tadi, sebaliknya, adalah manusia yang tubunya
terdiri dari daging dan tulang. Tetapi, adakah bedanya? Bukankah orang tersebut
adalah makhluk yang tubuhnya lebih rumit dan lebih sempurna dari tokoh kartun
Badu tadi? Bukankah tubuhnya terdiri dari jantung, hati, darah, dan banyak
lagi? Dengan kata lain, jika Badu mustahil terjadi secara tak sengaja, maka
tentu akan lebih mustahil lagi jika manusia tersebut tercipta secara tak
sengaja. Sekarang, ayo kita tanya orang tersebut:
”Kamu punya tubuh yang bagus yang tidak ada cacat dan
celanya. Tanganmu bisa memegang benda-benda dengan sangat baik, bahkan lebih
baik daripada mesin yang canggih. Kamu bisa berlari dengan kakimu. Kamu punya
pandangan mata yang sempurna, lebih tajam daripada kamera yang kualitasnya
tertinggi. Kamu tidak pernah mendengarkan suara-suara yang tidak kamu inginkan.
Tidak ada radio atau tape yang bisa menghasilkan suara sejernih itu. Banyak
bagian-bagian tubuhmu yang tidak kamu sadari bekerja bersama-sama agar kamu
tetap hidup. Misalnya, meskipun kamu tidak bisa mengendalikan apa-apa agar
jantung, ginjal, atau hatimu tetap bekerja, semua itu tetap saja bekerja tanpa
cacat dan cela. Sekarang, ratusan ilmuwan dan insinyur bekerja tanpa kenal
lelah untuk merancang mesin-mesin yang mirip dengan alat-alat tubuh ini. Namun,
usaha mereka tidak menghasilkan apa pun. Inilah buktinya, kamu adalah makhluk
yang sempurna, yang tidak bisa ditiru oleh manusia. Bagaimana kamu menjelaskan
ini?”
Orang yang
mengingkari bahwa Allah-lah yang menciptakan segalanya mungkin akan berkata:
"Aku juga tahu
bahwa kita punya tubuh yang tidak bercela dan alat-alat tubuh yang sempurna.
Tetapi aku yakin bahwa: atom-atom yang tidak hidup dan tidak sadar muncul
sekaligus tanpa sengaja untuk membentuk alat-alat tubuh dan tubuh kita."
Kalian tentu bisa melihat bahwa kata-katanya ini tidak
masuk akal dan aneh. Berapa pun umurnya dan apa pun pekerjaannya, orang yang
menyebutkan hal seperti ini tentu tidak mampu berpikir dengan jernih dan
mempunyai pemikiran yang keliru. Dan yang mengejutkan, kita sering sekali
menemukan orang yang yakin dengan hal yang tak masuk akal ini.
Karena mesin yang
paling sederhana pun pasti ada yang membuatnya, makhluk yang rumit seperti
manusia tentu tidak bisa terjadi dengan tak sengaja. Tidak diragukan lagi,
Allah-lah yang menciptakan manusia pertama. Allah juga yang menciptakan
alat-alat tubuh manusia pertama itu sehingga bisa berkembang biak dan sehingga
muncullah keturunan-keturunan berikutnya. Allah memastikan bahwa umat manusia
akan terus berkembang biak dengan program yang dimasukkannya dalam sel-sel
manusia itu. Kita juga terjadi berkat program yang diciptakan oleh Allah ini,
dan terus tumbuh sesuai dengan program itu. Yang akan kalian baca mengenai
masalah ini di halaman-halaman berikutnya akan membuat kalian bisa mencapai
pemahaman yang lebih baik tentang kenyataan bahwa Allah, Pencipta kita,
memiliki kekuasaan dan kearifan yang tak terbatas.
Program Sempurna dalam Tubuh Manusia
Dalam halaman sebelumnya, kita menyebutkan program
sempurna yang dimasukkan oleh Allah ke dalam tubuh manusia. Berkat program ini,
setiap manusia mempunyai mata, telinga, tangan, dan kaki. Juga berkat program
ini, meskipun ada perbedaan dalam bentuknya, semua manusia terlihat sangat
mirip. Kita mirip dengan kerabat kita, dan beberapa orang mempunyai sifat yang
khas karena program ini. Misalnya, orang Cina dan Jepang umumnya mirip satu
sama lain, orang Afrika punya warna kulit, bentuk muka, dan bentuk mulut serta
mata yang khas.
Sekarang, mari kita pelajari program seperti apakah itu,
melalui contoh berikut ini:
Kalian terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana
komputer bekerja. Seorang ahli merancang komputer tersebut. Para ahli di
pabrik-pabrik khusus dengan bantuan teknologi maju juga menciptakan
komponen-komponen tambahan seperti mikroprosesor, monitor, keyboard, CD,
pengeras suara, dan seterusnya. Sekarang, kalian mempunyai sebuah mesin yang
bisa memproses kerja yang sangat rumit. Kalian bisa bermain game atau
menulis apa pun yang kalian inginkan. Namun agar semua ini terjadi, kalian
membutuhkan alat yang disebut ”program”. Tanpa program ini, yang khusus
dipersiapkan oleh para ahli, komputer kalian tidak akan bisa bekerja.
Selanjutnya, kita
tahu bahwa tidak semua program cocok dengan semua tipe komputer. Ini berarti, programmer
(orang yang menciptakan program itu) harus mengetahui komputer tersebut
maupun software (yaitu alat tempat program itu ditempatkan) yang cocok
dengannya. Seperti yang telah kita lihat, kita membutuhkan sebuah mesin dan
program yang cocok untuk menjalankan komputer. Tetapi yang lebih penting, jika
tidak ada yang merancang dan menciptakan semua itu, komputer kalian pastilah
tidak akan bisa bekerja.
Tubuh manusia mirip dengan komputer. Seperti telah kita
katakan tadi, ada suatu program dalam sel kita yang membuat kita ada. Sekarang
pertanyaannya, bagaimana kejadiannya sehingga program ini bisa ada? Jawabannya
pasti:
Allah, Yang Maha Perkasa, secara khusus telah
menciptakan semua manusia. Allah-lah Yang menciptakan tubuh kita serta program
yang membentuknya.
Tetapi jangan salah. Jika kita pikirkan dengan cara
lain, sangat mustahil membandingkan tubuh manusia dengan sebuah komputer. Tubuh
kita jauh lebih hebat daripada komputer yang paling rumit sekalipun. Otak kita
saja, misalnya, jauh lebih rumit daripada komputer.
Sekarang mari kita lihat bagaimana seorang bayi terlahir
ke dunia.
Mula-mula, ada suatu bagian yang sangat kecil dalam
rahim ibu. Kemudian dari hari ke hari bagian yang sangat kecil ini tumbuh dan
mulai terbentuk.
Tinggi tubuh kalian, warna mata kalian, bulu mata kalian,
bentuk tangan-tangan kalian, dan ratusan ciri-ciri kalian semuanya ditentukan
sejak awal dari kejadian paling pertama keberadaan kalian. Semua informasi ini
tersimpan dalam program awal yang ditempatkan Allah dalam sel-sel. Program ini
begitu sempurna dan terperinci sehingga para ilmuwan baru saja mulai bisa
memahami bagaimana semua itu bekerja.
Sesuai dengan program yang ditempatkan Allah di dalam
tubuh kita, kita mulai tumbuh perlahan. Itulah sebabnya pertumbuhan tubuh kita
tidak terlihat aneh. Perlu waktu lama untuk tumbuh. Kita pasti akan terkejut
jika program ini bekerja dengan cepat. Mata bayi yang baru lahir, yang
tiba-tiba menjadi mata orang tua pastilah akan sangat mengejutkan.
Bagaimana
Bentuk Kehidupan Lainnya Terjadi?
Manusia tentu bukan
satu-satunya makhluk yang ada di bumi. Ada
ribuan makhluk hidup lainnya, yang di antaranya kalian ketahui dan banyak yang
tidak kalian ketahui. Beberapa di antara makhluk itu ada di sekitar kalian,
kalian melihatnya di mana-mana. Akan tetapi, ada pula yang begitu jauh sehingga
kalian hanya bisa melihatnya dalam buku-buku atau film. Tetapi, jika kalian
melihat lebih dekat semua makhluk ini, kalian akan melihat bahwa semuanya punya
satu ciri umum. Bisakah kalian tebak ciri apakah itu? Kita bisa menyebutnya
“kecocokan”. Sekarang, mari kita sebutkan cocok dengan apakah suatu makhluk
hidup. Mereka cocok dengan:
-
Lingkungan
tempat mereka tinggal,
-
Makhluk
hidup lain yang hidup bersama-sama dengan mereka
-
Unsur-unsur
yang mempertahankan sifat mereka
-
Hal-hal
yang memberikan manfaat bagi manusia
Sebelum membahas
semua ini, mari kita gunakan contoh sederhana untuk memperjelas maksud
“kecocokan”. Pikirkanlah tentang stop kontak dan steker (colokan kabel listrik)
di rumah kalian. Keduanya saling cocok sama lain. Tetapi, kenapa kalian bisa
menyebutkannya saling cocok satu sama lain? Karena ada dua lubang di stop
kontak agar ujung colokan kabel tersebut bisa masuk. Sudah cukup? Lebar dua
ujung colokan logam harus sama dengan lebar dua lubang pada stop kontak. Jika
tidak begitu, colokan tidak akan pernah klop dengan stop kontak. Jarak antara
ujung colokan dengan jarak antara dua lubang stop kontak juga sama. Jika tidak
sama, colokan tidak akan pernah masuk ke dalam stop kontak.
Namun, ciri-ciri ini
saja tidak cukup untuk membuat colokan cocok dengan stop kontak. Jika colokan
itu sangat panjang, maka kembali lagi tidak ada kecocokan. Jika lubang-lubang
colokan tidak terbuat dari logam, listrik tidak akan mengalir ke dalam stop
kontak. Jika colokan tidak terbuat dari plastik, maka ketika kalian
memegangnya, kalian akan terkena strum listrik. Jadi, kurangnya kecocokan dalam
alat-alat yang paling sederhana sekalipun menyebabkan alat itu tidak bisa
bekerja. Ini berarti bahwa begitu pulalah halnya dengan orang yang menciptakan
colokan dan stop kontak itu. Dan dia menciptakannya saling cocok satu sama
lain. Dia membuat keduanya bisa dipakai. Tentu tidak mungkin logam dan plastik
bisa ada karena kebetulan dan keduanya direncanakan secara terpisah dan tidak
sekaligus, karena jika begitu kalian tidak akan pernah menemukan sebuah stop
kontak dan sebuah colokan kabel yang saling cocok satu sama lain.
Kecocokan makhluk hidup jauh lebih rumit dibandingkan
kecocokan stop kontak dengan colokan kabel, karena makhluk hidup terdiri dari
ribuan sistem (sistem di sini berarti: cara kerja tubuh) dan alat tubuh yang
harus ada sekaligus secara selaras dan bekerja sama dengan sempurna. Jika kita
tuliskan sistem-sistem ini kita akan memenuhi sebuah perpustakaan dengan
ratusan buku. Oleh sebab itu, dalam halaman-halaman berikut kita akan membahas
secara singkat ciri-ciri sempurna makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah:
- Makhluk hidup cocok dengan lingkungan tempat mereka hidup
Setiap makhluk hidup, di darat atau di air, cocok
sempurna dengan tempat tinggalnya. Begitulah mereka diciptakan. Berbagai sistem
sempurna memastikan tersedianya zat makanan, perlindungan, dan perkembangbiakan
makhluk hidup. Artinya, setiap makhluk hidup dirancang khusus sesuai dengan
tempat hidupnya.
Alat-alat tubuh dan gaya hidup makhluk hidup cocok
dengan keadaan lingkungannya. Misalnya, burung memiliki sayap yang sempurna
untuk terbang di langit. Ikan-ikan mempunyai insang yang diciptakan khusus
untuk bernafas dalam air. Jika mereka mempunyai paru-paru seperti kita, mereka
akan mati.
- Makhluk hidup cocok dengan makhluk hidup lain yang hidup bersama mereka
Ada beberapa burung dan serangga yang membantu
perkembangbiakan tanaman. Artinya, meskipun mereka tidak menyadarinya, mereka
telah membantu tumbuhnya tanaman. Misalnya, ketika terbang dari bunga satu ke
bunga lainnya, kumbang-kumbang membawa serbuk sari yang menempel. Berkat proses
ini, tanaman mampu berkembang biak. Dalam beberapa hal, hewan-hewan melakukan
tindakan yang bermanfaat bagi hewan lain. Ikan pembersih, misalnya, membersihkan
hewan-hewan yang sangat kecil dari kulit ikan besar sehingga menyebabkan hidup
mereka menjadi sehat. Inilah bentuk lain kecocokan.
- Makhluk hidup cocok dengan unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan
alam
Tidak ada makhluk
hidup, selain manusia, yang mengganggu keseimbangan alam. Bahkan, mereka
tercipta dengan sifat-sifat yang mempertahankan keseimbangan itu. Namun,
keseimbangan bumi selalu terancam oleh tindakan bodoh manusia. Misalnya, jika
manusia menyakiti seekor hewan tanpa kenal ampun, hewan itu akan punah.
Punahnya hewan itu menyebabkan jumlah mangsanya meningkat terlalu banyak, yang
kelak akan membahayakan hidup manusia dan alam itu sendiri. Jadi, ada suatu
keseimbangan alami dalam penciptaan makhluk hidup. Mereka sepenuhnya cocok dengan
keseimbangan alam, tetapi kecuali untuk manusia, mereka bisa menyebabkan
kehancuran keseimbangan yang sudah tepat itu.
- Makhluk hidup cocok dengan hal-hal yang bermanfaat bagi manusia
Misalnya, pikirkanlah
tentang banyaknya manfaat madu untukmu. Bagaimana kumbang-kumbang mengetahui
bahwa kalian memerlukan jenis makanan seperti itu, dan bagaimana mereka
menghasilkannya? Bisakah seekor ayam, sapi, atau biri-biri mengetahui kebutuhan
makanan manusia dan menghasilkan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tersebut?
Tentu tidak.
Keselarasan yang
menakjubkan antarmakhluk hidup ini merupakan bukti nyata bahwa satu Pencipta
telah menciptakan mereka. Ini berkat penciptaaan sempurna oleh Allah, sehingga
keseimbangan tercipta di bumi.
Penciptaan Alam Semesta
Sejauh ini kita telah menjelaskan penciptaaan makhluk
hidup oleh Allah. Sekarang, waktunya kita meneliti alam semesta secara umum.
Allah juga telah menciptakan alam semesta tempat kalian, bumi, matahari, tata
surya, planet, bintang, galaksi, dan segalanya berada.
Sekalipun demikian,
seperti halnya orang-orang yang menentang kenyataan penciptaan makhluk hidup,
ada pula orang yang mengingkari kenyataan bahwa alam semesta itu telah
diciptakan. Orang-orang seperti ini beranggapan bahwa alam semesta terjadi
dengan tiba-tiba. Bahkan, mereka menganggap bahwa alam selalu ada. Namun,
mereka tidak pernah menjelaskan pernyataan yang tidak masuk akal ini.
Pernyataan mereka mirip dengan contoh berikut: Bayangkanlah bahwa kalian suatu
hari berlayar sendirian dan tiba di pinggir pantai suatu pulau. Apa yang kalian
pikirkan jika kalian tiba di suatu kota
yang sangat maju dengan gedung-gedung pencakar langit, yang dikelilingi oleh
taman-taman yang indah dan pepohonan? Kota-kota ini juga penuh dengan bioskop,
restoran, dan rel kereta api. Kalian pastilah berpikir bahwa kota ini telah direncanakan dan dibangun oleh
orang-orang yang cerdas, bukan? Apa yang kalian pikirkan jika seseorang
berkata, “Tidak ada seorang pun yang membangun kota ini. Kota ini sudah ada begitu saja, selalu begitu,
dan suatu ketika di masa lalu kami datang lalu menempatinya. Di sini, kami
memperoleh semua yang kami perlukan, dan semuanya sudah ada begitu saja?”
Kalian mungkin akan
berpikir dia itu gila, atau kalian juga akan berpikir bahwa ia tidak tahu apa
yang dipikirkannya. Tetapi jangan pernah lupa bahwa alam semesta yang kita
tempati ini justru jauh lebih luas dibandingkan kota itu. Alam semesta ini meliputi
planet-planet, bintang, komet, dan bulan yang tak terhitung jumlahnya dan
berbagai ragam bentuknya. Oleh sebab itu, pernyataan seseorang yang mengatakan
bahwa alam semesta yang sempurna ini tidaklah diciptakan, melainkan telah ada
dari dulu pastilah tidak berdasar. Bukankah demikian?
Setelah membaca
bagian di bawah ini, kalian sendiri pun akan mampu memberikan jawaban terbaik.
Sekarang, mari kita lanjutkan pembahasan tentang alam semesta. Simpanlah
jawaban kalian untuk nanti.
- Segalanya Mulai Terbentuk dalam Suatu Ledakan Besar
Di masa ketika manusia tidak punya teropong bintang
untuk mengamati langit, mereka hanya punya pengetahuan yang sangat sedikit, dan
sangat tidak bisa dipercaya tentang alam semesta yang luas, dan mereka hanya
sedikit mengetahuinya. Dengan kemajuan teknologi, manusia pun mempunyai
informasi yang akurat tentang ruang angkasa. Pada pertengahan abad kedua belas,
mereka menemukan sesuatu yang sangat penting. Alam semesta mempunyai tanggal
lahir, yang artinya alam semesta tidak selalu ada dari dulu. Alam semesta,
dengan kata lain bintang-bintang, planet-planet, dan galaksi-galaksi, mulai
terbentuk pada tanggal tertentu. Para ilmuwan menghitung umur alam semesta
adalah sekitar 15 miliar tahun.
Mereka menamakan saat alam semesta terlahir dengan ”Big
Bang”, atau ledakan besar, karena 15 miliar tahun yang lalu, ketika tidak satu
pun ada, segala hal tiba-tiba muncul dengan setelah ada ledakan di satu titik.
Singkatnya, zat dan alam semesta, yang dianggap manusia sudah ada dari dulu,
ternyata mempunyai awal. Di sini, pertanyaan pun muncul, ”Bagaimana mereka
memahami adanya awal tersebut?” Sangat mudah. Zat yang menyebar dan menjauh
dari benda-benda pecahan dari ledakan besar itu masih terus bergerak menjauh.
Coba pikirkan sebentar! Alam semesta terus bertambah luas, bahkan pada saat
ini. Bayangkanlah alam semesta seperti sebuah balon. Jika kita menggambar dua
titik kecil pada balon ini, apa yang terjadi ketika balon itu kalian tiup?
Titik-titik pada balon itu akan menjauh satu sama lain ketika balon itu
membesar dan volumenya meningkat. Seperti pada balon ini, volume alam semesta
pun juga meningkat, dan segala hal di dalamnya menjauh satu sama lain. Dengan
kata lain, jarak antara bintang, galaksi, bintang, dan meteor terus meningkat.
Bayangkan bahwa kalian tengah melihat meluasnya alam
semesta dalam film kartun. Bagaimana jadinya alam semesta jika kita memutar
film itu dari awalnya? Tentu alam semesta itu akan kembali ke satu titik,
bukan? Begitulah yang dilakukan para ilmuwan tadi. Mereka kembali ke awal
Ledakan Besar tersebut dan mengetahui bahwa alam semesata yang terus meluas ini
mula-mulanya adalah satu titik tunggal.
Ledakan ini, yang disebut Big Bang, menjadi titik awal
keberadaan yang telah ditentukan Allah untuk ”alam semesta”. Dengan ledakan
ini, Allah telah menciptakan benda-benda (partikel) yang membentuk alam
semesta, sehingga segala hal pun muncul. Partikel ini menyebar dengan kecepatan
tinggi. Selama kejadian ledakan itu, keadaannya hampir seperti campuran
benda-benda yang terbuat dari partikel-partikel berbeda. Namun saat kekacauan
besar ini mulai berubah menjadi bentuk yang teratur, Allah menciptakan
atom-atom dari partikel-partikel itu, dan akhirnya bintang-bintang pun tercipta
dari atom-atom. Allah telah menciptakan seluruh alam semesta dan segala hal di
dalamnya.
Mari kita ambil contoh untuk memperjelas semua ini:
Pikirkanlah suatu
ruangan yang sangat besar. Bisa dikatakan tidak terbatas. Hanya ada satu
mangkuk yang penuh dengan cat di dalamnya. Selain itu tidak ada. Dalam mangkuk
itu, segala jenis cat bercampur, membentuk warna-warna yang aneh. Bayangkanlah
bahwa suatu bom meledakkan mangkuk ini, sehingga cat-cat di dalamnya menyembur
ke segala tempat dalam bentuk titik-titik yang sangat kecil. Bayangkanlah bahwa
jutaan titik-titik cat ini memuncrat ke segala tempat dalam ruangan ini.
Sementara itu, selama penyemburan titik-titik kecil ini, suatu keanehan mulai
terjadi. Bukan membentuk tumpahan yang berceceran untuk kemudian hilang,
titik-titik itu justru mulai saling berbaur seolah makhluk yang cerdas.
Tumpahan yang awalnya membentuk campuran warna mulai mengatur dirinya menjadi warna-warna
tersendiri. Biru, kuning, merah, dan seluruh tetesan dari kelompok warna yang
sama berkumpul bersama dan mulai bergerak menjauh. Tetapi, hal yang lebih aneh
lagi juga terjadi: Lima
ratus tetesan biru bergabung bersama dan, dalam bentuk tetesan yang lebih
besar, meneruskan perjalanannya. Sementara itu, tiga ratus tetesan merah di
satu sudut dan dua ratus tetesan kuning di sudut lainnya bergabung dan terus
tersebar bersama. Kelompok-kelompok warna terpisah ini bergerak menjauh satu
sama lain dan membentuk gambar yang indah, seolah berbuat menurut perintah
seseorang.
Beberapa tetesan bergabung dan membentuk gambar bintang,
yang lain menjadi gambar matahari, dan lainnya membentuk planet di sekitar
matahari. Kelompok tetesan lain membentuk gambar bumi, sedang lainnya membentuk
bulan. Jika kalian pernah melihat gambar seperti itu, apakah kalian akan
berpikir bahwa ledakan semangkuk cat tadi secara tak sengaja membentuk gambar
ini? Tentu tidak ada yang akan berpikir itu masuk akal.
Seperti yang
diperlihatkan oleh cerita tentang tetesan cat ini, benda-benda muncul bersama
dan membentuk gambar sempurna yang kita lihat ketika memandang langit, atau
dengan kata lain bintang-bintang, matahari, dan planet-planet. Tetapi bisakah
semua ini terjadi dengan sendirinya?
Bagaimana mungkin bintang-bintang di langit, planet,
matahari, bulan, dan bumi terjadi karena atom-atom yang bergabung bersama
secara kebetulan setelah ledakan? Bagaimana dengan ibu, ayah, teman-teman
kalian, atau burung-burung, kucing, pisang, atau stroberi...? Tentu saja, semua
ini sangat mustahil terjadi. Pendapat seperti itu adalah omong kosong, sama
bohongnya dengan pernyataan bahwa sebuah rumah tidaklah dibuat oleh
tukang-tukangnya, melainkan terjadi karena kehendak sendiri ubin dan batu bata,
dan sepenuhnya secara kebetulan. Kita semua tahu bahwa batu bata yang
berhamburan karena ledakan bom tidak akan bisa membentuk sebuah gubuk kecil.
Semua itu akan menjadi batu dan tanah, dan suatu ketika kembali bercampur
dengan bumi.
Tetapi ada suatu hal
yang memerlukan perhatian khusus. Seperti yang kalian ketahui, tetesan cat
adalah benda yang tidak punya akal dan tak bernyawa. Tentu mustahil bahwa
tetesan cat bisa dengan tiba-tiba muncul dan membentuk gambar. Di sini, tentu
saja kita berbicara tentang pembentukan makhluk hidup yang berakal. Tentu
sangat mustahil jika makhluk hidup seperti manusia, tanaman, dan hewan bisa
terjadi dari benda tak hidup sepenuhnya secara tak sengaja.
Untuk memahami hal ini dengan lebih baik, kita harus
merenungkan tubuh kita sendiri: Tubuh kita terdiri atas molekul-molekul (yaitu,
gabungan atom-atom) yang sangat kecil dan tak terlihat oleh mata, seperti
protein, lemak, dan air… Semua ini membentuk sel-sel, dan sel-sel membentuk tubuh
kita. Keteraturan sempurna dalam tubuh kita merupakan hasil dari suatu
rancangan khusus. Allah telah menciptakan mata kita yang melihat, tangan yang
memegang buku ini, dan kaki kita agar kita bisa berjalan. Allah telah
menentukan sebelumnya bagaimana kita akan tumbuh dalam rahim ibu, berapa tinggi
badan kita nanti, dan warna mata kita.
Allah-lah Yang Menciptakan Segalanya
Jika kalian masih
ingat, di awal buku ini kita mencari jawaban yang tepat untuk orang-orang yang
tidak beriman. Sekarang kita mempunyai jawabannya. Keteraturan yang terjadi
setelah ledakan alam semesta itu bahkan jauh lebih sempurna dibandingkan
contoh-contoh yang kita sebutkan (kota
besar atau mangkuk cat). Semua ini tidak mungkin terjadi karena kebetulan.
Sistem yang sempurna ini hanya bisa terjadi dengan
kehendak Allah Yang Maha Perkasa. Allah mampu menciptakan segalanya. Dia hanya
berkata padanya, ”Jadilah!” dan terjadilah sesuatu itu.
Allah telah menciptakan dunia yang indah dalam alam
semesta yang sempurna untuk kita, dan Dia menciptakan hewan-hewan dan tumbuhan
di dalamnya. Dia menciptakan matahari untuk memberikan energi dan menghangatkan
kita. Jarak matahari dari bumi telah diatur dengan tepat sehingga jika lebih
dekat akan sangat panas, tetapi jika lebih jauh kita semua akan membeku.
Ketika para ilmuwan menemukan lebih banyak bukti-bukti
ini, kita pun mengetahui kekuasaan Allah lebih baik. Hal
ini karena benda-benda tidak bisa mengambil keputusan atau pun melaksanakan
keputusan itu. Ini berarti bahwa ada Pencipta yang telah merancang dan
menciptakan alam semesta ini. Materi, yaitu zat dasar bintang-bintang, manusia,
hewan, tanaman, dan segalanya, hidup atau tak hidup, berada di bawah kendali
Allah. Itulah sebabnya segala hal di bumi ini teratur. Karena segalanya
diciptakan oleh Allah, Yang Maha Pencipta dan Pemberi Bentuk.
Allah
Menciptakan Semua Manusia dengan Takdir
Di awal buku ini, kita telah menyebutkan bagaimana Allah
menciptakan Adam AS. Seluruh manusia berasal darinya. Allah telah
menganugerahkan kehidupan bagi manusia di dunia ini untuk menguji mereka, serta
mengutus bagi mereka para rasul untuk menyampaikan tanggung jawab mereka.
Setiap orang diuji di dunia ini dengan kejadian-kejadian
yang mereka alami. Dengan kata lain, kita diuji dengan bagaimana kita
menanggapi kejadian-kejadian yang kita alami, cara kita berbicara, dan
kesabaran kita dalam menghadapi kesukaran: Pendeknya, apakah kita telah
bertindak dengan benar.
Ujian ini akan menentukan nasib kita di akhirat.
Tetapi, ujian di dunia ini mempunyai rahasia yang sangat
penting. Karena kasih dan sayangnya yang besar untuk manusia, Allah menciptakan
takdir. Takdir, yaitu seluruh peristiwa yang dialami seseorang di dunia, telah
ditentukan oleh Allah bahkan sebelum seseorang lahir. Untuk setiap manusia,
Allah menciptakan takdirnya sendiri-sendiri.
Untuk lebih memahami ini, kita bisa menyamakannya dengan
sebuah film yang telah direkam di atas VCD. Baik awal maupun
akhir film ini telah diketahui, tetapi kita hanya bisa mengetahuinya setelah
menonton film itu. Begitu pula halnya dengan takdir. Segala hal yang dilakukan
seseorang di sepanjang hidupnya, seluruh peristiwa yang ia alami, sekolah yang
ia masuki, rumah yang ia diami, dan saat kematiannya semuanya telah ditetapkan.
Seluruh peristiwa
yang terjadi pada seseorang, baik atau buruk, telah ditetapkan dalam
pengetahuan Allah. Setiap orang diuji dalam menjalani ketentuan (atau skenario)
yang telah ditulis khusus untuk mereka ini. Jadi, sesuai dengan skenario,
manusia menjalani serangkaian peristiwa. Keimanannya, tindakannya, juga
tanggapannya atas kejadian ini, menentukan nasibnya di akhirat.
Pengetahuan tentang
takdir adalah sumber kebahagiaan besar manusia. Takdir adalah berkat dari
Allah. Karena itu, manusia tidak perlu menyesali kejadian yang hasilnya telah
ditetapkan sebelumnya atau takut atas kejadian yang tidak baik. Bagi manusia
yang sabar dalam menghadapi ujian ini, sadar bahwa tidak ada yang terjadi tanpa
kehendak Allah, Allah memberi kabar gembira dengan surga. Para
rasul Allah adalah teladan terbaik dalam hal ini. Allah memberikan untuk mereka
ganjaran yang baik, yakni surga, karena iman mereka yang istimewa dan amal
mereka yang benar.
ALLAH
MENGUTUS RASUL DAN MENURUNKAN KITAB SUCI
Dalam bab-bab awal,
kita telah melihat contoh dan bukti yang membantu kita merenungkan dan memahami
kekuasaan dan kebesaran Allah. Mengapa Allah menganugerahi kita dengan
kemampuan berpikir dan mencari sebab sesuatu? Agar kita mengenal-Nya. Allah
juga menurunkan untuk kita kitab suci untuk memperkenalkan diri-Nya. Dia
menyampaikan apa yang dikehendaki-Nya dalam kitab suci itu. Allah menugaskan
dan mengutus orang-orang yang menjadi contoh untuk manusia dengan amal
perbuatan yang terpuji. Melalui para utusan ini, pesan sesungguhnya dan wahyu
dari Allah menjadi petunjuk untuk umat manusia.
Sulit mengetahui
dengan pasti berapa banyak rasul yang diutus oleh Allah, meskipun ada hadits
yang menyebutkan bahwa, misalnya, ada 313 orang rasul, sedangkan nabi jumlahnya
lebih besar lagi sepanjang sejarah. Kita hanya tahu nama-nama nabi yang
disebutkan di dalam Al Qur’an, wahyu terakhir yang diturunkan oleh Allah. Allah
memberikan pengetahuan untuk kita tentang kehidupan para nabi agar kita bisa
memahami amal perbuatan mereka. Melalui para rasul yang diutus-Nya, Allah
menyampaikan kepada kita jalan hidup yang benar dan bagaimana bersikap dengan
baik di dunia ini. Hanya melalui wahyu Allah itulah, kita bisa mengetahui
bagaimana kita bersikap, dan perbuatan apakah yang lebih baik dan lebih sesuai
dengan nilai-nilai Al Qur'an. Hanya melalui wahyunya itulah kita bisa
mengetahui perbuatan yang diridhai oleh Allah dan diganjar dengan pahala tak
terbatas, maupun perbuatan yang menyebabkan hukuman dari-Nya.
Di dalam Al Qur'an,
Allah memberi tahu kita bahwa sepanjang sejarah Dia mengutus rasul-rasulnya
kepada seluruh umat, dan para rasul itu memberi mereka peringatan. Para rasul ini mengajak umatnya untuk menyembah Allah,
untuk berdoa kepada-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Dia juga menjelaskan
kepada mereka bahwa jika tidak begitu, mereka akan dihukum. Singkatnya, mereka
memperingatkan orang-orang tak beriman bahwa mereka akan diberi balasan. (Surga
dan Neraka akan dibahas dengan lebih terperinci dalam bagian berikut.)
Wahyu-wahyu Allah
sebelum Al Qur'an sudah tidak asli lagi, karena orang-orang bodoh dan
orang-orang yang berperilaku tercela mengubahnya dengan kata-kata mereka
sendiri dan bagian tambahan dari mereka. Oleh sebab itu, kitab aslinya, wahyu
sebenarnya yang mula-mula disampaikan kepada para rasul, sudah tidak ada lagi
saat ini. Akan tetapi, Allah telah menurunkan kepada kita Al Qur'an, kitab yang
mustahil bisa diubah-ubah.
Nabi Muhammad SAW, dan orang-orang Islam yang hidup
setelahnya menjaga Al Qur'an dengan sangat baik. Al Qur'an begitu jelas
sehingga semua orang bisa memahaminya. Ketika kita membaca Al Qur'an, kita bisa
segera memahami bahwa ini adalah perkataan Allah. Al Qur'an, yang sepenuhnya
tetap terjaga keasliannya, berada dalam perlindungan Allah dan merupakan
satu-satunya kitab wahyu yang akan dipertanggungjawabkan oleh manusia pada Hari
Pembalasan.
Saat ini, seluruh
umat Islam, di mana pun mereka berada, membaca Al Qur'an yang sama. Tidak ada
satu perbedaan pun yang ditemui dalam satu kata atau hurufnya sekalipun. Al
Qur'an yang diwahyukan pada Rasulullah SAW, dan dibukukan oleh Kalifah Abu
Bakar RA dan kemudian dituliskan oleh Kalifah Usman RA yang hidup 1.400 tahun
yang lalu, dan Al Qur'an yang kita baca sekarang adalah sama. Ada hubungan erat antara semuanya itu.
Artinya, mulai semenjak Al Qur'an diwahyukan pada Nabi Muhammad SAW, Al Qur'an
tetap terjaga seluruhnya. Ini karena Allah melindungi Al Qur'an dari
orang-orang jahat yang berniat mengubahnya atau menambahkan bagian-bagian
tertentu ke dalamnya. Dalam satu ayat, Allah memberi tahu kita bahwa Allah
secara langsung menjaga Al Qur'an.
“Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan
Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS Al-Hijr: 9)
Kata ”Kami” dalam ayat ini berarti Allah sendiri. Tidak
ada Tuhan selain Allah, dan Allah tidak punya sekutu. Dialah Allah Yang Maha
Perkasa, Pencipta segalanya dan Zat Yang meliputi segala sesuatu dalam
pengetahuan-Nya.
Dalam beberapa bagian Al Qur'an, Allah menyebut diri-Nya
dengan kata ”Aku”, dan dalam beberapa bagian lain dengan kata ”Kami”. Dalam
bahasa Arab, yaitu bahasa Al Qur'an, kata ”Kami” juga digunakan untuk
menyebutkan satu orang dengan tujuan menambahkan kesan berkuasa dan rasa hormat
pendengarnya. Dalam Bahasa Indonesia, kita pun kadang-kadang menyebutkan ”kami”
meskipun yang kita maksud adalah ”saya” untuk lebih terkesan sopan. Dalam
bagian-bagian berikut dalam buku ini, kalian akan melihat contoh ayat-ayat
(dari Al Qur'an) dan surat (bab-bab Al Qur'an). Semuanya adalah kata-kata yang
paling benar karena merupakan kata-kata Allah, Yang mengetahui diri kita lebih
baik, bahkan dibandingkan diri kita sendiri.
Dalam Al Qur'an, Allah
menginginkan agar kita belajar dari kehidupan para nabi. Salah satu ayat itu
berbunyi:
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal….(QS Yusuf:111)
Orang yang dimaksud
Allah dalam ayat ini adalah orang yang mengetahui bahwa Al Qur'an adalah
perkataan Allah, sehingga mereka berpikir, menggunakan akalnya, dan berusaha
keras untuk mempelajari Al Qur'an dan hidup menurut petunjuknya.
Jika Allah mengutus
rasul kepada suatu umat, maka umat itu bertanggung jawab untuk melaksanakan
perintah-Nya. Setelah menerima wahyu Allah, umat tersebut tidak bisa lagi
memberi alasan pada Hari Pembalasan. Ini karena para rasul Allah telah
menyampaikan kepada umat mereka pengetahuan tentang adanya Allah dan apa yang
dikehendaki oleh Allah dari mereka. Jika seseorang telah mendengarkan petunjuk
ini, dia pun bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Hal ini disebutkan di
dalam Al Qur'an sebagai berikut:
(Mereka kami utus) selaku rasul-rasul
pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada lagi alasan bagi
manusia sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan Allah adalah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS An-Nisaa’:165)
Allah telah
menciptakan banyak bangsa di dunia ini. Beberapa di antara bangsa-bangsa, atau
umat ini, menolak apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka dan bahkan
mengingkari bahwa mereka itu adalah para rasul. Karena umatnya tidak
mendengarkan perkataan para rasul itu, dan tidak menjalankan perintah Allah,
mereka pun dihukum. Melalui rasul-Nya, Allah juga memperingatkan orang-orang
yang membangkang dengan kehidupan yang sulit di dunia. Meskipun demikian,
mereka terus saja menentang para rasul dan memfitnah para rasul itu. Bahkan,
mereka begitu kejam, dan pernah pula membunuh para rasul itu. Oleh sebab ini,
Allah memberi mereka hukuman yang layak mereka terima, dan di waktu berikutnya,
umat yang baru menggantikan mereka. Dalam Al Qur'an, keadaan umat seperti ini
diceritakan sebagai berikut:
Apakah
mereka tidak memperhatikan betapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah kami kuatkan kedudukan
mereka di muka bumi? Kami
curahkan hujan yang lebat atas mereka dan kami jadikan sungai-sungai mengalir
dibawah mereka. Kemudian kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri dan
kami ciptakan setelah mereka generasi yang lain. (QS
Al-An’am:6)
Dalam bab-bab berikutnya, kita akan membahas
contoh-contoh teladan dari para rasul yang berjuang melawan umat yang
membangkang.
Manusia
dan Nabi Pertama: Adam
Tentu kalian masih
ingat, sewaktu kita berbicara tentang penciptaan manusia, kita menyebutkan
bahwa manusia pertama di bumi adalah Adam AS. Adam adalah juga nabi pertama.
Maksudnya, Allah mengutus seorang rasul kepada umat yang paling pertama yang
Dia ciptakan di bumi, mengajari mereka dengan din (agama) dan bagaimana
menjadi hamba-hamba Allah.
Allah mengajarkan kepada Adam cara berbicara dan
nama-nama segala sesuatu. Hal ini dikisahkan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Dia mengajari Adam seluruh nama-nama (benda-benda). (QS Al-Baqarah:31)
Tentu, ini sangat penting. Di antara semua makhluk
hidup, hanya manusia yang punya kemampuan berbicara. Berbicara adalah sifat
yang khas pada manusia. Berkat kemampuan yang diberikan oleh Allah kepada Adam
ini, manusia pun bisa mengetahui benda-benda di sekitarnya dan menamai
benda-benda itu.
Generasi-generasi setelah Adam juga bisa berbicara,
punya perasaan, merasa sedih atau gembira, mengenakan pakaian, menggunakan
alat-alat dan perkakas serta punya bakat musik dan seni. Alat-alat musik
seperti seruling, lukisan dinding, dan benda-bensa lainnya yang ditemukan oleh
para ilmuwan di sisa-sisa peninggalan manusia purba membuktikan bahwa mereka
pun manusia seperti kita. Dengan kata lain, bertolak belakang dengan pernyataan
beberapa orang yang menyebutkan bahwa manusia pertama adalah makhluk liar,
yaitu manusia setengah kera.
Kalian tentu tahu
bahwa kera atau pun hewan lainnya tidak bisa berbicara, berpikir, dan berbuat
seperti manusia. Allah memberikan seluruh kemampuan ini hanya untuk manusia.
(Untuk informasi lebih lanjut tentang hal ini kalian bisa membaca buku Keajaiban
Penciptaan Allah karya Harun Yahya.)
Namun ada orang yang
tidak mau menerima kenyataan bahwa manusia pertama adalah Adam dan menyatakan
pendapat mereka sendiri: Mereka keliru membayangkan manusia pertama. Menurut
khayalan mereka, manusia dan kera berasal dari makhluk yang sama, artinya,
nenek moyang mereka sama, dan kemudian berkembang sehingga menjadi bentuk
seperti sekarang ini. Jika kalian bertanya bagaimana hal yang aneh ini terjadi,
mereka hanya memberikan jawaban sederhana: “Semuanya terjadi secara kebetulan.”
Ketika kalian bertanya apakah ada bukti untuk pernyataan tersebut, mereka tidak
bisa memberikannya. Kesimpulannya, tidak ada satu pun sisa-sisa peninggalan
masa lalu yang membuktikan bahwa manusia berasal (atau berevolusi) dari makhluk
lain.
Mungkin kalian
bertanya-tanya, “Apakah sisa-sisa peninggalan masa lalu itu?” Jawaban
singkatnya adalah: Bekas-bekas makhluk hidup yang telah mati. Bekas-bekas (yang
kita sebut sebagai fosil) itu tetap ada selama jutaan tahun dan tak berubah.
Akan tetapi, agar bisa terjadi, makhluk hidup tersebut haruslah berada dalam
lingkungan tanpa oksigen. Misalnya, jika seekor burung di tanah tiba-tiba
terperangkap dalam timbunan pasir jutaan tahun yang lalu, sisa-sisa tubuh
burung itu akan tetap ada saat ini. Fosil juga bisa terjadi karena zat yang
berasal dari pohon, yang disebut resin. Kadang-kadang zat seperti madu ini
memerangkap seekor serangga sehingga menjadi benda keras yang disebut amber,
yang mengawetkan serangga mati itu hingga jutaan tahun. Inilah cara kita
mendapatkan informasi tentang makhluk hidup dari zaman purba. Bekas-bekas
inilah yang disebut “fosil” itu.
Orang yang
berpendapat bahwa manusia pertama terjadi dari makhluk seperti kera tidak bisa
menunjukkan fosil apa pun yang membuktikan pendapat tersebut. Dengan kata lain,
tak seorang pun pernah menemukan sebuah fosil makhluk hidup yang aneh itu,
yaitu manusia setengah kera. Tetapi orang-orang ini membuat sendiri fosil-fosil
palsu, gambar-gambar, dan foto yang bisa menutupi kepalsuan ini, dan bahkan
mencantumkannya dalam buku-buku pelajaran sekolah.
Semua penipuan ini lambat-laun terungkap satu demi satu
dan disampaikan kepada kita sebagai kebohongan ilmiah. Karena orang-orang
seperti ini tidak punya kearifan dan keras kepala, hampir mustahil mereka mau
mengakui adanya Allah dan mengakui bahwa Dia-lah yang menciptakan segalanya.
Meskipun jumlah orang seperti itu terus berkurang, masih ada yang berusaha
keras mengajarkan pendapat yang keliru ini melalui majalah, buku, koran, dan
juga di sekolah. Agar orang percaya pada pandangan keliru ini, mereka berpegang
pada pendapat mereka dan menyebutkan bahwa mereka punya data-data ilmiah.
Padahal, segala penelitian yang dilakukan dan bukti yang diberikan oleh para
ilmuwan cerdas membuktikan bahwa kera tidaklah berevolusi menjadi manusia.
Adam, manusia pertama yang diciptakan khusus oleh Allah,
dalam segala hal sama dengan manusia saat ini. Dia tidak punya perbedaan.
Inilah kenyataan yang disampaikan oleh Allah kepada kita di dalam Al Qur'an.
Masih ada hal lain yang sangat penting yang disampaikan oleh Allah tentang
Adam: Kisah tentang Adam dan setan, musuh umat manusia.
Musuh Terbesar Manusia: Setan
Kalian mungkin telah mengenal setan, tetapi apakah
kalian tahu bahwa setan itu juga mengenal kalian dengan sangat baik dan
menggunakan segala cara untuk menggoda kalian? Apakah kalian tahu bahwa tujuan
setan yang sebenarnya (setan berpura-pura menjadi teman kalian) adalah untuk
menipu kalian? Mari kita mulai dari awal dan ingatlah mengapa setan adalah
musuh kita. Untuk ini, kita akan mulai dengan kisah tentang Adam dan setan di
dalam Al Qur'an.
Dalam Al Qur'an,
hingga Hari Pembalasan nanti, setan adalah nama umum untuk seluruh makhluk yang
berusaha keras menyesatkan manusia. Iblis adalah setan pertama yang membangkang
kepada Allah ketika Dia menciptakan Adam.
Menurut kisah Al
Qur'an, Allah menciptakan Adam dan kemudian memanggil para malaikat untuk
bersujud kepadanya. Malaikat patuh pada perintah Allah, tetapi Iblis menolak
sujud kepada Adam. Dia dengan sombong berkata bahwa dia lebih mulia daripada
manusia. Karena ketidakpatuhan dan pembangkangannya, dia diusir oleh Allah dari
sisi-Nya.
Sebelum pergi dari
hadapan Allah, Iblis meminta waktu kepada Allah untuk menyesatkan manusia.
Tujuan Iblis adalah menggoda manusia sehingga bisa menjauhkan mereka dari jalan
yang benar selama waktu yang diberikan untuknya. Iblis akan melakukan segalanya
untuk membuat sebagian besar manusia patuh kepada dirinya. Allah menyatakan
bahwa Dia akan memasukkan setan dan pengikutnya ke dalam neraka. Hal ini
dikisahkan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan
kalian (Adam). Lalu kami bentuk tubuhmu , kemudian kami berkata kepada
malaikat, ”Bersujudlah kalian kepada Adam,” maka mereka pun bersujud, kecuali
Iblis. Dia tidak termasuk yang bersujud.
Allah berfirman, ”Apakah yang
menghalangi kamu bersujud (kepada Adam) saat aku menyuruhmu?” Iblis menjawab,
”Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau
ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman, ”Turunlah kamu dari
surga itu, karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka
keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang yang hina”.
Iblis menjawab, ”Beri tangguhlah aku
sampai waktu mereka dibangkitkan.”
Allah berfirman, ”Sesungguhnya kamu termasuk orang yang diberi tangguh.”
Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku
benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus.”
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari
kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan melihat kebanyakan mereka
bersyukur (taat).
Allah berfirman, ”Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi
terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar
akan Kuisi neraka jahanam dengan kalian semuanya.” (QS Al-A’raaf:11-18)
Setelah diusir dari sisi Allah, setan pun mulai berjuang
terus hingga Hari Pembalasan. Karena itulah, dia memperdaya manusia, berusaha
menyesatkan mereka, dan menggunakan cara-cara yang jitu untuk mendapatkan
tujuannya. Seperti telah kalian pahami sekarang, setan adalah musuh yang bisa
mendekati manusia dengan sangat licik. Karena itu, kalian harus selalu waspada
untuk menghindarinya.
Jangan pernah lupa bahwa setan itu berdusta dalam
perangkapnya saat ini untuk melawan kalian. Dia berusaha menghentikan kalian
membaca buku ini dan memikirkan apa yang sedang kalian baca. Dia mencoba
menghalangi kalian dari melakukan perbuatan baik, dan menjadikan kalian tidak
patuh dan hormat kepada orang tua kalian, dan menghalangi kalian dari bersyukur
kepada Allah, sholat dan selalu mengatakan kebenaran. Jangan pernah kalian
biarkan setan menipumu dan menghalangi kalian untuk menjadi orang yang bersifat
terpuji dan mendengarkan suara hati nurani kalian.
Kalian harus
berlindung kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya ketika bisikan setan
menimpa kalian atau ketika kalian merasa tidak mampu melakukan amal saleh,
karena semua ini merupakan tipu muslihat setan. Jangan pernah lupa bahwa setan
tidak berdaya melawan orang-orang beriman.
Nabi Nuh AS
Dan sessungguhnya Kami telah mengutus
Nuh kepada kaumnya, (dia berkata), ”Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan
yang nyata bagi kalian, agar kalian tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya
Aku khawatir kalian akan ditimpa azab pada hari yang sangat menyedihkan.” (QS
Hud: 25-26)
Meski Nuh telah memperingatkan, hanya beberapa orang
yang percaya kepada Nuh. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nuh membangun
sebuah bahtera besar. Allah memberitahu Nuh bahwa orang-orang beriman akan
diselamatkan di dalam bahtera itu.
Dibangunnya bahtera
oleh Nuh, meskipun tidak ada laut di tempat itu, membuat orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah merasa heran. Oleh karena itu, mereka menertawakan Nuh. Orang-orang
yang tidak beriman tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada mereka,
sedangkan Allah mengetahuinya. Ketika bahtera tersebut telah dibangun, hujan
lebat pun turun selama berhari-hari dan air pun membanjiri tanah itu,
menenggelamkan segalanya. Bencana besar ini juga telah dibuktikan oleh para
ilmuwan. Di Timur Tengah, banyak bukti terungkap yang menunjukkan bahwa
gunung-gunung yang ada sekarang pernah tertutup oleh air.
Di televisi, kamu
mungkin pernah melihat banyaknya bencana banjir di berbagai tempat di dunia.
Dalam menghadapi bencana seperti itu, orang-orang pada umumnya naik ke atas
atap untuk mencari pertolongan. Dalam keadaan ini, hanya helikopter atau
bahteralah yang bisa menyelamatkan mereka. Namun, pada masa Nabi Nuh AS, hanya
Allah yang mampu menyelamatkan mereka. Bencana ini, yang disebut dengan “Banjir
Nuh”, sebenarnya merupakan siksa yang khusus ditimpakan oleh Allah untuk
menghukum orang-orang yang tidak beriman kepada Nuh. Karena mereka mengharapkan
pertolongan dari selain Allah, tidak seorang pun dari orang-orang ingkar itu
yang naik ke atas Bahtera Nuh. Mereka memang selalu menutup telinganya dari
peringatan Allah. Mereka tidak pernah percaya kepada Allah, mereka hanya
percaya kepada makhluk Allah.
Kecuali atas kehendak Allah, tidak ada yang dapat
melindungi kita. Orang-orang yang mengingkari kenyataan ini pada saat itu,
mendaki gunung-gunung atau berlari ke dataran tinggi, namun cara itu masih
tidak bisa menyelamatkan mereka dari tenggelam.
Sangat sedikit orang
yang beriman kepada Allah dan mempercayai-Nya, yang mengantar mereka menaiki
bahtera bersama Nuh dan selamat. Sesuai perintah Allah, mereka membawa sepasang
dari setiap jenis binatang bersama mereka. Hal ini dikisahkan dalam Al Qur'an
sebagai berikut:
Sebelum mereka telah mendustakan (pula) Kaum Nuh. Maka mereka mendustakan
hamba kami (Nuh) dan mengatakan,”Dia orang yang gila dan dia sudah pernah
diberi ancaman.”
Maka Nuh mengadu kepada Tuhannya, “Sesungguhnya aku adalah orang yang
dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku).”
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.
Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku.
Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai pelajaran, maka adakah orang
yang mau mengambil pelajaran?
Alangkah dasyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. (QS Al-Qamar:
9-16)
All the prophets who
were sent to their individual communities communicated basically the same
teaching and summoned their people to worship Allah and to obey the prophets.
In return for their services, they asked for no wages since those people sent
by Allah to communicate His Words do not do so. They render their services only
because they love Allah and fear Him. Meanwhile, they face many difficulties:
Their people slander them and subject them to cruel treatment. Furthermore,
some peoples plotted to kill the prophets sent to them, and some even dared to
do so. Yet because the prophets feared only Allah and no one else, no hardship
daunted them. They never forgot that Allah would reward them bountifully both
in this world and beyond.
Semua nabi yang
diutus kepada masyarakat tertentu pada dasarnya menyampaikan ajaran yang sama
dan mengajak umat mereka untuk menyembah Allah dan menghormati para nabi. Atas
peringatan yang mereka sampaikan, para nabi itu tidak mengharapkan upah. Semua
nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan wahyu-Nya tidak pernah melakukan
hal itu. Mereka beribadah karena mereka mencintai Allah dan takut kepada-Nya.
Padahal, mereka menghadapi banyak kesulitan: Umat mereka memfitnah mereka dan
memperlakukan mereka dengan kejam. Bahkan, ada yang berencana membunuh para
nabi yang diutus pada mereka, dan bahkan ada pula yang berani membunuh mereka.
Akan tetapi, karena para nabi hanya takut kepada Allah, dan tidak takut pada
yang lain, tidak ada kekerasan yang membuat mereka gentar. Mereka tidak pernah
lupa bahwa Allah akan memberi mereka pahala yang berlimpah di dunia maupun di
akhirat.
Nabi
Ibrahim AS
Dalam bagian ini, kita akan membahas berbagai sifat nabi
yang Allah firmankan untuk kita perhatikan di dalam Al Qur'an.
Ketika malam telah menjadi gelap, dia
(Ibrahim) melihat sebuah bintang, (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, ”Saya tidak suka yang tenggelam.”
Kemudian tatkala dia melihat bulan
terbit, dia pun berkata, ”Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah itu bulan itu terbenam.
Ibrahim bertkata, ”Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”
Kemudian tatkala dia melihat matahari
terbit dia pun berkata, ”Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Namun tatkala
matahari itu telah terbenam, Ibrahim berkata, ”Hai kaumku, sesungguhnya aku
melepaskan diriku dari apa yang kalian persekutukan!”
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, cenderung kepada agama yang
benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS
Al-An’aam: 76-79)
Dan bacakanlah kepada mereka kisah
Ibrahim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, ”Apakah yang kalian
sembah?”
Mereka menjawab, ”Kami menyembah
berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.”
Berkata Ibrahim, ”Apakah berhala-berhala itu mendengar (doamu) sewaktu
kalian berdoa kepadanya?”
”Atau dapatkah mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudarat?”
Mereka menjawab, ”Bukan karena itu. Sebenarnya kami melihat nenek moyang
kami berbuat demikian.”
Ibrahim berkata, ”Maka apakah kalian memperhatikan apa yang selalu disembah
(oleh) kalian dan nenek moyang kalian dahulu itu?
Sesungguhnya apa yang kalian sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan
semesta Alam,
Yaitu Tuhan yang telah menciptakan aku, maka Dia-lah yang menunjuki aku,
Dan Tuhanku, Yang memberi makan dan minum kepadaku,
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
Dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
Dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.” (QS
Asy-Syu’araa’: 69-82)
Musuh-musuh Ibrahim berusaha membunuhnya ketika Ibrahim
menyeru mereka untuk beriman kepada Allah. Mereka membuat api
unggun yang besar dan melemparkan Ibrahim ke dalamnya. Tetapi Allah melindungi
Ibrahim dan menyelamatkannya dari api. Ini dikisahkan dalam Al Qur'an sebagai
berikut:
Maka tidak ada jawaban kaum Ibrahim,
selain mengatakan, ”Bunuhlah atau bakarlah dia.” Lalu Allah menyelamatkannya
dari api. Sesungguhnya pada kejadian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang beriman. (QS
Al-‘Ankabuut: 24)
Kami berfirman, “Hai api, dinginlah, dan
selamatkanlah Ibrahim!” (QS Al-Anbiya: 69)
Allah-lah Yang
menciptakan dan mengendalikan segalanya. Dengan kehendak Allah, api tersebut
tidak membakar Nabi Ibrahim. Ini adalah mukjizat dari Allah dan wujud dari
kekuasaan-Nya. Segalanya di bumi ini terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada
yang bisa terjadi tanpa kehendak dan kendali Allah. Jika Dia tidak
menghendakinya, tak seorang pun yang bisa menyakiti atau membunuh orang lain.
Allah memberi tahu kita dalam Al Qur'an:
Sesuat yang bernyawa tidak akan mati, melainkan dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yang telah ditentukan waktunya….(QS Al-Imran: 145)
Ibrahim tidak mati,
meskipun dia dilemparkan ke dalam api, karena saat kematiannya telah ditetapkan
oleh Allah, dan belum tiba. Allah menyelamatkan Ibrahim dari api.
Dalam satu ayat, Allah mengisahkan kepada kita bahwa
Ibrahim adalah manusia dengan sifat terpuji:
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penuh
kasih dan selalu kembali kepada Allah. (QS Hud:75)
Allah mencintai manusia yang sepenuh hati menyembah-Nya.
Seperti dijelaskan oleh ayat ini, tidak ingkar, memiliki sifat terpuji, dan
tunduk kepada perintah-perintah Allah adalah sifat-sifat yang disukai menurut
pandangan Allah.
Nabi Musa AS
Musa AS adalah seorang nabi yang sering disebutkan oleh
Allah di dalam Al Qur'an. Allah menurunkan kitab Taurat kepada Musa. Tetapi,
saat ini Taurat yang dimiliki oleh orang Yahudi dan tercantum dalam Kitab
Perjanjian Lama dalam Alkitab orang-orang Kristen telah tidak asli lagi, karena
perkataan dan ucapan manusia telah dimasukkan pula ke dalamnya. Namun,
orang-orang Yahudi dan Kristen saat ini membaca kitab-kitab yang telah tidak
asli itu karena menganggapnya berasal dari kitab asli yang diturunkan oleh
Allah. Orang-orang Yahudi telah berpaling dari jalan yang benar karena kitab
yang mereka percayai tidak lagi merupakan kitab wahyu yang dibawa oleh Nabi
Musa AS.
Kita mengetahui segalanya tentang kehidupan dan sifat
terpuji Musa dari Al Qur'an. Seperti yang difirmankan dalam Al Qur'an,
raja-raja Mesir kuno dipanggil dengan nama ”Firaun”. Sebagian besar dari
firaun-firaun tersebut adalah orang-orang yang sangat sombong yang tidak
beriman kepada Allah dan menganggap diri mereka tuhan. Allah mengutus Musa
kepada salah satu penguasa terkejam ini.
Salah satu hal
penting yang perlu kita bahas ketika membaca ayat tentang kehidupan Musa ini
adalah “takdir”. Kejadian berikut ini membawa dia ke istana Firaun:
Pada saat Musa lahir,
Firaun memerintahkan para tentaranya untuk membunuh semua bayi laki-laki di
daerah itu. Musa AS adalah salah satu bayi yang berada dalam
bahaya. Allah menyuruh ibunya untuk meninggalkan Musa dalam peti di sungai dan
meyakinkannya bahwa Allah akhirnya akan mengembalikan Musa kepadanya sebagai
nabi. Sang ibu menaruh Musa di dalam peti dan menghanyutkannya di sungai. Peti
tersebut terombang-ambing di sungai dan beberapa waktu kemudian tiba di pinggir
istana Firaun, tempat istri Firaun menemukannya. Dia membawa bayi itu dan
memutuskan untuk membesarkannya di istana. Oleh sebab itu, tanpa sadar, Firaun
telah memutuskan untuk mengasuh orang yang kelak akan menyampaikan wahyu Allah
kepadanya dan menentang pendapatnya yang keliru. Allah menunjuki segala sesuatu
dengan pengetahuan-Nya, dan Dia juga tahu bahwa Firaun akan menemukan Musa AS ,
dan membesarkannya di dalam istananya.
Ketika Musa lahir, Allah mengetahui bahwa dia akan
dihanyutkan di sungai, bahwa Firaun akan menemukannya dan bahwa Musa akhirnya
akan menjadi nabi. Beginilah Allah menetapkan takdir Musa dan menyampaikan ini
kepada ibu beliau.
Di sini, kita harus memperhatikan kenyataan bahwa segala
seluk-beluk kehidupan kita terjadi menurut takdir Allah yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Ketika telah beranjak dewasa menjadi seorang pemuda,
Musa meninggalkan Mesir. Beberapa waktu kemudian, Allah menjadikannya seorang
nabi dan rasul, dan juga menjadikan Harun AS sebagai pendamping beliau.
Keduanya pergi menemui Firaun dan menyampaikan
pesan-pesan Allah kepadanya. Ini tentu adalah tugas berat karena tanpa
ragu-ragu mereka menyeru seorang penguasa kejam untuk beriman kepada Allah dan
menyembah-Nya. Seruan Musa AS ini dikisahkan sebagai berikut:
Kemudian Kami utus Musa sesudah rasul-rasul itu dengan
membawa ayat-ayat kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu mereka
mengingkari ayat-ayat itu. Maka
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan.
Dan
Musa berkata, ”Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah utusan dari Tuhan
semesta alam. Wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali
kebenaran. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti
yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel untuk pergi bersamaku.” (QS al-A'raf: 103-105)
Firaun adalah orang
yang sombong dan angkuh. Karena dia menganggap telah menguasai segalanya, dia
ingkar kepada Allah. Allah telah memberinya segala harta benda, kekuatan, dan
kerajaan, tetapi karena Firaun bodoh, dia tidak mampu memahaminya.
Firaun menentang Musa
dan tidak beriman kepada Allah, dan seperti telah diterangkan sebelumnya, dia
adalah orang yang sangat kejam. Dia memperbudak Bani Israil (yaitu, bangsa nabi
Musa). Ketika telah jelas bahwa Firaun berniat untuk membunuh Musa dan semua
orang beriman, Bani Israil pun meninggalkan Mesir di bawah kepemimpinan Musa. Musa AS
dan Bani Israel terdesak di antara lautan dan tentara Firaun yang mengejar
mereka. Tetapi, bahkan dalam keadaan yang paling sulit seperti itu, Musa tidak
pernah putus asa atau kehilangan kepercayaan kepada Allah. Melalui mukjizat
untuk Musa, Allah membagi lautan itu menjadi dua dan membuat suatu jalan di
lautan agar Bani Israil bisa lewat. Ini merupakan salah satu mukjizat besar
yang dikaruniakan oleh Allah untuk Musa. Begitu Bani Israil mencapai pinggir
pantai, laut pun bertaut kembali, menenggelamkan Firaun dan para tentaranya.
Allah menceritakan
kejadian ajaib ini dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Keadaan mereka serupa dengan keadaan Fir’aun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat
Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan oleh dosa-dosa mereka, dan
kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya. Semuanya adalah orang-orang
yang zalim. (QS Al-Anfaal: 54)
Pada saat Firaun yakin ia akan mati, ia menyatakan bahwa
ia beriman kepada Allah dan mencoba menyelamatkan dirinya. Kita tidak tahu
apakah penyesalan yang ia rasakan di saat akhir ini ada gunanya, karena Allah
hanya mengampuni kita ketika penyesalan kita ikhlas dan ketika dilakukan
sebelum kematian. Allah adalah Maha Penyayang. Jika penyesalan kita baru
datang pada saat kematian, tentu saja itu tidak ikhlas, dan penyesalan seperti
itu tidak akan menyelamatkan seseorang. Mungkin inilah yang terjadi pada
Firaun. Namun hanya Allah-lah yang tahu. Seperti yang disebutkan dalam kisah
ini, kita harus hidup demi ridha Allah sepanjang hidup kita dan menghindari
kekeliruan seperti yang telah diperbuat oleh Firaun. Jika kita tidak mampu
melakukannya, penyesalan pada saat kematian mungkin tidak akan berguna.
Nabi Yunus AS
Sesulit dan sesukar
apa pun keadaannya, kita harus selalu percaya kepada Allah dan memohon
pertolongan-Nya. Seperti telah kita bahas pada bagian sebelumnya, Musa AS
tidak pernah putus asa ketika terdesak di antara tentara Firaun dan Laut Merah.
Dia tetap percaya kepada Allah. Yunus
AS juga menjadi teladan untuk
sifat terpuji seperti itu.
Meskipun dia telah
diutus oleh Allah untuk memperingatkan umatnya, Yunus AS
meninggalkan umatnya tanpa memperingatkan mereka. Oleh karena itu, Allah
mengujinya dengan beberapa cara: pertama, dia dilemparkan ke laut dari kapal
yang dinaikinya. Kemudian seekor ikan raksasa menelannya. Akibatnya dia merasa
sangat menyesal karena perbuatannya. Dia meminta ampun kepada Allah, memohon
perlindungan dari-Nya dan berdoa kepada-Nya. Hal ini difirmankan dalam Al
Qur'an sebagai berikut:
Dan
ingatlah kisah Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia
menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia berseru dalam keadaaan
yang sangat gelap, ”Bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.
Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang yang zalim.”
Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkanya
dari kedukaan. Dan
begitulah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman. (QS Al-Anbiya: 87-88)
Dalam Al Qur'an, Allah memfirmankan apa yang akan
terjadi kepada Yunus jika dia tidak percaya dan berdoa kepada Allah.
Maka
seandainya dia tidak termasuk orang yang banyak mengingat Allah, Niscaya ia
akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami
lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan
kami tumbuhkan untuknya sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia
kepada seratus ribu orang atau lebih. (QS Ash-Shaffat:143-147)
Allah telah menyelamatkan Yunus dari keadaan yang sangat
menyedihkan. Hal ini adalah bukti nyata bahwa kita tidak pernah boleh putus asa
dari pertolongan Allah. Pengalaman Yunus AS merupakan pelajaran untuk semua
orang beriman: Kita tidak boleh lengah, dalam situasi sekeras apa pun yang kita
hadapi, dan kita harus selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah.
Nabi Yusuf AS
Di dalam Al Qur'an, kita menemukan kisah terperinci
tentang pengalaman Yusuf AS. Di sini, kita akan membahasnya secara singkat dan
menyimak sifat terpuji Yusuf.
Yusuf adalah salah
seorang putera Ya’kub AS. Ketika dia masih kanak-kanak, saudara-saudaranya
melemparkannya ke dalam sumur karena iri kepada Yusuf, dan mereka berkata
kepada ayahnya bahwa seekor serigala telah memakan Yusuf. Para
musafir menemukan Yusuf dalam sumur dan menjualnya ke istana bangsawan di
Mesir. Di Mesir, Yusuf difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara dan tetap
berada di dalamnya hingga bertahun-tahun.
Akhirnya Yusuf terbukti tidak bersalah dan dibebaskan.
Karena Yusuf sangat bijaksana dan dapat dipercaya, dan karena sangat teliti,
penguasa Mesir mempercayakan harta benda dan gudang pangan di bawah pengawasan
Yusuf. Akhirnya, Yusuf memaafkan saudara-saudaranya yang telah berbuat kejam
kepadanya dan membawa mereka semuanya beserta ayah dan ibunya untuk tinggal
bersamanya.
Nabi Ayub AS
Sabar menghadapi apa pun yang terjadi merupakan sifat
terpuji yang khas pada umat Islam. Ayub AS diuji dengan hilangnya keluarga dan
kekayaannya, dan mengalami penyakit parah yang menyebabkannya sangat menderita.
Ayub hanya memohon pertolongan dari Allah dan percaya kepada-Nya. Allah
menjawab doanya dan mengajarkan kepadanya bagaimana agar sembuh. Sifat terpuji
Ayub AS dan doa-doanya difirmankan di dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Dan
ingatlah hamba Kami Ayub ketika menyeru Tuhannya, ”Sesungguhnya aku diganggu
setan dengan kepayahan dan siksaan.”
Allah berfirman, ”Hantamkanlah kakimu. Inilah air yang
sejuk untuk mandi dan minum.”
... Sesungguhnya kami melihat Ayub adalah hamba Kami yang
sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya
dia amat taat kepada Tuhannya. (QS Shaad: 41-44)
Begitu kita mengalami
penyakit, kekerasan, atau kesulitan, kita sering putus asa. Bahkan ada orang
yang menjadi ingkar kepada Allah. Padahal, sikap-sikap ini tidak diridhai oleh
Allah. Seperti yang ditunjukkan oleh contoh tentang Ayub ini, Allah mungkin
akan menimpakan kesukaran kepada hamba-hamba-Nya, tetapi penderitaan demi
penderitaan akan mendewasakan orang-orang beriman dan menguji pengabdian mereka
kepada Allah.
Dalam menghadapi penderitaan yang kita alami, kita harus
berdoa kepada Allah dan mempercayai-Nya. Kita harus sabar seperti Ayub AS dan
kembali kepada Allah. Hanya dengan begitulah, Allah akan melonggarkan kesulitan
kita dan memberi kita pahala di dunia dan di akhirat nanti.
Nabi Isa AS
Allah telah
menciptakan Isa AS dengan cara yang unik. Seperti halnya
Nabi Adam, Allah telah menciptakan Isa tanpa seorang ayah. Ini difirmankan
dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Sesungguhnya
penciptaan Isa di sisi Allah, adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan
Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah” (seorang
manusia), maka jadilah dia. (QS Ali-Imran: 59)
Dalam Al Qur'an, Isa AS disebut sebagai ”Putera Maryam”.
Maryam adalah seorang perempuan terhormat yang dijadikan oleh Allah sebagai
teladan bagi semua perempuan. Dia adalah perempuan suci dan hamba yang tunduk
kepada Allah. Allah mengaruniakan Isa untuknya melalui malaikat Jibril, secara
ajaib tanpa ayah, dan memberi kabar gembira kepadanya bahwa puteranya akan
menjadi seorang nabi.
Allah menjadikan Isa seorang nabi dan menurunkan
untuknya kitab Injil, salah satu kitab wahyu dari Allah untuk umat manusia.
(Setelah Isa tidak ada, Injil juga telah diubah-ubah oleh manusia. Saat ini,
kita tidak menemukan kitab Injil yang asli, dan kitab suci orang Kristen yang
disebut Alkitab sebenarnya tidaklah bisa dipercaya seluruhnya.) Allah
memerintahkan Isa untuk mengajak manusia ke jalan yang benar dan
menganugerahkan kepadanya banyak mukjizat. Dia berbicara ketika masih berada
dalam buaian dan menyampaikan kepada manusia tentang Allah. Isa juga memberi
kabar gembira tentang Muhammad (Ahmad) SAW, utusan Allah yang akan datang
setelahnya, yang difirmankan di dalam Al Qur'an sebagai berikut:
Dan
ingaatlah ketika Isa putra Maryam berkata, ”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah untukmu. (Aku) membenarkan kitab yang turun sebelumku,
yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang bernama Ahmad (Muhammad). Maka ketika rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ”Ini adalah sihir
yang nyata.” (QS Ash-Shaff: 6)
Dalam masa kehidupan Isa, sangat sedikit orang yang
beriman kepada Isa dan membantunya. Musuh-musuh Isa berusaha membunuhnya.
Mereka mengira bahwa mereka telah menangkap dan menyalib Isa. Padahal, dalam Al
Qur'an Allah berfirman kepada kita bahwa mereka tidaklah membunuh Isa:
Dan karena ucapan mereka, ”Sesungguhnya kami telah
membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, rasul Allah.” Padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh adalah orang
yang dijadikan serupa dengan Isa dalam pandangan mereka. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa, benar-benar ragu
tentang yang dibunuh itu.Mereka tidak yakin tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali dengan prasangka belaka. Mereka juga tidak yakin bahwa yang mereka
bunuh itu adalah Isa. (QS
An-Nisaa: 157)
Setelah Isa AS tidak
ada lagi, musuh-musuhnya mencoba untuk mengubah wahyu yang dibawanya. Mereka
mulai menggambarkan Isa dan Maryam sebagai makhluk yang memiliki kekuatan gaib,
bahkan dianggap sebagai “tuhan-tuhan”. Saat ini pun, masih ada yang mempercayai
keimanan palsu ini. Allah memberi tahu kita dalam Al Qur'an, melalui perkataan
Isa sendiri, bahwa semua ini adalah keimanan yang keliru:
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera
Maryam, apakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua
orang tuhan selain Allah?’” Isa menjawab, “Mahasuci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara gaib. Aku tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya),
yaitu, ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan aku adalah saksi untuk mereka
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS
Al-Maidah: 116-117)
Setelah Isa
menghilang, jumlah orang-orang yang beriman kepadanya meningkat pesat, tetapi
saat ini mereka berada di jalan yang sesat karena mereka mengikuti Alkitab,
yang telah diubah-ubah dengan tambahan-tambahan dan pengurangan-pengurangan.
Satu-satunya jalan yang lurus saat ini adalah jalan Nabi Muhammad SAW, yang
disampaikan kepada kita, yang disebutkan dalam Al Qur'an, karena inilah
satu-satunya wahyu Allah yang belum berubah.
Utusan Allah: Muhammad SAW
Kita banyak mengenal
Rasulullah, Muhammad SAW, karena beliau adalah nabi terakhir dan hidup baru
sekitar 1.400 tahun yang lalu. Manusia mengubah-ubah dan mengaburkan agama yang
diwahyukan oleh Allah sebelum beliau. Inilah sebabnya kitab terakhir (yang akan
dipertanggungjawabkan oleh manusia di Hari Pembalasan) diwahyukan kepada nabi
kita. Kitab ini memperbaiki semua kekeliruan yang diada-adakan dalam
agama-agama sebelumnya. Allah menyampaikan bahwa Allah memberi perintah untuk
hamba-hambanya melalui Al Qur'an.
Nabi SAW juga menghadapi banyak kesulitan ketika
menyampaikan wahyu Allah kepada umatnya. Banyak tuduhan yang tak beralasan
kepada beliau, meskipun beliau tidak meminta upah dari umatnya dan tidak
mempunyai niat-niat duniawi.
Beliau terpaksa
pindah dari Mekah, kota kelahiran beliau. Orang-orang Islam pertama yang
mengikutinya juga dizalimi, beberapa di antara mereka bahkan disiksa dan
mengalami perlakuan kejam. Tetapi Allah tidak membiarkan orang-orang yang tidak
beriman membahayakan agama Islam, yang tetap tidak berubah hingga hari ini.
Sesuai dengan janji Allah, setiap kata dalam Al Qur'an tetap sepenuhnya tidak
berubah.
Seruan Nabi Muhammad SAW juga ditujukan kepada seluruh
manusia yang hidup saat ini. Allah memerintahkan seluruh manusia untuk
menghormati rasul-rasulnya. Dalam banyak ayat, Allah menegaskan bahwa
menghormati para rasul berarti menghormati Allah. Oleh karena itu, menghormati
nabi adalah salah satu hal yang terpenting dan utama dalam Islam. Ketaatan hati
kepada perintah Nabi SAW tentu merupakan bentuk ketaatan kepada Allah.
Dalam Al Qur'an,
Allah menyampaikan kepada kita tentang sifat-sifat utama Nabi kita, yang
menjadi teladan bagi semua manusia.
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, (dan ia) sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, (serta) amat mengasihi dan menyayangi Kaum
Mukmin.” (QS At-Taubah:128)
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi.
Dan Allah-lah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Ahzab: 40)
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang-orang
yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata. (QS Ali Imran: 164)
Dengan ayat-ayat yang dimulai dengan kata,
”Katakanlah...,” Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu
Allah. Melalui ayat-ayat ini dan semua ayat lainnya, Nabi SAW menyampaikan
wahyu-wahyu Allah kepada manusia. Istri beliau, A’isyah RA berkata, ”Akhlak
beliau adalah Al Qur'an.” Maksud A’isyah adalah, Nabi SAW benar-benar
menjadikan Al Qur'an sebagai pedoman dalam segala perbuatannya, dan kita tahu
bahwa hadits beliau adalah cara kita untuk menghormati Al Qur'an. Dalam salah
satu ayat, Allah menyatakan bahwa hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah dan
ingin mendapatkan pengampunan haruslah menghormati Rasulullah SAW:
Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Ali Imran: 31)
Seperti disebutkan dalam ayat di atas, jika kita ingin
agar Allah mencintai kita, kita harus patuh kepada seruan nabi dan dengan
seksama mengamalkannya.
KEAJAIBAN AL QUR’AN
Sebelumnya telah kita bahas bahwa mukjizat terbesar yang
dikaruniakan kepada Nabi SAW adalah Al Qur'an. Al Qur'an diwahyukan kepada umat
manusia 1.400 tahun yang lalu, namun ada beberapa kenyataan yang diwahyukan
dalam Al Qur'an yang maknanya hanya bisa kita buktikan baru-baru ini.
Dari planet-planet hingga bintang-bintang, manusia
hingga hewan, Allah menciptakan segalanya di alam semesta. Allah telah
mengetahui segalanya yang belum kita temukan hingga sekarang dan Dia memberi
tahu kita tentang beberapa di antaranya dalam Al Qur'an. Kita hanya bisa
mengetahuinya jika Allah menghendakinya, sehingga kita tahu bahwa ini adalah
mukjizat dari Allah.
Al Qur'an berisi
banyak keajaiban ilmu pengetahuan. Di sini, kita akan membahas beberapa di
antara mukjizat Al Qur'an. (Untuk informasi lebih lanjut kalian bisa membaca
buku Keajaiban Al Qur'an.)
Bagaimana
Alam Semesta Tercipta
Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an
dengan ayat-ayat berikut dan dalam banyak ayat lainnya:
Dia-lah Yang memulai penciptaan langit dan bumi... (QS
Al-An’aam: 101)
Dalam bagian pertama buku ini, kita telah membahas
secara terperinci bagaimana alam semesta terjadi dari belum ada sama sekali
pada 15 miliar tahun yang lalu. Dengan kata lain, alam semesta tiba-tiba muncul
dari ketiadaan.
Hanya ilmu
pengetahuan di abad kedua puluh yang bisa membuat kita menemukan bukti-bukti
ilmiah tentang peristiwa besar ini. Oleh sebab itu, mustahil mengetahuinya
1.400 tahun yang lalu (pada saat Nabi SAW hidup). Akan tetapi, ini justru telah
disebutkan dalam ayat tadi, Allah memberi tahu kita kenyataan ini ketika Al
Qur'an diwahyukan. Inilah keajaiban Al Qur'an dan salah satu bukti bahwa Al
Qur'an adalah perkataan Allah.
Garis Edar
Mungkin banyak di antara kalian yang tahu bahwa bumi
kita dan planet-planet lainnya memiliki garis edar. Memang, tidak hanya
planet-planet di Tata Surya kita saja yang memiliki garis edar, tetapi juga
semua benda-benda langit di alam semesta memiliki garis-garis edarnya sendiri.
Jadi, semua benda langit bergerak pada jalur-jalur yang telah ditentukan dengan
sangat tepat. Inilah bukti ilmiah yang baru diketahui oleh para ilmuwan
baru-baru ini, tetapi telah diwahyukan dalam Al Qur'an 1.400 tahun yang lalu.
Dan Dia-lah Yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masingnya beredar di dalam garis edarnya. (QS
Al-Anbiya: 33)
Seperti kalian baca dalam ayat ini, Allah memberi tahu
kita tentang kenyataan ilmiah yang baru saja ditemukan belum lama ini. Pada
saat Al Qur'an diwahyukan, orang-orang tidak tahu bahwa benda-benda langit
bergerak dalam garis-garis edar yang tetap. Tetapi Allah mengetahui segalanya
dan memberi tahu apa yang dikehendaki-Nya kepada hamba-Nya.
Lautan
yang Tidak Saling Bercampur
Salah satu sifat lautan yang baru saja ditemukan ilmuwan
telah diwahyukan dalam satu ayat Al Qur'an sebagai berikut:
Dia
membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya bertemu, (tetapi) di antara
keduanya ada batas yang tidak bisa dilewati oleh masing-masingnya. (QS
Ar-Rahman: 19-20)
Sifat lautan ini, yaitu
saling bertemu, tetapi tidak saling bercampur sama sekali, baru saja ditemukan
oleh ahli lautan. Karena gaya fisika yang disebut dengan “tegangan permukaan”,
perairan di lautan yang saling berdekatan tidak akan bercampur. Karena
disebabkan oleh perbedaan kekentalan air tersebut, tegangan permukaan mencegah
kedua lautan tersebut saling bercampur, seolah ada dinding tipis di antara
mereka.
Yang menarik, di masa
ketika manusia tidak mempunyai pengetahuan fisika, tegangan permukaan atau ahli
lautan, pengetahuan ini telah diwahyukan di dalam Al Qur'an.
Bentuk Bumi
yang Bulat
Pengetahuan astronomi (ilmu tentang benda langit) pada
saat Al Qur'an diwahyukan memandang dunia dengan cara berbeda. Beberapa orang
menganggap bahwa bumi ini datar, meskipun ada yang menganggap sebaliknya.
Tetapi kenyataan bahwa bumi itu bulat tidaklah diketahui oleh semua orang. Akan
tetapi, dari ayat Al Qur'an bisa dipahami secara tidak langsung, bahwa bentuk
bumi adalah bulat. Ayat yang sesuai tentang ini berbunyi:
Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar.
Dia menutupkan (takwir) malam atas siang dan menutupkan (takwir)
siang atas malam… (QS Az-Zumar: 5)
Kata berbahasa Arab ”takwir” diterjemahkan dengan
”menutupkan” dalam ayat di atas. Dalam Bahasa Indonesia, kata ini berarti
melilitkan sesuatu pada benda lain, hingga terlipat seperti kain yang
digulung”. Siang dan malam yang saling melilit ini hanya bisa terjadi jika bumi
itu bulat. Tetapi, seperti disebutkan di atas, orang-orang Arab yang hidup
1.400 tahun yang lalu beranggapan bahwa bumi itu datar. Ini berarti bahwa
bulatnya bumi diberitahukan secara tidak langsung dalam Al Qur'an, yang
diwahyukan pada abad ketujuh. Hal ini karena Allah mengajarkan kebenaran kepada
umat manusia. Persoalan ini, yang disebutkan dalam kitab yang diwahyukan oleh
Allah, baru diperjelas dalam abad-abad setelahnya oleh para ilmuwan.
Karena Al Qur'an adalah perkataan Allah, perkataan yang
paling benarlah yang digunakan untuk menggambarkan alam semesta. Mustahil
seorang manusia mengetahui dan bisa memilih kata-kata tersebut. Karena
Allah-lah yang mengetahui segalanya, Dia bisa menyampaikan kenyataan ini kepada
manusia kapan pun Dia kehendaki.
Sidik Jari
Ketika Al Qur'an
menyatakan bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia kembali
setelah mati, Allah menyuruh kita untuk memperhatikan sidik jari manusia.
Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak
akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Sekali-kali tidak, sungguh Kami
berkuasa menyusun (kembali) setiap ujung jemarinya dengan sempurna. (QS Al-Qiyamah:
3-4)
Menghidupkan kembali tubuh manusia yang telah hancur
membusuk adalah sangat mudah bagi Allah. Sekarang, perhatikanlah sidik jarimu.
Sidik jari semua orang berbeda satu sama lain. Jika kalian punya saudara
kembar, sidik jari mereka juga berbeda. Setiap orang yang hidup atau yang
pernah hidup di dunia ini mempunyai bentuk sidik jari yang berbeda. Itulah
mengapa sidik jari itu sama khasnya dengan identitas seorang manusia.
Allah Yang Maha Kuasa bisa menciptakan kita kembali,
hingga perincian terkecilnya. Di sini, kita perlu mencamkan bahwa pentingnya
sidik jari dan bahwa setiap orang memiliki sidik jari yang khas dimilikinya
baru ditemukan di abad kesembilan belas. Tetapi Allah telah menyuruh kita
memperhatikan ujung-ujung jari kita pada 1.400 tahun yang lalu dalam Al Qur'an.
Ada beberapa persoalan lain yang secara ajaib
diterangkan dalam Al Qur'an. Kita hanya akan membahas beberapa di antaranya di
sini. Namun semua ini sudah cukup untuk menjelaskan bahwa Al Qur'an adalah perkataan
Allah. (Untuk informasi lebih lanjut, kalian bisa membaca buku Keajaiban Al
Qur'an karya Harun Yahya.)
Allah memberi tahu kita tentang hal berikut mengenai Al
Qur'an:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an?
Seandainya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan menemukan
pertentangan yang banyak di dalammya. (QS An-Nisaa’: 82)
Seperti telah dijelaskan dalam ayat di atas, Al Qur'an
memberikan informasi yang akurat. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, semakin
banyak keajaiban yang diterangkan di dalam Al Qur'an yang terungkap.
Keajaiban-keajaiban Al Qur'an ini membuktikan bahwa Al Qur'an adalah wahyu dari
Allah. Di sini, adalah kewajiban kita untuk mempelajari dan mengamalkan
perintah-perintah Al Qur'an secara seksama.
Allah memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada Al
Qur'an dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan, yang
diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kalian diberi rahmat. (QS Al-An’aam: 155)
…adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang
menghendaki, tentulah ia memperhatikannya. (QS ‘Abasa: 11-12)
SIFAT APAKAH YANG DIKEHENDAKI
OLEH ALLAH?
Al Qur'an, yang merupakan petunjuk bagi seluruh umat
manusia, merupakan perkataan Allah. Kita bisa mencapai
sifat yang diridhai oleh Allah dengan membaca ayat-ayat Al Qur'an dan hidup
dengan itu. Ini sangat mudah. Namun, meskipun demikian, sebagian besar manusia
melakukan kesalahan karena menjauhi sifat-sifat yang diridhai oleh Allah. Jika
suatu hari, semua orang di sekitarmu patuh pada keinginan Allah dan mengamalkan
sifat-sifat yang dituntut oleh Allah dari manusia, maka dunia ini akan menjadi
tempat yang lebih baik. Sekarang, mari kita lihat secara singkat tentang hal
ini.
Kita semua tahu bahwa
Allah telah menciptakan manusia. Dengan begitu, Allah-lah Yang Maha Mengetahui
akhlak terpuji dan tercela yang dimiliki manusia. Seseorang mungkin bisa menipu
orang lain, tetapi dia tidak akan pernah menyembunyikan apa pun dari Allah. Hal
ini karena, tidak seperti kita, Allah mengetahui apa yang dipikirkan seseorang.
Oleh sebab itu, seseorang harus selalu ikhlas dan jujur kepada Allah. Salah
satu ayat menyebutkan:
Katakanlah,
”Jika kalian menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kalian melahirkannya,
pasti Allah mengetahuinya.” Allah mengetahui apa pun yang ada di
langit dan apa pun yang ada di bumi. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Ali-Imran: 29)
Kepunyaan
Allah-lah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan jika kalian melahirkan
yang ada di dalam hatimu atau kalian menyembunyikannya, niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kalian tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang di kehendaki-Nya,
dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Al-Baqarah: 284)
Orang yang sadar
bahwa Allah Maha Mendengar segala kata yang ia ucapkan, mengetahui segala
tindakan yang dia perbuat dan setiap pikiran yang melintas di pikirannya, tidak
akan pernah berani melakukan perbuatan jahat, meskipun tidak terlihat oleh
orang lain. Artinya, agar menjadi orang terpuji, kita harus benar-benar beriman
pada adanya Allah dan keesaan-Nya, mengetahui sifat-Nya yang Mahakuasa dan
sadar bahwa Dia Maha Melihat dan Mendengar segala sesuatu. Ini adalah salah
satu syarat untuk mencapai sifat yang dikehendaki Allah dari hamba-hamba-Nya.
Mencintai
Allah dan Percaya kepada-Nya
Kalian tentu menghargai cinta yang ditunjukkan oleh
orang tua kepada kalian, bukan? Kalian juga mencintai mereka. Mereka melindungi
dan mencintai kalian dan memenuhi kebutuhan kalian. Kalian mempercayai mereka.
Jika kalian menghadapi kesulitan, kalian mengetahui bahwa mereka akan selalu
siap membantu kalian.
Pernahkah kalian
memikirkan seberapa besar cinta dan rasa percaya kalian kepada Allah?
Allah memenuhi semua
kebutuhan seluruh makhluk yang Dia ciptakan. Berkat kasih sayangnya yang tak
terbatas, kita hidup di dunia ini dalam damai dan menikmati karunia yang tak
terbatas.
Allah telah menciptakan matahari sehingga kita bisa
hidup di bumi. Allah juga telah menciptakan sayur-sayuran, buah-buahan, dan
hewan untuk kita. Kita punya nasi, susu, daging, dan berbagai sayuran dan
buah-buahan lezat karena Allah telah menciptakan itu semua untuk kita.
Allah telah menciptakan hujan sehingga kita bisa
memiliki air yang segar untuk diminum. Allah telah menciptakan lautan, tempat
air asin yang selalu tersedia. Tanpa hujan, tidak akan pernah ada air atau air
garam di bumi. Air itu sangat penting untuk kita. Seperti yang kalian ketahui,
manusia tidak bisa bertahan hidup tanpa air selama beberapa hari.
Allah memberi kita sistem kekebalan dalam tubuh kita
untuk melindungi kita dari penyakit. Berkat sistem kekebalan ini, kita tidak
mati karena makhluk-makhluk kecil (virus atau bakteri) yang menyebabkan flu.
Di samping semua ini, Allah membuat jantung kita terus
berdetak tanpa henti sepanjang hidup. Jika jantung kita memerlukan istirahat
selama jangka waktu tertentu, seperti halnya mesin, kita pasti akan mati.
Tetapi jantung kita berdetak tanpa henti selama berpuluh tahun tanpa istirahat
sehingga kita tetap hidup.
Allah telah menciptakan mata untuk melihat, telinga
untuk mendengar, hidung untuk mencium, dan lidah untuk mengecap. Semua ini baru
sedikit dari nikmat yang Allah berikan untuk kita. Kita tidak bisa menghitung
semua nikmat yang Allah berikan untuk kita. Dalam satu ayat, Allah, Yang Maha
Penyayang kepada kita, menyampaikan kepada kita hal berikut ini:
Dan
Dia telah memberikan untukmu keperluanmu dari segala yang kalian mohon
kepadanya. Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat
kalian memperkirakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan mengingkari
nikmat Allah. (QS Ibrahim: 34)
Seperti yang kalian telah pahami dalam Al Qur'an, tidak
bersyukur atas nikmat-nikmat ini, melupakan bahwa seluruh nikmat itu berasal
dari Allah, dan tidak bersyukur kepada-Nya atas segala yang telah Dia berikan
bagi kita, adalah perilaku yang tercela. Allah tidak mencintai orang-orang yang
tidak bersyukur.
Sebagai balasan atas nikmat-Nya, Allah hanya menginginkan
agara kita mencintai-Nya, bersyukur kepada-Nya, yakni berterima kasih
kepada-Nya. Perintah-Nya difirmankan dalam ayat sebagai berikut:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari rahim
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu hal pun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur. (QS an-Nahl: 78)
Maka makanlah yang halal dan baik dari
rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu, dan syukurilah nikmat Allah, jika
memang hanya kepada-Nya saja kamu menyembah. (QS an-Nahl: 114)
Dan Dia-lah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian:
pendengaran, penglihatan, dan hati. Amat sedikit kamu bersyukur. (QS
Al-Mu’minun: 78)
Dalam ayat lainnya,
difirmankan bahwa orang-orang yang beriman mencintai Allah di atas
segala-galanya:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan Allah. Mereka mencintainya seperti mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang beriman sangatlah cinta kepada Allah. Dan seandainya
orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada
hari kiamat), bahwa kekuatan itu adalah milik Allah semuanya, dan bahwa Allah
amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS Al-Baqarah: 165)
Allah melindungi dan
memelihara ibu dan ayah kalian serta semua orang lain. Kita semua butuh Allah.
Baik orang tua kita maupun kita sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhan kita.
Untuk itu, kita harus mencintai Allah dan percaya kepada-Nya.
Mencintai Allah lebih
dari siapa pun dan di atas segalanya, percaya kepada-Nya dan mengakui bahwa Dia
telah memberi kita segalanya merupakan ciri utama sifat yang diridhai Allah.
Bagaimana
Kita Bersikap pada Orang Lain
Allah melarang manusia bersikap sombong, berbohong,
memperolok-olok orang lain dan angkuh. Jujur dan rendah hati adalah sifat-sifat
yang diridhai oleh Allah.
Dalam kehidupannya, manusia sering dipengaruhi oleh
orang-orang di lingkungannya. Jika mereka menyakiti teman-temannya, mungkin ia
telah mendapat pengaruh jelek dari lingkungannya itu. Tetapi, seseorang yang
beriman kepada Allah dan mengakui bahwa Allah selalu melihatnya tidak pernah
meninggalkan jalan yang benar, meskipun keadaan memaksanya untuk melakukan itu.
Dia menjadi teladan yang baik bagi orang-orang yang tidak jujur dan sesat.
Allah mencintai orang yang sabar. Istilah ”kesabaran”
dalam Al Qur'an tidak hanya berarti sabar menghadapi musibah, melainkan juga
berarti sabar di setiap saat dalam kehidupan. Kesabaran seseorang yang beriman
tidak berubah karena orang lain atau suatu kejadian. Misalnya, orang yang tidak
begitu takut kepada Allah mungkin akan berlaku baik pada seseorang yang bisa
memberinya keuntungan, tetapi tidak bisa selalu menunjukkan sikap terpuji ini.
Begitu ia merasa bahwa kepentingannya diganggu, dia mungkin saja tiba-tiba
berubah. Namun, orang yang beriman dengan seksama menghindari melakukan
perbuatan tercela. Dia menunjukkan sikap yang baik kepada setiap orang dan
beriktikad baik untuk tetap melakukan itu, apa pun keadaannya atau bagaimanapun
sikap orang lain kepadanya. Meskipun ia marah, ia berhasil mengendalikan
dirinya dan menunjukkan kesabaran.
Dalam satu ayat, Allah memerintahkan manusia untuk
berlomba-lomba dalam kesabaran:
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian, dan kuatkanlah kesabaranmu, dan
tetaplah bersiap-siaga (di perbatasan negerimu), dan bertakwalah kepada Allah
supaya kalian beruntung. (QS Ali-Imran: 200)
Kesabaran orang-orang yang disebutkan dalam Al Qur'an
adalah teladan buat kita. Seperti yang kalian ketahui, penderitaan Nabi Ayub AS
berlangsung sangat lama. Tetapi hamba Allah yang mulia ini menunjukkan
kesabaran dan berdoa kepada Allah. Allah menjawab doanya dan menunjukkan jalan
keluar kepadanya.
Nabi Nuh AS menunjukkan kesabarannya ketika orang-orang
menertawakannya karena bahtera yang dibangunnya. Ia tetap tenang dan menasihati
mereka. Semua ini adalah contoh yang luar biasa mengenai kesabaran yang
ditunjukkan oleh orang-orang mulia. Allah berfirman dalam banyak ayat bahwa Dia
mencintai hamba-hamba-Nya yang sabar.
Sebaliknya, Allah tidak mencintai orang-orang sombong
yang suka membanggakan diri. Tidak semua orang menikmati keberuntungan harta
benda yang sama di dunia ini. Ada orang yang mempunyai rumah dan mobil yang
indah, sedangkan orang lain tidak memiliki apa-apa. Akan tetapi, yang penting
adalah bahwa kita bisa berlaku benar. Misalnya, menganggap bahwa seseorang
lebih baik dari orang lain karena ia punya paakaian yang lebih bagus merupakan
sikap yang tidak disukai oleh Allah. Hal ini karena Allah memerintahkan kita
untuk menilai manusia atas dasar keimanan mereka, bukan penampilan mereka.
Bagi Allah, yang menentukan kelebihan seseorang bukanlah
kekayaan, kekuasaan, kecantikan, atau kekuatannya. Allah menilai manusia
menurut takwa (rasa takut kepada Allah) mereka, cinta yang mereka rasakan
terhadap-Nya, ketaatan mereka, dan keteguhan hati mereka untuk hidup
berdasarkan nilai-nilai Al Qur'an. Inilah ukuran penilaian kelebihan seseorang
dalam pandangan Allah.
Qarun adalah orang yang sangat kaya. Ia begitu kaya
sehingga kunci-kunci harta bendanya harus dipikul oleh beberapa orang. Orang-orang
bodoh di sekelilingnya berkhayal ingin menjadi Qarun dan ingin memiliki apa
yang dimiliki oleh Qarun. Tetapi Qarun adalah orang yang sombong dan sangat
angkuh, yang tidak patuh kepada Allah. Ia mengingkari bahwa Allah telah
memberinya seluruh kekayaannya itu. Karena itu, Allah menimpakan azab yang
pedih untuk Qarun: Ia dan seluruh harta bendanya lenyap dalam satu malam saja.
Melihat azab yang pedih itu, orang-orang yang pernah berkhayal ingin menjadi
Qarun merasa bahagia tidak menjadi Qarun. Mereka semua mengakui bahwa ini
adalah hukuman dari Allah.
Qarun dijadikan sebagai contoh dalam Al Qur'an sebagai
berikut:
Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa. Ia melakukan kezaliman
terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta
yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat.
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu berbangga,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.”
(QS Al-Qasas: 76)
Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya.
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia, ”Semoga kita mempunyai
(harta) seperti yang telah diberikan kepada Qarun. Sesungguhnya ia benar-benar
mempunyai keberuntungan yang besar.”
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, ”Kecelakaan
besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, dan pahala itu tidak diperoleh, kecuali oleh-orang-orang
yang sabar.
Maka kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang menolongnya dari azab Allah. Dan
ia tidak dapat membela diri.
Dan orang-orang yang kemarin bercita-cita mendapat
kedudukan Qarun pun berkata, ”Sungguh, memang benar Allah melapangkan rezeki
bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, dan menyempitkannya.
Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita, tentu Dia telah
membenamkan kita juga. Sungguh benarlah, tidak beruntung orang-orang yang
mengingkari nikmat Allah.” (QS Al-Qashash: 79-82)
Al Qur'an memberi
tahu kita bahwa menyebarkan gosip dan bergunjing termasuk perilaku yang juga
tidak disukai oleh Allah. Mencari-cari kesalahan seseorang, bergunjing, dan
menjadikan orang lain sasaran tertawaan adalah perilaku yang harus selalu
dihindari oleh orang-orang yang takut kepada Allah. Dalam Al Qur'an Allah
melarang menyebarkan gosip dan bergunjing. Ayat yang menyebutkan ini berbunyi:
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah banyak berprasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang
lain, dan janganlah kalian saling bergunjing satu sama lain. Adakah
di antara kalian yang suka memakan daging saudaraanya yang sudah mati? Tentulah
kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat lagi Maha penyayang. (QS Al-Hujurat: 12)
Juga bisa dilihat
dari ayat tersebut, Allah mengatakan kepada kita dalam Al Qur'an bahwa
bergunjing sama menjijikkan dengan memakan daging saudara sendiri yang telah
mati.
Allah menyuruh kita untuk berbuat baik dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Kehidupan adalah kesempatan yang dikaruniakan oleh Allah
untuk mengikuti jalan-Nya yang benar. Saat ini, sebagian besar manusia tidak
sadar tentang hal ini. Bukannya mematuhi perintah dan anjuran Allah, mereka
justru mencari petunjuk lain. Karena terpengaruh oleh film-film yang mereka
tonton atau lagu-lagu yang mereka dengarkan, mereka menganut ajaran-ajaran yang
salah. Misalnya, para pemuda yang menonton tokoh kejam dan tak kenal kasihan
dalam sebuah film sering mencoba untuk menirunya, setelah mereka meninggalkan
bioskop.
Akan tetapi,
seseorang yang bijaksana dan jujur selalu menunjukkan sifat yang diridhai oleh
Allah. Para nabi adalah manusia yang harus kita teladani langkahnya.
Sifat-sifat yang harus kita miliki adalah sifat-sifat yang diridhai oleh Allah.
Sifat ini meliputi pengasih, pemaaf, rendah hati, sederhana, sabar, dan taat
kepada Allah dan rasul-Nya. Seseorang yang menjalankan ajaran mulia ini tidak
terpengaruh untuk ikut-ikutan dalam pertengkaran. Ia justru melerainya dan
menunjukkan sikap tenggang rasa. Al Qur'an memerintahkan kita untuk hormat dan
patuh kepada orang tua, bukan malah durhaka dan melawan mereka. Dalam Al
Qur'an, Allah menegaskan pentingnya hormat kepada kedua orang tua:
Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah
kalian berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kalian mengatakan kepada keduanya
perkataan, ”Ah!” Dan janganlah kalian membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh rasa sayang, dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku sewaktu kecil.”(QS Al-Israa:
23-24)
Patuh kepada kedua
orang tua, tidak menyakiti mereka walau sekecil apa pun dengan mengatakan,
“Ah,” dan selalu sayang dan lemah-lembut terhadap mereka adalah sifat-sifat
penting yang dituntut oleh Allah dari kita. Menunjukkan sifat-sifat ini akan
mendatangkan cinta Allah kepada kita dan menjadikan kita lebih bahagia dan
damai dalam hidup sehari-hari.
Kita hanya bisa menunjukkan sifat yang terpuji dalam Al
Qur'an bila kita hidup menurut Islam. Orang-orang yang tak beriman hampir tidak
mampu menjalankan nilai-nilai mulia ini. Kamu harus menghindar dari menjadi
orang seperti itu dan selalu mencamkan ayat yang berbunyi, “Apakah kalian mengira kalian akan masuk surga, padahal
belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata
orang-orang yang sabar?”(QS Ali-Imran: 142). Jangan pernah lupa bahwa Allah akan lebih mencintai
kalian dan memberikan nikmat-Nya yang lebih banyak kepada kalian jika kalian
sabar, rendah hati, rela berkorban, dermawan, dan jika kalian berlaku baik.
BERIBADAH
KEPADA ALLAH
Allah, Pencipta segalanya dalam diri kalian dan di
sekitar kalian, memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Allah menciptakan kita
dan memerintahkan kita untuk menghormati-Nya dan berlaku baik seperti yang
dituntun dalam Al Qur'an. Yang dituntut oleh Allah dari kita adalah ibadah.
Puasa, sholat, bersyukur kepada Allah, sabar, dan melakukan amal saleh adalah
beberapa bentuk ibadah.
Tetapi sebagian besar orang, meskipun sadar dengan
tanggung jawab mereka, tidak mau menerimanya. Karena kesombongan mereka yang
parah, mereka merasa sulit untuk tunduk kepada Allah. Mereka tidak mau
mendengarkan perkataan Allah karena mereka menganggap diri mereka sangat
penting. Karena tidak mau menerima bahwa Allah telah menciptakan mereka, mereka
berani membangkang kepada Allah. Meskipun Allah-lah yang telah memberi mereka
hati, telinga, kesehatan, dan pendeknya, segala hal di dunia ini, mereka tidak
merasa bersyukur kepada-Nya untuk seluruh karunia ini.
Tetapi orang-orang ini akan merasa sangat menyesal.
Tidak bersyukur dan sombong akan membuat mereka menjalani hidup yang sukar di
dunia dan penyesalan yang dalam di akhirat. Tidak bersyukur (kufur) yang
mereka tunjukkan di dunia ini akan membawa mereka pada api neraka.
Setiap orang yang tidak mau merasakan sesal di kemudian
hari sehingga masuk neraka, pastilah bersyukur kepada Allah. Allah menginginkan
agar kita bersyukur kepada-Nya dan berdoa serta beribadah kepada-Nya, sebagai
bentuk syukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya untuk kita. Oleh karena itu,
jika kita melihat nikmat yang sempurna dan indah di sekitar kita (yang tidak
akan pernah ada dengan sendirinya), kalian harus mengingat Allah dan merasa
bersyukur kepada-Nya. Janganlah menjadi orang yang tidak mampu memperhatikan
dan menghargai segala nikmat yang diberikan untuk kita.
Dalam Al Qur'an, Allah memerintahkan kita untuk
melakukan berbagai ibadah, selain bersyukur kepada Allah. Melakukan sholat lima
kali sehari, berpuasa pada bulan Ramadhan, membayar zakat, dan menunaikan haji
(sekali seumur hidup) jika mampu adalah bentuk ibadah yang diwajibkan oleh
Allah atas kita.
Sholat lima waktu
sehari-semalam dan menjaga sholat tersebut sepanjang hidup kita, dalam keluarga
maupun dalam masyarakat membantu kita untuk terus mengingat kelemahan kita
sebagai hamba di depan Allah. Ini adalah bentuk ibadah yang ditunaikan pada
waktu-waktu tertentu. Allah memberi tahu kita dalam Al Qur'an bahwa bentuk
ibadah ini membantu kita untuk menjauhi perbuatan buruk yang tidak disukai oleh
Allah.
Berpuasa juga merupakan bentuk ibadah yang diperintahkan
dalam Al Qur'an. Selama bulan Ramadhan, Allah mewajibkan agar kita tidak makan
dan minum di siang hari. Dengan menunaikan ibadah ini, kita akan menunjukkan
kesabaran untuk tidak makan dan minum dalam jangka waktu tertentu.
Membayar zakat, di
lain pihak, merupakan pemberian sebagian harta kita kepada orang miskin dan
yang membutuhkan serta orang lain yang boleh menerimanya. Seperti bentuk ibadah
yang lain, menunaikan zakat sangatlah penting karena menghindari perbuatan
jahat dan menunjukkan sikap rela berkorban adalah sifat yang diridhai oleh
Allah. Di samping itu, membayar zakat memperbaiki hubungan antarmanusia dan
menguatkan jiwa manusia.
Doa
adalah Cara Mendekatkan Diri kepada Allah
Allah mengaskan
tentang sangat pentingnya berdoa. Allah berfirman tentang pentingnya doa dalam
ayat yang menyatakan “…
Tuhanku tidak mengindahkan kamu jika tidak ada ibadahmu…” (QS
Al-Furqan: 77). Seperti yang disebutkan oleh ayat ini, nilai seseorang di
hadapan Allah tergantung kepada doanya. Ini karena seseorang yang berdoa hanya
meminta apa yang dibutuhkannya dari Allah saja. Allah adalah Pemilik segalanya.
Allah menciptakan segala hal yang kita butuhkan.
Misalnya saja, makanan itu penting bagi kehidupan manusia. Allah menciptakan
sayuran, buah, ayam, sapi, dan sebagainya. Allah menciptakan orang tua kalian
dan seluruh orang di sekitar kalian. Allah, Yang Mahakuasa, mengaruniakan untuk
manusia tubuh, kecerdasan, pengetahuan, kekuatan, kesehatan, dan kesempatan
yang mereka nikmati.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Allah
menciptakan segala hal sebagai nikmat untuk kita. Kita ”berhutang” kepada Allah
atas makanan yang kita makan. Demikian pula, kita juga ”berhutang” kepada Allah
karena kemampuan kita untuk memakan makanan ini. Coba pikirkan hal ini
sebentar! Bagaimana kalian bisa mengunyah makanan tanpa gigi? Bagaimana kalian
mencerna makanan itu dalam perut kalian? Adakah gunanya makanan jika kita tidak
punya sistem pencernaan?
Kalian mendapat
makanan atas kehendak Allah. Karena Allah-lah Yang memberikan semua nikmat
untuk kita, hanya kepada Allah-lah kita harus berdoa ketika kita menginginkan
sesuatu terjadi atau ingin memperoleh sesuatu. Akibatnya, kita harus meminta
segala hal dari Allah.
Sebuah contoh akan membuat kalian lebih memahami hal
ini:
Kalian menekan sebuah tombol untuk menghidupkan lampu.
Bisakah kalian mengatakan bahwa tombol itulah yang menciptakan cahaya lampu?
Tentu saja tidak. Tombol hanyalah alat, seperti halnya juga kabel yang
mengantarkan arus listrik. Di dunia ini, Allah menciptakan sebab untuk segala
akibat. Allah menciptakan air. Dalam waduk, air mengalir melalui turbin-turbin
besar, sehingga arus listrik pun tercipta. Kabel mengantarkan arus listrik, dan
akhirnya bola lampu mengubah arus listrik menjadi cahaya. Tetapi, sebenarnya
Allah-lah Yang menciptakan cahaya. Jika Allah menghendaki, Dia bisa menciptakan
arus listrik tanpa sebab-sebab tadi. Tetapi Allah ingin agar kita menggunakan
akal kita untuk berpikir, untuk merenungkan apa yang telah Allah ciptakan, dan
dengan cara ini, agar kita beriman.
Kalian membuka keran ketika menginginkan air. Tetapi,
bisakah kalian berkata bahwa pipa-pipa atau keran itulah yang menyebabkan air
tercipta? Seperti halnya tombol tadi, keran hanyalah alat, bukan sebab.
Inilah pemahaman yang
harus kita miliki, dan ini juga menerangkan mengapa kita perlu berdoa kepada
Allah. Sebabnya adalah karena Allah-lah Yang menciptakan segalanya.
Jika kita buat daftar sebab-sebab kita perlu bersyukur
kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, daftar itu akan menghabiskan jutaan buku.
Oleh karena itulah, orang-orang di sekitarmu yang tidak menganggap penting hal
ini tidak akan pernah menggoyahkan kalian. Ketidakmampuan mereka untuk
menggunakan akal dan pengabaian mereka untuk berpikir dan merenung menyebabkan
mereka mengalami kekeliruan besar.
Allah memberi tahu kita tentang akibat akhir yang akan
diterima oleh orang-orang ini. Pahala dan siksa di akhirat disebabkan oleh cara
kita bertindak di dunia ini dan ada atau tidaknya perjuangan kita untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Setiap orang akan diberi balasan atas
perbuatannya di akhirat.
-
Bagaimana Cara Kita Berdoa?
Memikirkan kekuasaan
dan kebesaran Allah, merasa takut kepada-Nya dan berdoa dengan rendah hati dan
suara yang tidak terdengar oleh orang lain, adalah syarat doa. Allah memberi
tahu kita tentang cara berdoa di dalam Al Qur'an:
Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang yang melampaui batas. (QS Al-A’raaf: 55)
Berdoa tidaklah
terbatas pada tempat atau waktu tertentu saja. Kita bisa mengingat Allah dan
berdoa kepada-Nya kapan pun. Allah memerintahkan hal berikut ini dalam Al
Qur'an:
Yaitu
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan ketika berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya
Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia. Mahasuci
Engkau,, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali-Imran: 191)
Ingatlah
kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu. Dan bersyukurlah kepada-Ku,
dan janganlah kalian mengingkari nikmat-Ku. Hai
orang-orang yang beriman, jadikankah sholat sebagi penolongmu, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS al-Baqarah: 152-153)
Allah memberi kita contoh doa-doa dalam Al Qur'an.
Beberapa di antara doa-doa para nabi dan orang beriman difirmankan sebagai
berikut:
Nuh berkata, “Ya, Tuhanku. Sesungguhnya aku berlindung
kepada Engkau dari memohon tentang sesuatu yang tidak aku ketahui hakikatnya.
Dan seandainya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, niscaya aku akan termasuk
orang yang merugi. (QS Hud: 47)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim
meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya
Tuhan kami, terimalah dari kami (amal-amal kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya, Tuhan kami, jadikanlah kami berdua
orang-orang yang tunduk kepada Engkau, dan (jadikanlah) anak-anak cucu kami
umat yang tunduk kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Menerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah: 127-129)
[Yusuf berkata:] Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah
mennganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan, dan telah mengajarkan kepadaku
sebagian tabir mimpi. Ya,
Tuhanku, Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku di dunia dan di
akhirat. Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam, dan gabungkanlah aku
dengan orang-orang yang saleh. (QS Yusuf: 101)
[Sulaiman berkata:] “… Ya, Tuhanku, berilah aku ilham
untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan
kepada kedua ibu-bapakku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai. Dan masuklah aku dengan
rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (QS an-Naml: 19)
Katakanlah,
“Wahai Tuhan Yang mempunyai Kerajaan! Engkau berikan kerajaan kepada orang yang
Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau
Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS Ali Imran: 26)
Berkata Musa, “Ya, Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan
mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya
mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari
keluargaku, yaitu Harun saurdaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan
jadikanlah dia sekutu dalam urusanku supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau
dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Melihat keadaan kami. (QS
Thaha: 25-35)
Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk,
dan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya
berkata, “Ya, Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.
Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ya, Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau
masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia. Dan bagi orang-orang yang zalim
tidak ada seorang penolong pun.
Ya, Tuhan kami. Berilah kami apa yang telah Engkau
janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul engkau. Dan janganlah Engkau
hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi
janji-Mu.”
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka dengan
berfirman, ”Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal
di antara kalian, laki-laki maupun perempuan, kalian adalah setara dalam hal
ini...” (QS Al
'Imran: 191-195)
KEMATIAN DAN HIDUP SETELAH MATI
Ada
orang yang menganggap bahwa kematian adalah akhir segalanya. Padahal, kematian
hanyalah jembatan antara kehidupan di dunia dengan hidup di akhirat. Kematian
seolah pintu gerbang kehidupan setelah mati.
Di
seberang pintu gerbang ini, yaitu kehidupan di akhirat, kita akan memasuki
surga atau neraka tergantung pada iman kita yang murni pada keesaan Allah dan
ridha Allah atas amal perbuatan kita di dunia ini.
Kematian
hanyalah akhir dari suatu jangka waktu saja. Kematian sama dengan membunyikan
bel di sekolah, yang menandai berakhirnya ujian. Allah memberi jangka waktu
yang berbeda untuk menguji setiap manusia. Ada yang diberi waktu tiga puluh
tahun, ada pula yang menikmati hidup selama seratus tahun. Seperti halnya Allah
memutuskan tanggal lahir kita, yang merupakan awal ujian kita, Allah memutuskan
pula waktu berakhirnya jangka waktu tersebut. Dengan kata lain, hanya Allah yang
tahu pada umur berapa kalian akan meninggal.
Bagaimana
Seharusnya Kita Memikirkan Kematian?
Kematian,
yaitu berakhirnya masa ujian kita di dunia ini, adalah sumber kebahagiaan dan
kenikmatan bagi orang beriman. Kita hampir tidak pernah menyesali orang yang
berhasil melalui ujian, bukan? Merasa berduka karena seseorang meninggal sama
saja lucunya. Mungkin benar kalian kehilangan kerabat dekat atau seseorang yang
kalian cintai. Namun, orang yang beriman mengetahui bahwa kematian pasti
bukanlah perpisahan abadi, dan bahwa seseorang yang meninggal hanya sekadar
menyelesaikan masa ujian di dunia ini. Dia tahu bahwa di akhirat, Allah akan
mengumpulkan kaum Muslimin yang hidup menurut perintah-Nya dan memberi mereka
balasan surga. Dalam hal ini, mereka akan merasakan kebahagiaan besar, bukan
rasa penyesalan.
Allah bisa mengambil jiwa kita
kapan pun. Oleh sebab itu, kita harus berjuang untuk memperoleh ridha Allah.
Kesimpulannya, kematian
bukanlah akhir, melainkan sebuah gerbang yang mengantar kita menuju akhirat.
Kehidupan di akhirat adalah kehidupan sesungguhnya yang akan abadi, dan kita
perlu bersiap-siap untuk itu. Apakah kalian berpikir bahwa seseorang yang
menjalani ujian ingin tetap dalam ujian itu selamanya? Tentu tidak. Dia hanya
ingin menjawab pertanyaan dengan benar, lalu meninggalkan kelas.
Di dunia ini pun, seorang
manusia harus berjuang untuk melalui ujiannya, mendapatkan ridha Allah, dan
mencapai surga-Nya.
Dalam
dunia ini, tujuan terpenting manusia haruslah untuk mencintai Allah dan
mendapatkan ridha-Nya. Hal ini karena Allah, Yang Maha Penyayang, mencintai
kita dan melindungi kita di segala waktu. Salah satu ayat Al Qur'an, yang
menyebutkan perkataan salah seorang nabi, berbunyi:
“…Tuhanku adalah Pelindung segalanya.” (QS Hud: 57)
Akhirat
Allah
menggambarkan sifat sementara dunia ini dalam banyak ayat Al Qur'an dan
menegaskan bahwa tempat tinggal manusia yang sebenarnya adalah di akhirat.
Manusia yang diuji di dunia ini suatu hari akan diambil melalui kematian,
sehingga memulai kehidupan barunya di akhirat. Inilah hidup tanpa akhir. Di
kehidupan yang abadi, jiwa manusia tidak akan hilang. Allah menciptakan nikmat
yang tak terhingga di dunia ini. Dia menciptakan kehidupan di dunia ini untuk
melihat bagaimana kita berbuat untuk mensyukuri nikmat yang kita peroleh.
Sebagai pahala atau siksa, Allah juga menciptakan surga dan neraka.
Allah memberi tahu kita
bagaimana seseorang diberi balasan di akhirat, di hadapan Allah:
Barangsiapa
membawa amal yang baik maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya. Dan
barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan
melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak
dianiaya (dirugikan). (QS Al-An’am: 160)
Allah Maha Penyayang kepada manusia. Dia memberi mereka
pahala dengan berlimpah. Tetapi orang yang memperoleh siksa hanyalah dibalas
sesuai dengan kejahatan mereka. Allah tidak menzalimi siapa pun. Manusialah
yang mungkin memperlakukan orang lain dengan tidak adil. Di dunia ini,
seseorang yang berdosa bisa saja menipu atau menyesatkan orang lain, tetapi di
akhirat, jika dia tidak beriman kepada Allah dan keesaan-Nya, Allah pasti akan
menghukumnya, dan jika dia adalah seorang Muslim, Allah mungkin akan menghukum
atau memaafkannya. Allah Maha Melihat dan Mendengar segalanya, sehingga Dia
membalas segala perbuatan.
Surga dan Neraka
Surga dan neraka adalah dua
tempat terpisah. Di kedua tempat ini manusia akan menghabiskan kehidupannya
setelah mati. Al Qur'an-lah yang memberi kita informasi yang benar tentang
kedua tempat ini.
Kamu mungkin pernah pergi ke
daerah-daerah yang pemandangannya indah atau melihat adegan-adegan yang
menegangkan dalam film. Mungkin ada tempat-tempat yang tidak ingin kalian
tinggalkan. Surga tidak dapat dibandingkan keindahannya dengan tempat-tempat
apa pun yang kalian sebutkan itu. Makanan yang dinikmati orang-orang beriman
dalam surga jauh lebih lezat daripada makanan di dunia ini.
Allah, Pencipta segala
keindahan di dunia, memberi tahu kita bahwa Dia menciptakan keindahan yang jauh
lebih hebat di surga bagi orang-orang beriman yang ikhlas.
Kesulitan
di Dunia Ini Membuat Kita
Lebih
Memahami Keindahan Surga
Kita
mengalami berbagai kesulitan di dunia ini. Kita sakit, kita mengalami patah
tangan atau kaki, kita merasa sangat dingin atau panas, perut kita lapar, atau
kulit kita memar, dll. Lihatlah foto orang tua kalian yang masih muda, dan
pikirkanlah tentang wajah mereka sekarang. Kalian akan melihat perbedaan.
Allah khusus menciptakan
kelemahan seperti itu bagi manusia di dunia ini. Tak satu pun kelemahan itu
ditemukan di akhirat. Begitu kelemahan di dunia ini direnungkan, kita bisa
mengenal kehebatan surga dengan baik. Memasuki surga menghapus semua
penderitaan. Pikirkanlah hal-hal yang tidak kalian sukai di dunia ini... Di
akhirat, semua itu tidak akan ada lagi.
Surga dihias dengan
nikmat-nikmat yang paling disukai oleh manusia. Segala hal terbaik dari yang
kita makan dan minum di dunia ini ada di surga, dalam bentuk yang sempurna.
Manusia tidak pernah merasakan dingin atau panas di surga. Mereka tidak pernah
sakit, takut, berduka, atau menjadi tua. Kalian tidak akan menemukan orang
jahat di sana. Ini karena orang jahat, yaitu orang yang tidak percaya pada
Allah dan mengingkari-Nya, akan tinggal di neraka, tempat yang pantas buat
mereka. Orang-orang di surga berbicara dengan lemah lembut satu sama lain.
Mereka tidak pernah mengumpat, marah, berteriak, atau saling menyakiti. Seluruh
orang baik yang mempunyai keimanan sejati atas keesaan Allah, dan orang yang
beramal demi ridha Allah, sehingga pantas mendapat surga, akan berada di sana,
berkumpul sebagai teman selamanya.
Dari
Al Qur'an kita tahu bahwa hal-hal luar biasa terdapat dalam surga: kediaman
yang luar biasa, taman-taman yang teduh, dan sungai yang mengalir menambah
sukacita penghuni surga. Memang, apa yang telah kita gambarkan di atas belumlah
cukup untuk melukiskan nikmatnya surga. Keindahan surga berada di luar khayalan
kita.
Dalam
Al Qur'an, Allah memberi tahu kita bahwa dalam surga, manusia akan mendapatkan
lebih dari yang mereka pikirkan. Pikirkanlah sesuatu yang kamu ingin miliki
atau tempat yang ingin kalian kunjungi. Dengan kehendak Allah, kalian akan
mendapatkan semua itu dalam sekejap. Dalam satu ayat, Allah menyatakan bahwa:
…. Kalian akan memperoleh di dalamnya apa yang kalian
minta. (QS
Fussilat: 31)
Beberapa ayat dalam Al Qur'an yang menceritakan
keindahan surga adalah sebagai berikut:
Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang
bertakwa: Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan
baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai
khamar arak yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu
yang disaring, dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan
ampunan dari Tuhan mereka… (QS
Muhammad: 15)
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh,
sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi di dalam
surga, yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (QS Al-'Ankabut: 58)
(Bagi mereka) surga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di
dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang emas, serta dengan
mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera. (QS Fatir: 33)
Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang
dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat
yang teduh, bersandar di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh
buah-buahan dan memperoleh apa saja yang mereka minta. (QS Ya Sin: 55-57)
Di antara pohon bidara yang tidak
berduri, dan pohon pisang yang bersusun (buahnya), dan naungan yang terbentang
luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak pernah
berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal
lagi empuk. (QS Al-Waqi'ah: 28-34)
Allah juga memberi tahu kita
bahwa orang-orang yang pantas mendapatkan surga akan tinggal di dalamnya
selamanya:
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar
kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga. Mereka kekal di
dalamnya. (QS Al-A’raaf: 42)
Pada dasarnya, seorang yang beriman akan memperoleh
kesenangan karena mendapatkan ridha Allah. Mengetahui dan merasakan hal ini
adalah kesenangan terbesar yang kita rasakan di dunia.
Siksa
Neraka Akan Abadi Selamanya
Orang yang durhaka kepada Allah
dan menolak mengakui adanya Allah juga akan diberi balasan karena apa yang
mereka lakukan itu. Mereka tidak mengakui Allah dan tidak percaya bahwa
Allah-lah Yang telah menciptakan segalanya, dan mereka bersikap sombong, tidak
mampu melakukan ibadah yang diperintahkan kepada mereka, sehingga mereka
membangkang di dunia ini. Karena semua ini, mereka akan disiksa dalam neraka.
Beberapa orang melakukan
berbagai kejahatan di dunia ini. Ketika tidak ada orang yang melihat mereka,
mereka mungkin tidak akan dihukum. Tetapi orang-orang ini tidak tahu bahwa
Allah melihat mereka setiap waktu, dan Allah bahkan mengetahui pikiran mereka.
Setiap orang akan diberi
balasan atas perbuatan baik maupun jahat yang mereka lakukan. Allah memiliki
keadilan tak terbatas, dan dalam ayat-ayat Al Qur'an, Allah memberikan kabar
gembira, bahwa bahkan perbuatan sekecil apa pun akan diberi balasan yang
berlipat ganda. Allah juga memberi tahu kita bahwa manusia akan diberi pahala
jika mereka menyesal dan memohon ampun kepada-Nya. Akan tetapi, Allah mengancam
orang-orang yang tidak beriman kepada-Nya, tidak mau mematuhi perintah dalam Al
Qur'an, dan berpikir bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian.
Neraka adalah ganjaran untuk
orang-orang berdosa, dan orang-orang yang melakukan kesalahan karena durhaka
kepada Allah. Allah menggambarkan keadaan orang-orang ini dalam Al Qur'an
sebagai berikut:
(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai
permainan dan olok-olok, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Maka pada
hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan
mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat
Kami. (QS Al-A'raf: 51)
Di neraka, siksa yang
mengerikan, yang tidak bisa dibandingkan dengan rasa sakit seperti apa pun di
dunia ini, telah menunggu penghuni neraka. Neraka adalah tempat yang penuh
dengan api, rasa sakit, putus asa, dan ketidakbahagiaan. Penghuni neraka berdoa
kepada Allah dan memohon dikeluarkan dari neraka. Tetapi, begitu telah berada
di neraka, sudah terlambat untuk merasa sesal atau sedih. Telah dibahas di
depan tentang penyesalan yang dirasakan oleh Firaun. Allah memberi manusia
kesempatan hingga saat kematiannya. Tetapi, begitu ia meninggal dan memulai
kehidupan di akhirat, rasa sesal tidak akan lagi berguna.
Penghuni
neraka menjalani kehidupan yang jauh lebih buruk daripada kehidupan binatang.
Satu-satunya makanan yang mereka temui hanyalah buah dari duri pahit dan pohon
Zaqqum. Mereka meminum darah dan nanah. Dengan kulit mengelupas, daging
terbakar, dan darah berceceran di mana-mana, mereka menjalani kehidupan yang
menghinakan. Dengan tangan-tangan terikat pada leher mereka, mereka dimasukkan
ke tengah-tengah api. Bahkan, kehidupan seperti ini akan tetap abadi.
Banyak orang yang percaya bahwa
neraka hanyalah tempat sementara, dan bahwa ketika mereka telah disiksa karena
kesalahan mereka, mereka akan memasuki surga. Benar atau tidaknya hal ini
hanyalah diketahui oleh Allah, Yang memberi tahu kita tentang hal berikut ini
dalam Al Qur'an:
Mereka berada di dalam neraka yang tertutup rapat. (QS
Al-Balad: 20)
Hal itu adalah karena mereka mengaku, “Kami tidak akan
disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari yang bisa dihitung.”
Mereka teperdaya dalam agama mereka karena apa yang selalu mereka ada-adakan.
(QS Ali Imran: 24)
Akan tetapi, yang harus dilakukan oleh seorang Muslim yang
mengatahui kesalahannya dan perbuatannya yang keliru adalah menyesali semua
itu, berdoa, dan memohon pengampunan dari Allah. Dalam Al Qur'an, Allah memberi
tahu kita bahwa Allah mengampuni segala dosa asalkan kita bertobat. Ayat yang
menyatakannya adalah sebagai berikut:
Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap
diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha
Penyayang. (QS Az-Zumar: 53)
Manusia perlu
mengetahui kesalahannya dan meminta pengampunan dari Allah untuk menghindari
sesal yang tak berkesudahan di akhirat, dan untuk menyelamatkan diri mereka
dari siksa yang tak tertahankan di neraka.
KESIMPULAN
Anak-anak tersayang! Dalam buku ini kita telah membahas
hal-hal paling penting dan mendasar dalam kehidupan kita. Kita telah membahas
pertanyaan seperti, ”Apakah tujuan hidup kita?” ”Seperti apa perbuatan kita
yang dikehendaki oleh Allah, Yang telah menciptakan kita dan segala hal di
sekitar kita?” ”Apakah tanggung jawab kita terhadap Pencipta kita?” ”Seperti
apakah kehidupan di akhirat?” ”Mengapa kita harus takut masuk neraka,” dan
sebagainya.
Harapan kami, kalian akan memikirkan
pertanyaan-pertanyaan ini dengan seksama. Sekarang, kalian masih sangat muda,
tetapi jangan lupa bahwa suatu hari kalian juga akan menjadi orang tua.
Mungkin ada orang di sekitar kalian yang memberi tahu
kalian bahwa kalian terlalu muda untuk memikirkan kematian. Tetapi kalian harus
mencamkan bahwa tidak ada yang tahu kapan kematian akan datang pada kalian.
Kalian mungkin akan meninggal satu hari atau sepuluh tahun lagi. Ketika kalian
memikirkan semua ini, kalian akan segera mengetahui bahwa buang-buang waktu itu
percuma.
Jangan lupa bahwa kalian selalu bisa memberi alasan
untuk segala hal. Kalian bahkan bisa meyakinkan orang lain. Tetapi dalam
kehidupan di akhirat yang segera dimulai setelah mati, kalian tidak akan bisa
memberi alasan apa pun untuk kesalahan dan dosa yang kalian lakukan di hadapan
Allah, Yang Maha Mengetahui dan Melihat segala sesuatu.
Oleh sebab itu,
kalian harus memikirkan hal ini. Jangan buang waktu lagi, dan mulailah berusaha
keras menjadi orang yang dicintai oleh Allah.
…“Mahasuci Engkau! Kami tidak mengetahui
apa-apa selain dari yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Al-Baqara: 32)
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.