Harun Yahya
Judul Asli
Allah Is Known
Through Reason
Penulis
Harun Yahya
Penerjemah
Muhammad Shodiq, S.Ag.
E-Mail: muhshodiq@yahoo.com
Bagian Satu
Fakta Penciptaan dalam Sorotan Bukti Ilmiah
Bab 1
PENDAHULUAN
Lihatlah
sekeliling anda dari tempat duduk anda. Akan anda dapati bahwa segala sesuatu
di ruang ini adalah “buatan”: dindingnya, pelapisnya, atapnya, kursi tempat
duduk anda, gelas di atas meja dan pernak-pernik tak terhitung lainnya. Tidak
ada satu pun yang berada di ruang anda dengan kehendak mereka sendiri. Gulungan
tikar sederhana pun dibuat oleh seseorang: mereka tidak muncul dengan spontan
atau secara kebetulan.
Orang yang
hendak membaca buku mengetahui bahwa buku ini ditulis oleh pengarangnya karena
alasan tertentu. Tak pernah terpikir olehnya bahwa barangkali buku ini muncul
secara kebetulan. Begitu pula, orang yang memandang suatu pahatan tidak sangsi
sama sekali bahwa pahatan ini dibuat oleh seorang pemahat. Hal ini bukan
mengenai karya seni saja: batu bata yang bertumpukan pun pasti dikira oleh
siapa saja bahwa tumpukan batu bata sedemikian itu disusun oleh seseorang
dengan rencana tertentu. Karena itu, di mana saja yang terdapat suatu
keteraturan—entah besar entah kecil—pasti ada penyusun dan pelindung
keteraturan ini. Jika pada suatu hari seseorang berkata dan menyatakan bahwa
besi mentah dan batu bara bersama-sama membentuk baja secara kebetulan, yang
kemudian membentuk Menara Eiffel secara lagi-lagi kebetulan, tidakkah ia dan
orang yang mempercayainya akan dianggap gila?
Pernyataan
teori evolusi, suatu metode unik penyangkal keberadaan Allah, tidak berbeda
daripada ini. Menurut teori ini, molekul-molekul anorganik membentuk asam-asam
amino secara kebetulan, asam-asam amino membentuk protein-protein secara
kebetulan, dan akhirnya protein-protein membentuk makhluk hidup secara
lagi-lagi kebetulan. Akan tetapi, kemungkinan pembentukan makhluk hidup secara
kebetulan ini lebih kecil daripada kemungkinan pembentukan Menara Eiffel dengan
cara yang serupa, karena sel manusia bahkan lebih rumit daripada segala
struktur buatan manusia di dunia ini.
Bagaimana
mungkin mengira bahwa keseimbangan di dunia ini timbul secara kebetulan bila
keserasian alam yang luar biasa ini pun bisa teramati dengan mata telanjang?
Pernyataan bahwa alam semesta, yang semua unsurnya menyiratkan keberadaan
Penciptanya, muncul dengan kehendaknya sendiri itu tidak masuk akal.
Karena itu,
pada keseimbangan yang bisa dilihat di mana-mana dari tubuh kita sampai
ujung-ujung terjauh alam semesta yang luasnya tak terbayangkan ini pasti ada
pemiliknya. Jadi, siapakah Pencipta ini yang mentakdirkan segala sesuatu secara
cermat dan menciptakan semuanya?
Ia tidak
mungkin zat material yang hadir di alam semesta ini, karena Ia pasti sudah ada
sebelum adanya alam semesta dan menciptakan alam semesta dari sana. Pencipta
Yang Mahakuasa ialah yang mengadakan segala sesuatu, sekalipun keberadaan-Nya
tanpa awal atau pun akhir.
Agama
mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaannya kita temukan melalui
akal kita. Melalui agama yang diungkapkan kepada kita, kita tahu bahwa Dia itu
Allah, Maha Pengasih dan Maha Pemurah, Yang menciptakan langit dan bumi dari
kehampaan.
Meskipun
kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk memahami kenyataan ini, mereka
menjalani kehidupan tanpa menyadari hal itu. Bila mereka memandang lukisan
pajangan, mereka takjub siapa pelukisnya. Lalu, mereka memuji-muji senimannya
panjang-lebar perihal keindahan karya seninya. Walau ada kenyataan bahwa mereka
menghadapi begitu banyak keaslian yang menggambarkan hal itu di sekeliling
mereka, mereka masih tidak mengakui keberadaan Allah, satu-satunya pemilik
keindahan-keindahan ini. Sesungguhnya, penelitian yang mendalam pun tidak
dibutuhkan untuk memahami keberadaan Allah. Bahkan seandainya seseorang harus
tinggal di suatu ruang sejak kelahirannya, pernak-pernik bukti di ruang itu
saja sudah cukup bagi dia untuk menyadari keberadaan Allah.
Tubuh manusia
menyediakan begitu banyak bukti yang mungkin tidak terdapat di berjilid-jilid
ensiklopedi. Bahkan dengan berpikir beberapa menit saja mengenai itu semua
sudah memadai untuk memahami keberadaan Allah. Tatanan yang ada ini dilindungi
dan dipelihara oleh Dia.
Tubuh manusia
bukan satu-satunya bahan pemikiran. Kehidupan itu ada di setiap milimeter
bidang di bumi ini, entah bisa diamati oleh manusia entah tidak. Dunia ini
mengandung begitu banyak makhluk hidup, dari organisme uniseluler hingga
tanaman, dari serangga hingga binatang laut, dan dari burung hingga manusia.
Jika anda menjumput segenggam tanah dan memandangnya, di sini pun anda bisa
menemukan banyak makhluk hidup dengan karakteristik yang berlainan. Di kulit
anda pun, terdapat banyak makhluk hidup yang namanya tidak anda kenal. Di isi
perut semua makhluk hidup terdapat jutaan bakteri atau organisme uniseluler
yang membantu pencernaan. Populasi hewan di dunia ini jauh lebih banyak
daripada populasi manusia. Jika kita juga mempertimbangkan dunia flora, kita
lihat bahwa tidak ada noktah tunggal di bumi ini yang tidak mengandung kehidupan.
Semua makhluk ini yang tertebar di suatu bidang seluas lebih daripada jutaan
kilometer persegi itu mempunyai sistem tubuh yang berlainan, kehidupan yang
berbeda, dan pengaruh yang berbeda terhadap keseimbangan lingkungan. Pernyataan
bahwa semua ini muncul secara kebetulan tanpa maksud atau pun tujuan itu
gila-gilaan. Tidak ada makhluk hidup yang muncul melalui kehendak atau upaya
mereka sendiri. Tidak ada peristiwa kebetulan yang bisa menghasilkan
sistem-sistem yang serumit itu.
Semua bukti
ini mengarahkan kita ke suatu kesimpulan bahwa alam semesta berjalan dengan
“kesadaran” (consciousness) tertentu. Lantas, apa sumber kesadaran ini?
Tentu saja bukan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya. Tidak ada satu pun
yang menjaga keserasian tatanan ini. Keberadaan dan keagungan Allah mengungkap
sendiri melalui bukti-bukti yang tak terhitung di alam semesta. Sebenarnya,
tidak ada satu orang pun di bumi ini yang tidak akan menerima kenyataan bukti
ini dalam hati sanubarinya. Sekalipun demikian, mereka masih mengingkarinya "secara
lalim dan angkuh, kendati hati sanubari mereka meyakininya"
sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. (Surat an-Naml, 14)
Buku ini
ditulis untuk menunjukkan kenyataan yang diingkari oleh sebagian orang ini
karena keberadaannya asing menurut perhatian mereka, dan juga untuk membongkar
penipuan dan penyimpulan jahiliyah yang menjadi sandaran mereka. Karena inilah
maka banyak persoalan yang ditelaah di buku ini.
Orang yang
membaca buku ini akan segera lebih mengamati bukti-bukti keberadaan Allah yang
tak terbantah dan menyaksikan bahwa keberadaan Allah mencakup segala benda:
“akal” mengetahui hal ini. Sebagaimana Ia menciptakan tatanan yang menyeluruh
ini, Dialah yang juga memeliharanya dengan tak henti-hentinya.
Bab 2
ADA DARI TIADA
Pertanyaan tentang bagaimana alam semesta berasal,
ke mana bergeraknya, dan bagaimana hukum-hukum mempertahankan keteraturan dan
keseimbangan selalu menjadi topik yang menarik. Para ilmuwan dan pakar membahas
subyek ini dengan tiada henti dan telah menghasilkan beberapa teori.
Teori yang
berlaku sampai awal abad ke-20 ialah bahwa alam semesta mempunyai ukuran yang
tidak terbatas, ada tanpa awal, dan bahwa terus ada untuk selama-lamanya.
Menurut pandangan ini, yang disebut ‘model alam semesta statis’, alam semesta
tidak mempunyai awal ataupun akhir.
Dengan
mengacu filsafat materialis, pandangan ini menolak adanya
Pencipta seraya masih berpendapat bahwa alam semesta merupakan sekumpulan zat
yang konstan, stabil, dan tidak berubah.
Materialisme
ialah sistem pemikiran yang menganggap bahwa zat itu merupakan suatu makhluk
yang mutlak dan menolak segala keberadaan kecuali keberadaan zat. Dengan
berakar pada filsafat Yunani Kuno dan semakin diterimanya materialisme
ini di abad ke-19, sistem pemikiran ini menjadi terkenal dalam bentuk
materialisme dialektis Karl Marx.
Seperti
yang telah kita nyatakan tadi, model alam semesta abad ke-19 menyiapkan
landasan bagi filsafat materialis. George Politzer, dalam bukunya yang berjudul
Principes Fondamentaux de Philosophie, menyatakan berdasarkan model alam
semesta statis bahwa "alam semesta bukan merupakan obyek yang
diciptakan", dan katanya lagi:
Kalau
begitu, alam semesta pasti diciptakan sekaligus oleh Tuhan dan dijadikan dari
ketiadaan. Untuk menghasilkan ciptaan, maka di tempat pertama, Penciptanya
harus menghasilkan keberadaan tersebut pada waktu alam semesta tidak ada, dan
bahwa segala sesuatu muncul dari ketiadaan. Inilah yang tidak dapat dijelaskan
oleh ilmu pengetahuan.1
Ketika
Politzer menyatakan bahwa alam semesta tidak terbuat dari sesuatu yang tidak
ada, ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19 tersebut, dan mengira
bahwa ia berpandangan ilmiah. Namun begitu, berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi memutarbalikkan konsep-konsep lama seperti model alam semesta statis
yang menjadi dasar bagi ilmuwan yang menganut materialisme. Kini, di awal abad
ke-21, dengan eksperimen, observasi dan perhitungan, fisika modern telah
membuktikan bahwa alam semesta memiliki suatu awal dan diciptakan dari
ketiadaan melalui ledakan dahsyat.
Bahwa
alam semesta memiliki suatu awal berarti
kosmos bukan dihasilkan dari sesuatu yang tidak ada, melainkan diciptakan. Jika
ciptaan itu ada (yang sebelumnya tidak ada), maka tentu saja ada Pencipta alam
semesta. Ada dari tiada ialah sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh benak
manusia. (Manusia tidak dapat memahaminya karena tidak berkesempatan untuk
mengalaminya). Karena itu, ada dari tiada itu sama sekali bukan pengumpulan
obyek-obyek untuk membentuk obyek baru sekaligus (seperti karya seni atau
penemuan teknologi). Alam semesta sendiri merupakan ayat Allah yang menciptakan
segalanya sekali-jadi dan dalam satu peristiwa saja dengan sempurna, karena
benda-benda yang diciptakan itu sebelumnya tidak bercontoh dan bahkan tidak ada
waktu dan ruang untuk menciptakannya.
Munculnya
alam semesta dari tiada menjadi ada tersebut merupakan bukti terbesar
diciptakannya alam semesta. Mempelajari fakta ini akan mengubah banyak hal. Ini
membantu manusia memahami arti kehidupan dan memperbaiki sikap dan tujuannya.
Karena itu, banyak kalangan ilmuwan berupaya mengabaikan fakta penciptaan yang
tidak dapat mereka pahami sepenuhnya, meskipun buktinya jelas bagi mereka.
Kenyataan bahwa semua bukti ilmiah mengarah pada keberadaan Pencipta telah
memaksa mereka untuk mencari alternatif-alternatif yang bagi alam pikiran orang
awam membingungkan. Meskipun demikian, bukti ilmu pengetahuan sendiri
jelas-jelas mengakhiri perjalanan teori-teori ini.
Kini, mari
kita pelajari sekilas proses perkembangan ilmiah terjadinya alam semesta.
MELUASNYA ALAM SEMESTA
Di tahun
1929, di Observatorium California Mount Wilson, Astronom berkebangsaan
Amerika Edwin Hubble menghadirkan salah satu penemuan terbesar dalam sejarah
astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia dapati
bahwa cahaya dari bintang-bintang itu berubah ujung spektrumnya menjadi
merah dan bahwa perubahan ini lebih memperjelas bahwa itu bintang-bintang yang
menjauh dari bumi. Penemuan ini berpengaruh bagi dunia ilmu pengetahuan, karena
menurut aturan ilmu fisika yang sudah diakui, spektrum cahaya berkedip-kedip
yang bergerak mendekati tempat observasi tersebut cenderung mendekati warna
lembayung, sedangkan spektrum cahaya berkerlap-kerlip yang menjauh dari tempat
observasi itu cenderung mendekati warna merah. Artinya, bintang-bintang itu
menjauh dari kita secara tetap.
Lama
sebelumnya, Hubble menemukan penemuan lain yang sangat penting: Bintang dan
galaksi bergerak menjauh bukan hanya dari kita, tetapi juga saling menjauh.
Satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu alam semesta di mana
semua bintang dan galaksi menjauh dari bintang dan galaksi lain adalah bahwa
alam semesta ‘bertambah luas’ secara tetap.
Untuk
lebih memahaminya, alam semesta dapat dianggap sebagai permukaan balon yang
meledak. Karena bagian-bagian di permukaan balon ini saling memisah sebagai
akibat dari pemompaan atau penggelembungan, hal ini berlaku juga untuk
obyek-obyek di ruang angkasa yang saling memisah sebagai akibat dari terus
bertambah luasnya alam semesta.
Sebenarnya,
teori ini telah ditemukan jauh sebelumnya. Albert Einstein, yang dianggap
merupakan ilmuwan terbesar abad 20, telah menyimpulkan dalam teori fisikanya
setelah melalui perhitungan yang cermat bahwa alam semesta itu dinamis dan
tidak statis. Namun bagaimanapun, ia telah meletakkan penemuannya bukan untuk
bertentangan dengan teori model alam semesta statis yang sudah diakui luas di
zamannya. Einsten kemudian mengidentifikasi tindakannya itu sebagai kesalahan
terbesar sepanjang karir keilmuwanannya. Sesudah itu, menjadi jelas melalui
pengamatan Hubbles bahwa alam semesta bertambah luas.
Jadi, apa
yang penting dari fakta bahwa alam semesta bertambah luas terhadap proses
terjadinya alam semesta?
Alam
semesta yang bertambah luas itu menunjukkan bahwa jika alam semesta dapat
bergerak mundur dalam hal waktu, maka alam semesta terbukti berasal dari ‘titik
tunggal’. Perhitungan menunjukkan bahwa titik tunggal ini yang mengandung
pengertian semua zat atau materi yang ada di alam semesta mempunyai ‘volume
nol’ dan ‘kerapatan yang tak terbatas’. Alam semesta terjadi karena adanya
ledakan dari titik tunggal yang bervolume nol ini. Ledakan yang luar biasa
dahsyatnya yang disebut Ledakan Dahsyat ini menandai awal dimulainya alam
semesta.
KETERANGAN HALAMAN 17
Edwin
Hubble, di dekat teleskop raksasanya.
|
‘Volume
nol’ merupakan satuan teoretis yang digunakan untuk tujuan pemaparan. Ilmu
pengetahuan dapat menetapkan konsep ‘ketidakadaan’, yang berada di luar
jangkauan batas-batas pemahaman manusia, dengan hanya mengungkapkannya sebagai
‘suatu titik yang bervolume nol’. Alam semesta muncul dari ‘ketidakadaan’.
Dengan kata lain, alam semesta itu diciptakan.
KETERANGAN HALAMAN 18
Di sini
ditunjukkan perbedaan berbagai galaksi yang letaknya jauh yang cenderung
mendekati warna merah. Garis vertikal di bagian atas menunjukkan bagian
tertentu spektrum. Di spektrum-spektrum lain, titik ini cenderung mengarah ke
kanan sejauh arah anak panah horisontal. Kecenderungan mendekati merah ini,
yang menunjukkan jauhnya, semakin nyata bila galaksi bergerak semakin
jauh dari bumi.
|
Teori
Ledakan Dahsyat itu menunjukkan bahwa pada awalnya, semua obyek di alam semesta
merupakan satu bagian dan kemudian terpisah-pisah. Kenyataan ini, yang
ditunjukkan dengan teori Ledakan Dahsyat, dinyatakan dalam Al-Qur'an 14 abad
lalu, ketika manusia masih memiliki pengetahuan yang amat terbatas tentang alam
semesta:
Tidakkah
orang-orang kafir mengerti bahwa langit dan bumi semula berpadu (sebagai satu
kesatuan dalam penciptaan), lalu keduanya Kami pisahkan? Dari air Kami jadikan
segalanya hidup. Tidakkah mereka mau beriman juga? (Surat al-Anbiyaa’, 30)
Seperti
yang dinyatakan dalam ayat tersebut, apa saja, bahkan di ‘langit dan bumi’ yang
belum tercipta sekalipun, diciptakan dengan suatu Ledakan Dahsyat dari suatu
titik tunggal, dan membentuk alam semesta yang sekarang ini dengan saling
terpisah.
Jika kita bandingkan pernyataan ayat itu dengan teori Ledakan
Dahsyat, maka kita mengetahui bahwa ayat itu sepenuhnya cocok dengan teori
tersebut. Namun, baru pada abad ke-20, Ledakan Dahsyat dikemukakansebagai teori
ilmiah.
KETERANGAN HALAMAN 19
Riset
menunjukkan bahwa bintang-bintang dan galaksi-galaksi bergerak menjauh dari
kita dan saling menjauh; maksudnya, alam semesta ini meluas. Ini menyiratkan
bahwa alam semesta terbukti berawal dari satu titik tunggal di masa lalu.
|
Meluasnya
alam semesta itu merupakan salah satu bukti
terpenting bahwa alam semesta diciptakan dari ketidakadaan. Meskipun kenyatan
ini tidak ditemukan oleh ilmu pengetahuan sampai abad ke-20, Allah telah
menjelaskan kepada kita kenyataan ini dalam Al-Qur'an, 1.400 tahun silam:
Dengan
kekuasaan Kami membangun cakrawala, dan Kami yang menciptakan angkasa luas.
(Surat adz-Dzaariyaat, 47)
MENCARI ALTERNATIF PENGGANTI TEORI LEDAKAN DAHSYAT
Seperti
yang jelas terlihat, teori Ledakan Dahsyat membuktikan bahwa alam semesta
‘diciptakan dari ketiadaan’, dengan kata lain, diciptakan oleh Allah. Karena
alasan inilah, para astronom penganut materialisme tetap bersikukuh
mempertahankan teori Ledakan Dahsyat dan teori keadaan-tetap. Hal ini
ditunjukkan oleh A. S. Eddington, seorang pakar fisika terkemuka penganut
materialisme: "Secara filosofis, saya tidak menyukai gagasan tentang
permulaan yang spontan untuk tataalam yang sekarang ini."2
Salah
seorang yang terusik dengan teori Ledakan Dahsyat itu ialah Sir Fred Hoyle.
Pada pertengahan abad ke-20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut
keadaan-tetap yang mirip dengan pendekatan tentang alam semesta yang bersifat
tetap pada abad ke-19. Teori keadaan-tetap berpendapat bahwa ukuran alam
semesta tidak terbatas dan waktunya kekal. Dengan satu-satunya tujuan yang
mengakui filsafat materialisme, teori ini sepenuhnya berbeda dengan teori
Ledakan Dahsyat, yang berasumsi bahwa alam semesta mempunyai permulaan.
Para
pembela teori keadaan-tetap itu menentang teori Ledakan Dahsyat dalam waktu
yang lama. Namun demikian, teori-teori itu berlawanan dengan ilmu pengetahuan.
Sebaliknya,
sebagian ilmuwan sedang mencari jalan untuk mengembangkan
alternatif-alternatif.
Di tahun
1948, George Gamov muncul dengan gagasan lain tentang teori
Ledakan Dahsyat itu. Ia menyatakan bahwa setelah terbentuknya alam semesta
melalui peledakan dahsyat, ada radiasi yang melimpah di alam semesta yang
tertinggal karena peledakan ini. Lagipula, radiasi ini tersebar merata di alam
semesta.
Bukti yang
‘mestinya telah ada ini’ akan segera ditemukan.
SATU BUKTI LAGI: RADIASI LATAR KOSMOS
Di tahun
1965, dua peneliti, Arno Penzias dan Robert Wilson, secara kebetulan menemukan
gelombang-gelombang ini. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi kosmos’, tampaknya
tidak dipancarkan dari sumber tertentu, tetapi merembesi seluruh ruang angkasa.
Jadi, panas gelombang yang diradiasikan secara merata dari sekeliling ruang
angkasa itu tertinggal sisanya dari tahap awal Ledakan Dahsyat. Penzias dan
Wilson mendapat penghargaan Nobel atas penemuan ini.
Di
tahun 1989, NASA mengirim Satelit Cosmic Background Explorer (COBE)
ke ruang angkasa untuk meneliti radiasi latar kosmos. Hanya membutuhkan delapan
menit, scanner-scanner salelit ini menguatkan pengukuran dari
Penzias dan Wilson. COBE telah menemukan sisa dari Ledakan Dahsyat yang terjadi
pada awal-mula alam semesta.
Karena
dianggap sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, kesimpulan ini
secara eksplisit membuktikan teori Ledakan Dahsyat. Dari ruang angkasa dikirim
temuan dari satelit COBE 2 setelah satelit COBE menjelaskan perhitungannya
dengan cermat berdasarkan teori Ledakan Dahsyat itu.
Sebuah
bukti lain yang penting untuk Ledakan
Dahsyat itu ialah jumlah hidrogen dan helium di
ruang angkasa. Dalam hitungan terakhir, konsentrasi hidrogen-helium di alam
semesta sesuai dengan perhitungan konsentrasi hidrogen-helium yang merupakan
sisa dari Ledakan Dahsyat itu. Jika alam
semesta tidak mempunyai permulaan dan jika alam semesta ada
karena keabadian ada, maka unsur hidrogennya sepenuhnya telah digunakan dan
diubah ke helium.
Semua
bukti ini menyebabkan teori Ledakan Dahsyat diterima oleh para ilmuwan. Model
ledakan dahsyat itu merupakan bagian terakhir yang dicapai oleh ilmu
pengetahuan berkenaan dengan terbentuknya dan dimulainya alam semesta.
Dengan
mempertahankan teori keadaan-tetap yang juga sejalan dengan gagasan Fred Hoyle
selama bertahun-tahun, Dennis Sciama menguraikan pandangan akhir yang mereka
capai setelah terungkapnya semua bukti tentang teori Ledakan Dahsyat. Sciama
menyatakan bahwa ia turut mengambil bagian dalam perdebatan sengit antara yang
mempertahankan teori keadaan-tetap dan yang menolaknya. Ia mencetuskan bahwa ia
membela teori keadaan-tetap, bukan karena menganggapnya sahih, melainkan karena
menghendakinya sahih. Fred Hoyle bergeming terhadap semua keberatan ketika
bukti-bukti terhadap teori ini mulai terbuka. Sciama sendiri mula-mula sejalan
dengan Hoyle tetapi kemudian, karena bukti-bukti mulai semakin tampak dan
menumpuk, ia menerima bahwa permainan telah berakhir dan bahwa teori
keadaan-tetap harus ditolak.3
Prof.
George Abel dari Universitas California menyatakan juga bahwa bukti mutaakhir
yang tersedia menunjukkan bahwa alam semesta dimulai milyaran tahun silam
dengan Ledakan Dahsyat. Ia mengakui tidak ada pilihan lain kecuali menerima
teori Ledakan Dahsyat itu.
Dengan
diterimanya teori Ledakan Dahsyat, konsep
‘zat kekal’ yang merupakan dasar filosofi materialisme terlempar jauh ke
dalam tumpukan sampah sejarah. Lantas, apa yang terjadi sebelum Ledakan Dahsyat
dan kekuatan apa yang menyebabkan alam semesta ‘ada’ dengan melalui adanya
ledakan dahsyat itu ketika alam semesta ‘tidak ada’? Pertanyaan ini
tentunya menyiratkan, menurut kata-kata Arthur Eddington, fakta yang
‘secara filosofis kurang menyenangkan’, yaitu adanya Sang Pencipta. Filosof
ateis masyhur Antony Flew berkomentar perihal ini:
Pengakuan
itu baik bagi rohani. Karena itu, saya akan mengawalinya dengan
mengakui bahwa kaum ateis itu harus malu dengan konsensus mengenai kosmologi
saat ini. Untuk itu, para kosmolog perlu memberi bukti ilmiah tentang apa yang
St. Thomas nyatakan tidak terbukti menurut filsafat, yaitu bahwa alam semesta
memiliki suatu awal. Jadi, selama alam semesta dianggap ada bukan hanya tanpa
akhir melainkan juga tanpa permulaan, akan mudah dikemukakan opini bahwa
keberadaan tampilannya, dan apa pun yang pada temuannya menjadi ciri atau sifat
yang paling mendasar, sepatutnya diterima sebagai penjelasan akhir. Meskipun
saya yakin bahwa teori keadaan-tetap masih benar, mempertahankannya dalam
menghadapi teori Ledakan Dahsyat tentunya tidak mudah dan tidak menyamankan.4
Sebagian
ilmuwan yang tidak mengkondisikan mereka sendiri untuk menjadi ateis telah
mengakui adanya peranan Pencipta Yang Maha Kuasa dalam menciptakan alam
semesta. Sang Pencipta ini pasti merupakan sesuatu Yang telah menciptakan
baik zat (materi) maupun waktu, tetapi Yang tidak terpengaruh oleh keduanya.
Astrofisikawan terkenal Hugh Ross mengakui hal ini dengan menuturkan:
Jika
permulaan waktu bersamaan dengan awal keberadaan alam semesta, seperti
teorema-angkasa jelaskan, maka penyebab alam semesta harus merupakan kesatuan
yang berfungsi dalam suatu dimensi waktu yang sepenuhnya terpisah dan sudah ada
sebelumnya terhadap dimensi waktu kosmos. Kesimpulan ini sangat penting untuk
pemahaman kita tentang Siapa Tuhan dan Siapa atau Apa yang bukan Tuhan. Tuhan
bukan alam semesta sendiri, dan tidak terkandung dalam alam semesta.5
Zat dan
waktu diciptakan oleh Tuhan Yang Mahakuasa yang tidak bergantung pada semua
pernyataan ini. Sang Pencipta ini ialah Allah, Yang merupakan Pemilik atau
Penguasa langit dan bumi.
SANGAT SEIMBANG DI ANGKASA
Sebenarnya,
teori ledakan dahsyat lebih menyulitkan penganut materialisme daripada si
filosof ateis, Antony Flew. Ini karena ledakan dahsyat itu bukan hanya
membuktikan bahwa alam semesta diciptakan dari sesuatu yang tidak ada, tetapi
juga bahwa alam semesta diadakan dengan cara yang sangat terencana, sistematis
dan terkontrol.
Ledakan
Dahsyat terjadi dengan ledakan dari titik yang berisikan semua zat dan energi
dari alam semesta dan tersebar di ruang angkasa ke segala arah dengan kecepatan
yang luar biasa. Lepas dari zat dan energi ini, terjadi keseimbangan luar biasa
yang berisikan galaksi, bintang, matahari, bumi dan semua benda langit lainnya.
Selanjutnya, terbentuklah hukum yang disebut ‘hukum fisika’, yang sama di
seluruh penjuru alam semesta dan tidak berubah. Semua ini menunjukkkan bahwa
tata aturan yang sempurna muncul setelah terjadinya Ledakan Dahsyat.
Akan
tetapi, ledakan ini tidak menghasilkan tatanan. Semua ledakan yang bisa diamati
ini cenderung berbahaya, menceraiberaikan dan merusak apa yang sudah ada.
Contohnya, ledakan atom dan hidrogen, ledakan dinamit, ledakan gunung berapi,
ledakan gas alam, ledakan matahari: semua ledakan ini memiliki pengaruh yang
merusak.
Jika kita
mengetahui tatanan yang terperinci setelah terjadinya suatu ledakan--contohnya,
jika ledakan di bawah tanah memunculkan karya seni yang sempurna, istana yang
megah, atau rumah yang mengesankan--maka kita bisa berkesimpulan bahwa ada
campur tangan ‘supranatural’ di belakang ledakan ini dan bahwa semua
bagian-bagian yang tersebar karena ledakan itu bergerak dengan cara yang sangat
tidak terkontrol.
Kutipan
dari Sir Fred Hoyle, yang mengakui kesalahannya itu setelah bertahun-tahun
menentang teori Ledakan Dahsyat, mengungkapkan situasi ini dengan sangat baik:
Teori ledakan dahsyat berpendapat bahwa alam semesta
dimulai dengan suatu ledakan tunggal. Tetapi seperti yang dapat
dilihat di bawah ini, suatu ledakan hanya
memisahkan zat, sedangkan ledakan dahsyat secara misterius menghasilkan
pengaruh yang bertolak belakang--dengan zat yang menumpuk atau menyatu bersama-sama
dalam bentuk galaksi-galaksi.6
Seraya
menyatakan bahwa penunaian keteraturan Ledakan Dahsyat itu tidak bersesuaian,
ia secara yakin menafsirkan ledakan dahsyat dengan bias materialistik dan
menganggap bahwa ini merupakan ‘ledakan yang tak terkontrol’. Ia pada
kenyataanya merupakan orang yang bersifat kontradiktif-sendiri dengan begitu
saja membuat pernyataan sedemikian itu untuk menolak keberadaan Sang Pencipta.
Alasan kita, jika tata aturan yang luar biasa itu muncul dengan suatu ledakan,
maka konsep “ledakan yang tak terkendali” sebaiknya dikesampingkan, dan
harus diterima bahwa ledakan tersebut dikendalikan secara luar biasa.
Segi lain
dari tatanan luar biasa yang terbentuk pada alam semesta yang melalui Ledakan
Dahsyat ini ialah penciptaan ‘alam yang dapat dihuni’. Syarat pembentukan
planet yang dapat dihuni ini begitu banyak dan begitu rumit sehingga hampir tak
mungkin terbayang bahwa pembentukan planet ini secara kebetulan.
Paul Davies, profesor masyhur fisika teoretis,
menghitung seberapa ‘baik penyetelan’ langkah peluasan setelah
terjadi Ledakan Dahsyat, dan ia mendapatkan kesimpulan yang menakjubkan.
Menurut Davies, jika tingkat peluasan setelah terjadinya Ledakan Dahsyat itu
berbeda walau hanya dengan rasio 1 : 1.000.000.000², maka tidak akan
terbentuk bintang yang dapat dihuni:
Pengukuran secara cermat menghasilkan angka peluasan yang
sangat mendekati nilai kritis di mana alam semesta akan melepaskan gravitasinya
sendiri dan bertambah luas selama-lamanya. Bila diperpelan sedikit, kosmos
ini akan jatuh; bila dipercepat sedikit, bahan-bahan kosmos tersebut
akan sepenuhnya terpencar. Lantas yang menarik adalah pertanyaan seberapa
rumitkah tingkat pertambahan luas ‘disetel dengan baik’ supaya tiba pada garis
pembagi yang tipis di antara dua bencana alam itu. Jika pada waktu I S
(pada waktu terbentuk pola pertambahan luas) tingkat ekspansinya berselisih
dari nilai sebenarnya sampai lebih dari 10-18 kali, maka ini sudah memadai
untuk membatalkan keseimbangan yang rumit itu. Jadi, daya ledak alam semesta
ini bersesuaian dengan akurasi gaya gravitasinya yang luar biasa. Ledakan
dahsyat ini ternyata bukan ledakan kolot, tetapi ledakan yang besarnya tertata
dengan tajam dan sangat indah.7
Hukum
fisika yang muncul bersamaan dengan teori Ledakan
Dahsyat itu tidak berubah selama jangka waktu 15 milyar tahun. Selanjutnya,
hukum-hukum ini berlandaskan pada perhitungan yang begitu seksama sehingga
selisih satu milimeter pun dari nilai yang berlaku dapat menyebabkan
penghancuran struktur dan konfigurasi alam semesta.
Fisikawan
terkenal Prof. Stephen Hawking menyatakan dalam bukunya, A Brief History of
Time, bahwa alam semesta tersusun berdasarkan pada perhitungan dan
keseimbangan yang tersetel dengan lebih baik daripada yang dapat kita rasakan.
Hawking menyatakan dengan mengacu angka ekspansi alam semesta:
Mengapa
alam semesta mulai terbentuk dengan tingkat ekspansi yang begitu mendekati
kritis yang memisahkan model-model yang berurai berkeping-keping sehingga terus
meluas selamanya, sampai-sampai sekarang pun, sepuluh ribu juta tahun
berikutnya, masih terus bertambah luas mendekati tingkat kritis? Jika tingkat
ekspansi satu detik setelah ledakan dahsyat lebih kecil bahkan mendekati satu
per seratus ribu juta, maka alam semesta akan berkeping-keping sebelum mencapai
ukurannya yang sekarang ini.8
Paul Davies juga memaparkan konsekuensi yang tidak bisa
dihindari yang berasal dari keseimbangan dan perhitungan yang sangat cermat dan
tepat itu:
Kesan
bahwa struktur terkini alam semesta, yang tampaknya begitu sensitif terhadap
sedikit perubahan jumlah, telah direncanakan secara cermat itu sulit untuk
ditentang. ... Sederetan nilai numerik yang alam tunjukkan melalui konstanta
dasarnya masih menjadi bukti yang paling pasti untuk unsur disain kosmik.9
Sehubungan
dengan fakta itu pula, seorang Profesor Astronomi dari Amerika, George
Greenstein, menulis dalam bukunya, The Symbiotic Universe:
Tatkala
kami meneliti semua bukti tersebut, muncul pikiran bahwa sebentuk perantara
supranatural pasti terlibat.10
PENCIPTAAN ZAT
Atom,
bagian pembangun zat, menjadi ada setelah terjadinya Ledakan Dahsyat.
Atom-atom ini kemudian mengumpul bersama-sama membentuk alam semesta dengan
bintang, bumi, dan matahari. Kemudian, atom-atom tersebut
membentuk kehidupan di bumi. Dengan berkumpulnya atom-atom, segala yang
anda lihat di sekitar anda: tubuh anda, kursi yang anda duduki, buku yang
ada di tangan anda, langit yang terlihat melalui jendela, tanah, beton,
buah-buahan, tanaman, semua makhluk hidup dan segala yang bisa anda bayangkan
itu memasuki kehidupan.
Lantas,
terbuat dari apakah atom itu, bagian pembangun segala sesuatu, dan jenis
struktur apa yang atom miliki?
Bila kita
periksa struktur atom, kita lihat bahwa semua bagiannya mempunyai tata aturan
dan disain yang menonjol. Setiap atom mempunyai nukleus yang mengandung protron
dan neutron yang jumlahnya tertentu. Di samping itu, ada elektron-elektron yang
bergerak mengelilingi nukleus dalam suatu orbit yang tetap dengan kecepatan
1.000 km per detik.11 Jumlah elektron suatu atom sama dengan jumlah
protonnya, karena proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan
negatif selalu seimbang satu sama lain. Jika salah satu dari jumlah ini
berbeda, maka tidak ada atom karena keseimbangan elektromagnetiknya terganggu.
Nukleus atau inti atom, protron dan neutron yang ada di dalamnya, dan elektron
di sekitarnya selalu bergerak. Elektron-elektron ini berputar mengelilingi inti
atom mereka sendiri dan dengan kecepatan tertentu tanpa saling menyimpang.
Kecepatannya selalu seimbang dengan yang lainnya dan selalu menjaga
kelangsungan hidup atomnya. Tidak pernah terjadi salah-atur, perbedaan, atau
pun perubahan.
Sangatlah
gamblang bahwa kesatuan yang sangat teratur dan tertentu itu ada setelah
peledakan dahsyat yang berlangsung pada yang non-ada. Jika Ledakan
Dahsyat itu merupakan ledakan yang kebetulan dan tidak terkontrol, maka
mestinya diikuti dengan kejadian acak dan tersebarnya segala yang
terbentuk itu dalam suatu kekacaubalauan yang luar biasa dahsyatnya.
Sebenarnya,
tatanan yang tak bercacat telah berlaku di setiap tahap sejak awal
keberadaannya. Contohnya, alam semesta terbentuk di tempat dan waktu yang
berbeda, namun begitu terorganisir sehingga alam semesta seakan-akan
dihasilkan dari satu-satunya pabrik dengan kesadaran masing-masing. Mula-mula, elektron
mendapati sendiri suatu nukleus dan mulai mengelilinginya. Kemudian, atom-atom
menyatu untuk membentuk zat, dan semuanya menghasilkan obyek-obyek yang
bermakna, bertujuan, dan masuk-akal. Sesuatu yang tidak wajar, mendua, tidak normal,
tidak bermanfaat, dan tidak bertujuan tidak pernah terjadi. Segala sesuatu,
dari unit terkecil sampai unsur terbesar, terorganisir dan mempunyai
tujuan yang beragam.
KETERANGAN HALAMAN 29
Tatanan
di dalam struktur atom itu mengatur segenap alam. Dengan atom dan partikelnya
yang bergerak dengan aturan tertentu, gunung-gunung tidak tercerai-berai,
tanah tidak terurai, langit tidak terbelah dan, singkatnya, zat disatukan
bersama-sama dan konstan.
|
Semuanya
ini merupakan bukti kuat adanya Pencipta, Yang Mahakuasa, dan menunjukkan
kenyataan bahwa segala sesuatu itu menjadi ada sesuai dengan kemauan-Nya kapan
saja Ia kehendaki. Dalam Al-Qur'an, Allah menunjukkan penciptaan-Nya sehingga:
Dialah Yang
menciptakan langit dan bumi dengan sebenarnya; tatkala Ia berfirman, “Jadilah!”
maka ia pun jadi. Firman-Nya adalah kebenaran. (Surat
al-An’aam, 73)
SETELAH LEDAKAN DAHSYAT
Ketika
Roger Penrose, seorang fisikawan yang mendalami penelitian tentang asal-usul
alam semesta, membuktikan bahwa adanya alam semesta bukan kebetulan belaka, ini
menunjukkan bahwa pasti ada tujuannya. Bagi sebagian orang, ‘alam semesta itu
sudah lama di sana’ dan akan tetap di sana. Kita hanya mendapati diri berada
tepat di tengah-tengah benda semesta ini. Pandangan ini mungkin tidak dapat
membantu kita dalam memahami alam semesta. Menurut pandangan Penrose, ada
banyak masalah yang mendalam tentang alam semesta yang di luar jangkauan indera
kita saat ini.
Pandangan
Roger Penrose ini sesungguhnya merupakan bahan pemikiran yang baik. Seperti
yang kata-kata ini tunjukkan, banyak orang salah mengira bahwa adanya alam
semesta dengan segala keharmonisannya yang sempurna itu ada bukan demi apa-apa
dan bahwa mereka hidup di alam semesta ini demi peran yang lagi-lagi tidak
bermakna.
Akan
tetapi, tidaklah lumrah sama sekali bahwa suatu tatanan yang sempurna dan
menakjubkan itu terjadi setelah adanya Ledakan Dahsyat, yang bagi kalangan
ilmiah berarti pembentukan alam semesta.
Singkatnya,
bila kita periksa sistem hebat ini di alam semesta, kita lihat bahwa adanya
alam semesta dan cara kerjanya itu bersandar pada keseimbangan yang sangat
cermat dan keteraturan yang, karena terlalu rumit, tidak bisa dijelaskan dengan
penyebab-penyebab yang kebetulan. Sebagai bukti, alam semesta sama sekali tidak
mungkin terbentuk sendiri atau secara kebetulan setelah terjadinya suatu
ledakan dahsyat. Terbentuknya tata aturan sedemikian itu yang mengikuti suatu
ledakan seperti Ledakan dahsyat hanya dimungkinkan sebagai hasil dari
penciptaan yang supernatural.
Rencana
dan tata aturan yang tiada banding itu tentunya membuktikan keberadaan sang
Pencipta dengan pengetahuan, kebijakan dan kekuatan yang tidak terbatas, Yang
telah menciptakan zat dari sesuatu yang tidak ada dan Yang mengendalikan dan
mengaturnya secara berkesinambungan. Sang Pencipta ini ialah Allah, Penguasa
langit, bumi dan seisinya. Semua fakta ini juga menunjukkan kita bagaimana
filosofi materialisme, yang hanya merupakan suatu dogma abad ke-19, diganti
dengan ilmu pengetahuan abad ke-20.
Dengan
menguak rencana, disain, dan tata aturan hebat yang lazim ditemui di alam
semesta itu, ilmu pengetahuan modern telah membuktikan keberadaan Sang Pencipta
Yang telah menciptakan dan mengatur semua makhluk: yaitu, Allah.
Dengan
berpijak pada jumlah manusia yang luar biasa banyaknya selama berabad-abad dan
bahkan telah mengaburkan sendiri dengan topeng ilmu pengetahuan, materialisme
membuat kesalahan besar dan menolak keberadaan Allah, Yang menciptakan dan
mengatur zat dari sesuatu yang tidak ada.
Pada suatu
hari, materialisme akan dikenang dalam sejarah sebagai keyakinan primitif dan
takhyul yang bertentangan dengan akal dan juga ilmu pengetahuan.
AYAT-AYAT DI LANGIT
DAN DI BUMI
Bayangkan
bahwa anda membangun sebuah kota besar dengan menyertakan jutaan Legos
bersama-sama. Misalkan di kota ini ada gedung-gedung pencakar langit,
jalan-jalan berkelak-kelok, stasiun kereta api, pelabuhan udara, pusat-pusat
perbelanjaan, lorong-lorong bawah tanah, dan juga sungai-sungai, danau-danau,
hutan, dan pantai. Misalkan ada juga yang tinggal di dalamnya ribuan orang yang
berseliweran di jalan raya, duduk-duduk di rumah, dan bekerja di kantor.
Masukkan juga seluk-beluknya, termasuk lampu lalulintas, kotak pos, dan papan
sinyal di terminal bus.
Jika
seseorang mendatangi anda dan mengatakan bahwa semua Legos kota ini, yang anda
dirikan dengan perencanaan yang matang hingga serinci-rincinya, dan semua
bagian yang anda tempatkan dengan susah-payah itu muncul secara kebetulan
hingga terwujud kota ini, bagaimanakah keadaan jiwa orang ini menurut anda?
Kini,
tengoklah lagi kota yang telah anda bangun itu dan ingatlah bahwa keseluruhan
kota ini akan rata dengan tanah bila anda lupa meletakkan sepotong Lego di
tempatnya atau mengubah letaknya. Bisakah anda bayangkan seberapa besar
keseimbangan dan tatanan yang telah anda tegakkan?
Kehidupan
di dunia tempat tinggal ini juga mungkin dibuat dengan penghimpunan sejumlah
besar bagian kecil seperti itu yang tak terbayangkan oleh benak manusia.
Ketiadaan satu bagian kecil saja mungkin berarti akhir riwayat bumi ini.
Segala
benda, dari unit terkecil zat yang berupa atom hingga galaksi yang mengandung
trilyunan bintang, dari bulan pelengkap bumi hingga sistem matahari, semuanya
berjalan dengan keserasian yang sempurna. Sistem
yang tertata rapi ini berjalan mulus bagaikan arloji. Orang-orang sangat yakin
bahwa sistem yang telah berumur trilyunan tahun ini akan berfungsi tanpa
mengesampingkan bagian terkecil, sehingga mereka dapat menyusun rencana dengan
bebas mengenai sesuatu yang mereka perkirakan akan terwujud dalam 10 tahun
mendatang. Tak seorang pun khawatir kalau-kalau matahari tidak terbit esok
hari. Sebagian besar orang tidak berpikir tentang 'mungkinkah bumi ini berubah
menjadi lepas dari gravitasi matahari dan mulai bergerak menuju kegelapgulitaan
entah di mana?'; atau bertanya, 'Apa yang mencegahnya dari kejadian ini?'
Dengan cara yang sama, manakala
orang-orang menjelang tidur, mereka yakin bahwa jantung atau sistem pernafasan
mereka tidak akan sesantai otak mereka. Akan tetapi, bila salah satu dari dua
sistem penting ini berhenti-henti beberapa detik saja, maka bisa-bisa nyawa
melayang.
Ketika 'kacamata biasa' di sekitar
kehidupan kita tanggalkan dan sebab-akibat peristiwa-peristiwa tidak lagi
ditaksir seolah-olah 'berlangsung dalam kejadian alamiahnya', kita lihat dengan
gamblang bahwa segala benda tersusun dari sistem terencana yang amat teliti dan
sangat saling bergantung sehingga seolah-olah kita bergantung pada kehidupan
dengan kulit atau gigi kita. Perhatikanlah tatanan hebat yang berlaku di tempat ke
mana pun anda memandang. Tentu saja, ada kekuatan besar yang menciptakan
tatanan dan keserasian sedemikian itu. Pemilik kekuatan besar ini ialah Allah,
Yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Dalam satu ayat Al-Qur'an difirmankan:
Dia
yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis; tak akan kau lihat
ketidakseimbangan dalam ciptaan (Allah) Yang Maha Pemurah. Balikkanlah
pandanganmu sekali lagi, tampakkah olehmu ada yang cacat? Lalu ulanglah
pandanganmu sekali lagi; pandanganmu akan berbalik kepadamu, letih dan
membingungkan. (Surat al-Mulk, 3-4)
Bila kita
memandang makhluk-makhluk di langit, di bumi, dan semua yang terletak di
antaranya, ternyata mereka semua membuktikan keberadaan Pencipta mereka dengan
sendirinya. Di bab ini, kita akan memikirkan gejala alam dan makhluk hidup yang
terlihat oleh semua orang, sekalipun tak pernah terpikirkan, dan bagaimana
mereka menjadi ada dan melanjutkan keberadaan mereka. Jika kita hendak
menuliskan semua ayat Allah di alam semesta, maka diperlukan ribuan jilid
ensiklopedi. Karena itu, dalam bab ini, kita hanya akan secara singkat
berurusan dengan beberapa pokok-persoalan yang layak untuk dipertimbangkan
panjang-lebar.
Akan
tetapi, penyebutan-penyebutan singkat ini pun akan membantu para ‘manusia yang
berakal’ yang insyaf untuk memperhatikan fakta terpenting kehidupan mereka atau
sekurang-kurangnya membantu mereka mengingatnya sekali lagi.
Karena
Allah itu Ada.
Karena
Dialah asal pertama langit dan bumi dan Dia bisa dipahami melalui akal.
KEAJAIBAN DI TUBUH
KITA
'Mata
Yang Setengah-Jadi Tak Bisa Melihat'
Apa yang
terbersit di benak anda manakala mendengar kata 'mata'? Sadarkah anda bahwa
salah satu hal terpenting dalam kehidupan adalah kemampuan untuk melihat? Jika
menyadarinya, sudahkan anda memikirkan tanda-tanda lain yang terkandung dalam
mata anda?
Mata
adalah sepotong bukti yang paling nyata bahwa makhluk-makhluk hidup diciptakan.
Semua organ penglihatan, termasuk mata binatang dan mata manusia, merupakan
contoh yang sangat menonjol perihal rancangan yang sempurna. Organ istimewa ini
amat rumit sampai-sampai mengungguli peralatan tercanggih di dunia ini.
Supaya
mata dapat melihat, semua bagiannya harus bekerja sama secara serasi. Sebagai
misal, jika mata kehilangan kelopak, tetapi masih mempunyai semua bagian lain
seperti kornea, selaput penghubung, selaput pelangi, biji mata, lensa mata,
retina, selaput koroid, urat mata, dan kelenjar airmata, itu pun sudah amat
rusak dan akan segera kehilangan fungsi penglihatannya. Begitu pula, jika
produksi airmata berhenti, maka mata akan segera kering dan menjadi buta
kendati semua organ lain masih ada.
KETERANGAN HALAMAN 33
Mata,
yang memiliki struktur yang amat rumit, tidak bisa melihat bila bila tidak
asa salah satu unsurnya, umpamanya kelenjar air mata, kala tindakan melihat
berlangsung.
|
'Rantai
kebetulan' yang diajukan oleh para evolusionis kehilangan semua maknanya
menghadapi susunan rumit ini. Mustahil menjelaskan keberadaan mata kecuali
sebagai zat ciptaan istimewa. Mata itu memiliki sistem rumit dengan banyak
bagian dan, sebagaimana dibahas di atas, semua bagian pembentuk ini pasti
menjadi ada pada waktu yang sama. Mustahil mata yang setengah-jadi berfungsi
pada 'setengah melihat'. Pada keadaan-keadaan semacam ini, peristiwa
penglihatan tak bisa berlangsung sama sekali. Seorang ilmuwan evolusionis
menerima kebenaran ini:
Ciri umum
mata dan sayap adalah hanya berfungsi jika tersusun sepenuhnya. Dengan kata
lain, mata yang setengah-jadi tidak bisa melihat; burung dengan sayap
setengah-sayap tidak dapat terbang.13
Dalam hal
ini, kita menghadapi lagi pertanyaan yang sangat penting: siapa yang
menciptakan semua unsur mata sekaligus?
Pemilik
mata tentu saja bukan orang yang membuat putusan mengenai pembentukannya.
Karena bagi yang tiada berpengetahuan tentang seperti apakah penglihatan itu
tidak mungkin berhasrat untuk mempunyai organ penglihatan dan melekatkannya
pada tubuhnya. Jadi, kita harus menerima keberadaan Pemilik Yang Maha Bijaksana
yang menciptakan makhluk hidup dengan indera seperti penglihatan, pendengaran,
dan sebagainya. Ada pernyataan lain bahwa sel-sel yang tak bernyawa bisa
mencapai fungsi yang mensyaratkan nyawa seperti penglihatan dan pendengaran
dengan kehendak dan upaya mereka sendiri. Sangatlah jelas bahwa ini mustahil.
Dalam Al-Qur'an, dinyatakan bahwa penglihatan dilimpahkan kepada makhluk hidup
oleh Allah:
Katakanlah:
Dialah Yang telah menjadikan kamu dan membuatkan untuk kamu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani; sedikit sekali kamu bersyukur. (Surat al-Mulk, 23)
Pasukan
di Dalam Tubuh Manusia
Setiap hari, berlangsung pertempuran di
bagian terdalam raga yang tidak anda rasakan. Di satu pihak, virus dan bakteri
bermaksud menyerbu tubuh anda dan mengambil kendali terhadapnya dan di pihak
lain, sel-sel kekebalan melindungi tubuh dari musuh-musuh ini.
Musuh-musuh ini menunggu dalam keadaan
siap-serang untuk memasuki kawasan yang mereka tuju; begitu ada kesempatan,
mereka menuju kawasan sasaran. Namun demikian, para prajurit kawasan sasaran
yang berdisiplin, tertata dan kuat itu tidak mudah menyerah kepada musuh. Pertama, para prajurit
(fagosit) yang menelan dan menahan pasukan musuh itu tiba di medan tempur.
Walau begitu, kadang-kadang pertempuran tersebut lebih liat daripada kemampuan
tempur prajurit-prajurit ini. Pada keadaan semacam ini, prajurit-prajurit lain
(makrofaga) dikerahkan. Keterlibatan mereka menyebabkan kehebohan di kawasan
sasaran dan para prajurit lain (sel T pembantu) pun dipanggil untuk bertempur.
Prajurit-prajurit
ini sangat mengenal penghuni setempat. Mereka dengan cepat bisa membedakan
pasukan mereka sendiri dari pasukan musuh. Mereka segera mengerahkan prajurit
(sel-sel B) yang ditugaskan untuk memproduksi senjata. Para serdadu ini
mempunyai kemampuan luar biasa. Meskipun mereka tidak pernah melihat musuh,
mereka dapat menghasilkan senjata yang akan menyebabkan musuh tak berdaya. Di
samping itu, mereka mengangkut senjata-senjata yang mereka hasilkan itu sejauh
semestinya. Selama perjalanan dalam tugas yang sulit ini mereka berhasil tidak
menyebabkan kerusakan apa pun pada mereka sendiri atau pada sekutu-sekutu
mereka. Kemudian, tim penyerang (sel-sel T pembunuh) menyiangi jalan. Mereka
membongkar bahan beracun yang mereka angkut sendiri ke lokasi tergenting musuh.
Bila menang, sekelompok prajurit lain (sel-sel T pendesak) tiba di medan tempur
dan mengirimkan semua serdadu mereka kembali ke barak mereka. Para prajurit
yang tiba di medan tempur terakhir (sel-sel memori) mencatat semua informasi
yang relevan mengenai musuh, sehingga bisa dipakai di kejadian penyerbuan
serupa di masa mendatang.
KETERANGAN HALAMAN 35
Sel AB terlihat berpisah
Sel-sel
kekebalan mempunyai rantai komando yang sangat berdisiplin. Tak satu pun
perintah yang tak ditaati.
Sel AB menutupi bakteri
|
Pasukan
hebat yang dibahas di atas tersebut ialah sistem kekebalan di tubuh manusia.
Segala hal yang dijelaskan tersebut dilakukan oleh sel-sel mikroskopik yang tak
terlihat dengan mata telanjang. (Untuk
informasi lebih lanjut, silakan lihat Harun Yahya, For Men of Understanding,
"The Signs in the Heaven and the Earth".)
Berapa banyak orang yang sadar bahwa
mereka memiliki pasukan yang tertata, berdisiplin, dan sempurna di dalam tubuh
mereka? Berapa banyak dari mereka yang sadar bahwa mereka dikelilingi dari
semua sisi oleh mikroba-mikroba yang, jika tak terhalang, akan menyebabkan
mereka menderita penyakit yang parah atau bahkan meninggal? Sesungguhnya,
terdapat banyak mikroba yang berbahaya di udara yang kita hirup, di air yang
kita minum, di makanan yang kita makan, dan di permukaan benda yang kita
sentuh. Walaupun seseorang tak menyadari semua itu, sel-sel tersebut di
tubuhnya berupaya sekuat tenaga untuk menyelamatkannya dari penyakit yang
mungkin bahkan bisa menimbulkan kematiannya.
Kemampuan semua sel kekebalan untuk
membedakan sel-sel musuh dari sel-sel tubuh, kemampuan sel-sel B untuk
menyiapkan senjata selama dibutuhkan tanpa merugikan sel-sel tubuh lainnya,
terpenuhinya tugas sel-sel penerima sinyal secara komplit tanpa masalah apa pun
segera seusai mereka selesaikan pekerjaan mereka, dan kemampuan sel-sel memori
tersebut hanyalah beberapa ciri istimewa sistem ini.
KETERANGAN HALAMAN 36
Sel-sel
kekebalan (kuning) terlihat bertempur dengan sel-sel kanker.
|
Karena
semua alasan itu, cerita pembentukan sistem kekebalan tak pernah diangkat oleh
para penulis evolusionis.
Dengan
berfungsinya penyakit atau tanpa sistem kekebalan, sangatlah sulit bagi
seseorang untuk bertahan hidup karena ia akan terbuka bagi semua mikroba dan
virus di dunia luar. Saat ini, orang seperti ini hanya bisa hidup dalam ruang
khusus tanpa kontak langsung dengan apa pun di luar ruang. Karena itu, tanpa
sistem kekebalan, tak mungkin seseorang bertahan hidup di lingkungan primitif.
Ini mengarahkan kita kepada fakta bahwa suatu sistem yang sangat rumit semacam
sistem kekebalan hanya bisa diciptakan seluruhnya sekaligus dengan semua
unsurnya.
Sistem
Terencana Secara Rinci
Bernafas,
makan, berjalan, dan lain-lain merupakan fungsi manusia yang amat alamiah.
Namun kebanyakan orang tidak memikirkan bagaimana tindakan-tindakan dasar ini
berlangsung. Sebagai contoh, bila anda makan buah, anda tidak memikirkan
bagaimana makanan ini bisa bermanfaat bagi tubuh anda. Satu-satunya hal di
benak anda adalah memakan makanan yang menyehatkan; pada saat yang sama, tubuh anda
terlibat dalam suatu proses luar biasa yang sangat rinci dengan tujuan
menjadikan makanan ini sesuatu yang menyehatkan.
Sistem
pencernaan yang melangsungkan proses rinci ini mulai berfungsi segera sesudah
sepotong makanan masuk ke dalam mulut. Dengan terlibat dalam suatu sistem sejak
awal-mula, air liur membasahi makanan dan mempermudah pengunyahannya oleh gigi
dan peluncurannya melalui kerongkongan.
Kerongkongan
membantu pengangkutan makanan ke perut dengan bekerjanya suatu keseimbangan
yang sempurna. Di sini, makanan itu dicerna dengan asam hidroklorik yang
terdapat di perut. Asam ini sangat kuat sehingga mampu melarutkan tidak hanya
makanan, tetapi juga dinding perut. Tentu saja, kerusakan semacam ini tidak
diperbolehkan di sistem yang sempurna ini. Suatu keluaran yang disebut lendir
yang keluar selama pencernaan itu menutupi seluruh dinding perut dan memberikan
perlindungan yang sempurna melawan pengaruh buruk asam hidroklorik. Jadi, perut tercegah dari
penghancuran diri-sendiri.
Bagian
lain dari sistem pencernaan itu terencana juga. Potongan-potongan makanan
berfaedah yang dilumatkan dengan sistem pencernaan itu diserap oleh dinding
usus kecil dan memasuki pembuluh darah. Permukaan-dalam usus kecil ini ditutupi
dengan sulur mungil yang disebut 'vilus'. Di puncak sel-sel ini di atas vilus
adalah panjangan mikroskopik yang disebut mikrovilus. Panjangan-panjangan ini
berfungsi sebagai pompa untuk menyerap gizi. Beginilah cara penyerapan gizi
oleh pompa-pompa yang disampaikan semuanya ke seluruh tubuh dengan sistem
peredaran.
Hal yang
layak diperhatikan di sini adalah bahwa evolusi sama sekali tidak bisa
menjelaskan sistem yang baru saja diringkas dengan singkat ini. Menurut teori
evolusi, organisme yang rumit itu berkembang dari keadaan primitif melalui akumulasi
perubahan susunan kecil-kecilan secara bertahap. Bagaimanapun, sebagaimana
telah dinyatakan dengan jelas, sistem di dalam perut tidak mungkin terbentuk
selangkah demi selangkah. Ketiadaan satu faktor saja akan menimbulkan kematian
organismenya.
Tatkala
makanan diterima masuk ke dalam perut, getah-perut memperoleh kemampuan untuk
melumatkan makanan sebagai hasil dari serangkaian perubahan kimiawi. Kini,
bayangkanlah makhluk hidup yang dalam suatu proses yang katanya evolusi; dalam
tubuhnya tidak mungkin terjadi transformasi kimiawi yang terencana semacam itu.
Makhluk hidup ini tidak bisa memperoleh kemampuan ini, sehingga tidak bisa
mencerna makanan yang dimakannya dan akan kelaparan sampai mati dengan setumpuk
makanan di perutnya.
Selain
itu, selama pengeluaran asam pelarut ini, dinding perut harus menghasilkan
keluaran yang disebut lendir pada saat itu juga. Kalau tidak, asam di dalam
perut ini akan meremukkan perut. Karena itu, supaya kehidupan berlanjut, perut
harus mengeluarkan keduanya (asam dan lendir) pada waktu yang bersamaan. Ini
memperlihatkan bahwa yang pasti terjadi sebetulnya bukan evolusi secara
kebetulan setahap demi setahap, melainkan suatu penciptaan terencana dengan
semua sistemnya.
Semua ini
menunjukkan bahwa raga manusia mirip pabrik besar yang tercipta dari banyak
mesin kecil yang bekerja bersama-sama dengan keserasian yang sempurna.
Sebagaimana pabrik-pabrik yang memiliki perancang, insinyur, dan perencana,
tubuh manusia pun memiliki Pencipta Yang Agung.
HEWAN DAN TUMBUHAN
Jutaan
jenis hewan dan tumbuhan yang terdapat di dunia ini hadir sebagai ayat yang
membuktikan keberadaan dan kemungkinan Pencipta kita.
Semua
makhluk hidup ini--sejumlah kecilnya akan kita bahas di sini sebagai
contoh--pantas untuk diperiksa sendiri-sendiri. Mereka semua memiliki sistem
tubuh yang berlainan, taktik pertahanan yang beragam, cara makan yang unik, dan
metode perkembangbiakan yang menarik. Sayangnya, tidak mungkin memaparkan semua
sifat mereka dalam sejilid buku. Berjilid-jilid ensiklopedi pun tidak akan
cukup untuk tugas ini.
Akan
tetapi, sedikit contoh yang akan kita bahas di sini pun akan memadai untuk
membuktikan bahwa kehidupan di bumi tidak mungkin dijelaskan dengan
mengatakannya kejadian kebetulan.
Dari Ulat ke Kupu-Kupu
Bila anda
mempunyai 450-500 telur dan harus melindunginya dari ancaman lingkungan, apa
yang akan anda lakukan? Langkah terbijak bagi anda adalah mengambil tindakan
pencegahan supaya tidak terpencar berhamburan, umpamanya karena angin atau
faktor lingkungan lainnya. Dengan menjadi hewan yang menelurkan kebanyakan
telurnya pada satu waktu (450-500), ulat sutera menggunakan cara yang sangat
cerdas untuk melindungi telur-telurnya: ulat sutera itu menyatukan telur-telur
tersebut dengan zat kental (benang) yang dikeluarkannya untuk mencegah supaya
telur-telur itu tidak terpencar ke sekitarnya.
Ulat-ulat
yang memunculkan telur-telur mereka mula-mula mendapati cabang yang aman bagi
mereka sendiri dan kemudian mengikatkannya dengan benang yang sama. Lalu, untuk
mengembangbiakkan mereka sendiri, mereka mulai memintal kepompong dengan benang
yang mereka keluarkan. Untuk melengkapi proses ini, diperlukan waktu 3-4 hari
bagi ulat yang baru membuka mata menatap kehidupan. Selama jangka waktu ini,
ulat itu membuat ribuan putaran dan menghasilkan benang sepanjang rata-rata
900-1500 meter.14 Pada akhir proses ini, mulailah tugas baru sebagai
bagian dari metamorfosis untuk menjadi kupu-kupu yang anggun.
Tindakan
yang dilakukan oleh ulat sutera induk untuk melindungi telur-telurnya atau pun
perilaku ulat mungil tanpa kesadaran, pendidikan, atau pengetahuan tersebut
tidak bisa dijelaskan oleh teori evolusi. Khususnya, ajaibnya kemampuan si
induk untuk menghasilkan benang yang dipakai untuk mengamankan telur-telurnya.
Pengetahuan ulat yang baru lahir tentang lingkungan yang paling cocok bagi
dirinya sendiri, pemintalan kepompongnya yang sesuai dengan hal ini,
pelaksanaan metamorfosisnya, dan kehadirannya melalui metamorfosis yang tanpa
masalah ini berada di luar pemahaman manusia. Karenanya, kita bisa mengatakan
ala kadarnya bahwa setiap ulat lahir ke dunia dengan dibekali pengetahuan
tentang apa yang harus dilakukannya, yang berarti bahwa semua hal ini
'diajarkan' sebelum ia lahir.
KETERANGAN HALAMAN 40
Pemintalan
diri-sendiri ulat menjadi kepompong, dan kemudian cabikannya keluar dari situ
sebagai kupu-kupu dengan pola dan warna yang menakjubkan.
Maka apakah Dia
Yang menciptakan itu
seperti
yang tidak menciptakan?
Tidakkah
kamu mau menerima peringatan?
(Surat
an-Nahl, 17)
|
Mari kita
jelaskan ini dengan sebuah contoh. Apa pendapat anda jika melihat bayi yang
baru lahir bisa berdiri selama beberapa jam setelah kelahirannya, mengumpulkan
benda-benda yang ia butuhkan untuk membuat alas tidurnya (seperti selimut
kapas, bantal, kasur), dan kemudian menyatukannya dengan rapi, membuat alas
tidurnya dan berbaring di atasnya? Setelah anda pulih dari keterkejutan
terhadap peristiwa ini, mungkin anda mengira bahwa bayi itu pasti diajari
dengan cara yang luar biasa di rahim induknya untuk mengerjakan proses seperti
itu. Kejadian ulat itu tidak berbeda dari bayi dalam contoh ini.
Ini
sekali lagi mengarahkan kita pada kesimpulan yang sama: makhluk-makhluk hidup
hadir ke dalam kehidupan, berkelakuan dan hidup dengan cara yang ditentukan
oleh Allah Yang menciptakan mereka. Ayat Al-Qur'an yang menyatakan bahwa Allah
memberi ilham kepada lebah dan memerintahkannya untuk membuat madu (Surat
an-Nahl, 68-69) memberi contoh tentang rahasia besar dunia makhluk hidup. Rahasia ini
adalah bahwa semua makhluk hidup tunduk kepada kehendak Allah dan mengikuti
takdir yang ditentukan oleh Dia. Karena inilah lebah membuat madu dan ulat
sutera membuat sutera.
KETERANGAN HALAMAN 41
Seekor
ulat sutera di kepompongnya yang terpintal dengan benang sutera.
|
Sayap Yang Simetris
Bila kita
pandang sayap-sayap kupu-kupu di gambar, kita lihat kesimetrisan sempurna yang
terdapat pada sayap-sayap ini. Sayap-sayap yang seperti renda ini banyak
dihiasi dengan pola, sorotan, dan warna yang masing-masing bagaikan karya seni.
Bila anda
lihat sayap-sayap kupu-kupu ini, anda perhatikan bahwa pola dan warnanya pada
kedua sisi sama persis, kendati anda lihat seteliti mungkin. Bahkan titik
terkecil pun terdapat pada kedua sayap, yang dengan demikian menunjukkan
kesimeterisan dan tatanan yang tidak bercacat.
KETERANGAN HALAMAN 43
Pola-pola
yang anggun dan tegas pada kupu-kupu menunjukkan bahwa makhluk hidup ini
bukan hasil kejadian kebetulan, melainkan berasal dari penciptaan yang hebat
dan tanpa cacat.
|
Di samping
itu, tak satu pun dari warna-warna di sayap-sayap tipis ini bercampur dengan
yang lain, masing-masing terpisah dengan tegas dari yang lain. Sebenarnya,
warna-warna ini terbentuk melalui penumpukan sisik-sisik mungil yang menggugus
satu sama lain. Tidakkah merupakan keajaiban bagaimana sisik-sisik kecil, yang
mudah tersebar dengan sentuhan lembut tangan anda, bisa tertata di kedua sayap
tanpa kekeliruan sedikit pun di pembagiannya sehingga menghasilkan pola yang
tepat sama? Pemindahan sebuah sisik tunggal pun akan menghancurkan kesimetrisan
sayap dan merusak keindahannya. Namun demikian, anda tak pernah melihat
kecampuradukan sayap kupu-kupu di bumi ini. Sayap-sayap itu rapi dan anggun
seolah-olah dibuat oleh seniman. Sesungguhnya sayap-sayap tersebut buatan
Pencipta Yang Agung.
Hewan dengan Leher Terpanjang: Jerapah
KETERANGAN HALAMAN 44
Seperti
semua makhluk hidup lain, jerapah juga diciptakan dengan desain yang
sempurna.
|
Jerapah
mempunyai banyak karakteristik yang menakjubkan. Salah satunya adalah bahwa
lehernya tegak pada 7 tulang belakang, sama dengan mamalia lainnya, walaupun
leher ini sangat panjang. Fakta yang menakjubkan lainnya adalah bahwa jerapah
sama sekali tidak memiliki masalah pemompaan darah naik ke otaknya di puncak
lehernya yang panjang. Dengan sedikit berpikir saja akan terlintas betapa
sulitnya keharusan pemompaan darah sedemikian tinggi. Namun jerapah tidak
mempunyai masalah mengenai hal ini, karena jantungnya dilengkapi dengan
perlengkapan untuk memompa darah setinggi sesuai dengan keperluannya. Ini
memungkinkan jerapah menjalani kehidupannya tanpa susah-payah.
KETERANGAN HALAMAN 45
Dialah
Allah, Maha Pencipta, Maha Pembuat, Maha Pembentuk rupa, Yang mempunyai
nama-nama yang indah; segala sesuatu yang di langit dan di bumi memurnikan
dan mengagungkan-Nya; Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Surat al-Hasyr, 24)
|
Sekalipun begitu, jerapah masih
menghadapi masalah lain ketika minum air. Pada dasarnya, jerapah mestinya mati
karena tekanan darah yang tinggi setiap membungkukkan leher untuk minum air. Akan tetapi, sistem yang
sempurna di lehernya meredam risiko ini dengan lengkap. Ketika jerapah
membungkuk, katup-katup di kantung lehernya menutup dan mencegah darah yang
berlebihan akibat aliran ke otak.
Tidak ada
keraguan bahwa jerapah tidak memperoleh ciri-ciri ini dengan merencanakannya
menurut kebutuhannya. Bahkan lebih tidak masuk akal bila mengatakan bahwa semua
perlengkapan penting ini dibentuk seiring dengan berlalunya waktu melalui
proses evolusi secara bertahap. Supaya tetap hidup, jerapah membutuhkan sistem
pemompaan untuk mengalirkan darah ke otak dan sistem katup untuk mencegah
tekanan darah yang tinggi sewaktu membungkuk. Jika salah satu dari
karakteristik ini tidak ada atau tidak berfungsi dengan tepat, maka mustahil
bagi jerapah untuk terus hidup.
Kesimpulan
yang harus ditarik dari semua ini adalah bahwa spesies jerapah lahir ke dunia
dengan segala karakteristiknya yang amat penting bagi kehidupannya. Mustahil
bagi makhluk yang tidak menguasai tubuhnya untuk mendapatkan ciri-ciri dasarnya
secara sengaja. Jadi, ini jelas-jelas membuktikan bahwa jerapah diciptakan
melalui penciptaan yang disengaja, yaitu oleh Allah.
Penyu Laut
Penyu-penyu
laut hidup di gelombang samudera dengan bergerombol menuju pantai bila tiba saatnya
untuk berkembang biak. Walaupun ini bukan pantai biasa. Pantai yang mereka datangi untuk
berkembang biak pasti tempat kelahirannya.15 Kadang-kadang penyu
laut harus melakukan perjalanan sejauh 800 kilometer untuk tiba di sana. Namun
perjalanan yang panjang dan keras tidak mengubah keadaan ini. Mereka tiba di
pantai tempat kelahiran mereka untuk melahirkan keturunan mereka, apa pun yang
terjadi.
KETERANGAN HALAMAN 46
Dan
dalam penciptaan kamu sendiri dan bahwa binatang-binatang tersebar (di
seluruh penjuru bumi), ada ayat-ayat bagi mereka yang benar-benar beriman.
(Surat al-Jatsiyah, 4)
|
Sungguh
luar biasa bagaimana suatu makhluk hidup bisa menemukan jalan kembalinya ke
pantai yang sama persis sesudah 20-25 tahun keberangkatannya dari sana.16
Yang lebih luar biasa, penyu laut bisa menemukan arah tempat kelahirannya di
kedalaman samudera yang cahayanya sedikit sekali, dan kemudian membedakannya
dari begitu banyak pantai yang serupa.
Akhirnya,
ribuan musafir yang tanpa kompas ini mencapai pantai yang sama pada waktu yang
sama. Alasan yang melandasi pertemuan yang bertubi-tubi ini yang pada mulanya
merupakan misteri itu kini menjadi kejutan besar ketika akhirnya terkuak.
Karena penyu-penyu tahu bahwa keturunan mereka tidak bisa bertahan hidup di keadaan
laut, mereka memendam telur mereka di bawah pasir di pantai. Tetapi mengapa
mereka semua bertemu di pantai yang sama pada waktu yang sama? Apakah bayi
mereka tidak akan bertahan hidup jika mereka melakukan hal yang sama di waktu
yang berbeda dan di pantai yang berlainan? Orang-orang yang melakukan
penelitian mengenai topik ini dihadapkan dengan situasi yang menarik. Ribuan
keturunan di bawah pasir itu harus mengatasi sejumlah kendala besar setelah
memecahkan telur mereka dengan gumpalan keras pada kepala mereka. Bayi penyu
seberat rata-rata 31 gram ini tidak bisa secar sendiri-sendiri menggali lapisan
tanah di atas mereka. Mereka semua saling
membantu. Ketika ribuan bayi penyu di pantai mulai menggali tanah, mereka
membuatnya pada permukaan pasir selama beberapa hari. Walau demikian, sebelum
muncul di permukaan, mereka menunggu sesaat hingga malam tiba. Ini karena pada
siang hari, terdapat bahaya yang mengintai dari para pemangsa. Di samping itu,
akan cukup sulit bagi mereka untuk merangkak di atas pasir yang terbakar oleh
sinar matahari. Bila malam tiba, mereka naik ke permukaan setelah menyudahi
proses penggalian. Kendati gelap, mereka bekerja keras menuju laut dan
berangkat dari pantai untuk kembali ke sana pada 20-25 tahun kemudian.
Mustahil bagi bayi-bayi penyu ini untuk
mengetahui bahwa mereka harus menggali jalan mereka ke atas sesudah bermunculan
dari telur mereka dan menunggu sesaat pada jarak tertentu dari laut. Sama
sekali tidak mungkin bagi mereka untuk mengetahui, tatkala masih terpendam di tanah,
apakah ini siang ataukah malam, bahwa para pemangsa terdapat di luar sana dan
bahwa mereka bisa menjadi mangsa predator, bahwa pasirnya terbakar karena
matahari, bahwa ini bisa membahayakan mereka, dan bahwa mereka harus bekerja
keras menuju laut. Jadi, bagaimanakah pelaksanaan yang disengaja ini muncul?
Satu-satunya jawaban atas pertanyaan
ini adalah bahwa bayi-bayi penyu ini telah agak 'terprogram' untuk berperilaku
secara demikian, yang berarti bahwa Pencipta mereka telah mengilhami mereka
naluri yang menolong mereka menyelamatkan kehidupan mereka.
Kumbang
Pengebom
Kumbang pengebom merupakan serangga
yang padanya telah banyak dilakukan penelitian. Ciri yang menyebabkan serangga
ini sangat populer adalah bahwa kumbang pengebom menggunakan metode kimiawi
untuk melindungi diri dari musuh-musuhnya.
Pada keadaan bahaya, serangga ini
menyemprotkan hidrogem peroksida dan hidroquinon yang tersimpan di tubuhnya ke
arah si musuh untuk melindungi diri. Sebelum bertempur, susunan-susunan
istimewa yang disebut cuping pengeluar membuat campuran pekat kedua zat kimia
ini. Campuran ini disimpan di ruang terpisah yang disebut ruang penyimpanan.
Ruang ini dihubungkan dengan ruang kedua yang disebut ruang peledakan. Kedua
ruang ini dijaga agar terpisah satu sama lain dengan otot sfingter. Ketika
serangga ini merasakan bahaya, ia memencet otot-otot yang mengelilingi ruang
penyimpanan seraya mengendurkan otot sfingter, sedangkan zat kimia di ruang
penyimpanan dipindahkan ke ruang peledakan. Sejumlah besar panas diluncurkan
dan terjadilah penguapan. Uap dan gas oksigen luncuran ini menggunakan tekanan
pada dinding-dinding ruang peledakan, dan zat kimianya disemprotkan ke arah
musuh melalui suatu saluran yang mengarah keluar dari tubuh kumbang tersebut.17
Masih merupakan misteri besar bagi para
peneliti, bagaimana serangga bisa melabuhkan sistem kokoh di dalam dirinya
sendiri yang akan cukup untuk memicu reaksi kimia yang dengan mudah bisa
membahayakannya seraya juga mengisolasi diri dari pengaruh sistem ini. Tak
meragukan, keberadaan dan bekerjanya sistem ini terlalu rumit untuk disifatkan
pada serangga sendiri. Masih merupakan bahan diskusi, bagaimana kumbang
pengebom membuat sistem sedemikian itu bekerja dalam tubuh mungilnya yang
berukuran sekitar 2 cm panjangnya, ketika manusia yang pakar hanya bisa
menampilkannya di laboratorium.
Satu-satunya kebenaran yang muncul di
sini adalah bahwa serangga ini merupakan contoh nyata yang menolak teori
evolusi sepenuhnya, karena mustahil bagi sistem kimia rumit ini untuk dibentuk
dengan serangkaian berbagai kebetulan dan berlalu hingga generasi mendatang.
Bahkan, kerusakan atau 'cacat' kecil pun pada sepotong tunggal sistem itu
membuat hewan tersebut tak berdaya, sehingga akan segera terbunuh atau akan
menyebabkannya bunuh-diri. Karena itu, satu-satunya penjelasan adalah bahwa
senjata kimia di tubuh serangga ini pasti muncul sekaligus beserta semua
bagiannya dan tanpa cacat.
Sarang
Rayap
Semua orang mungkin terkejut bila
menyaksikan sarang rayap yang didirikan di tanah. Sarang-sarang ini merupakan
keajaiban arsitektur, yang tingginya mencapai 5 atau 6 meter.
Bila anda bandingkan ukuran rayap dan
sarangnya, akan anda dapati bahwa rayap itu telah berhasil merampungkan proyek
arsitekturnya yang berukuran 300 kali lebih besar daripada dirinya sendiri.
Namun yang lebih aneh lagi ialah bahwa rayap-rayap itu buta.
Orang yang tak pernah melihat sarang
besar yang dibangun oleh rayap buta mungkin mengira bahwa sarang itu terbuat
dari gundukan pasir yang saling bertumpukan. Akan tetapi, sarang rayap
membuktikan rancangan yang mengagumkan yang tak terbayangkan oleh benak
manusia; di dalamnya terdapat saluran-saluran yang saling berhubungan,
lorong-lorong, sistem ventilasi, langsiran produksi cendawan khusus, dan pintu
keluar pengaman.
KETERANGAN
HALAMAN 50
Dengan setinggi beberapa sentimeter
saja, rayap-rayap bisa mendirikan pencakar-langit yang bermeter-meter
tingginya tanpa menggunakan alat apa pun. Sarang yang hebat ini melindungi
dengan sempurna koloni rayap penghuninya dengan populasi lebih dari satu juta
dari musuh-musuh mereka dan kondisi kehidupan yang tak mengenakkan di luar.
|
Jika anda mengumpulkan ribuan orang
buta dan memberi mereka semua jenis peralatan teknik, anda tak akan pernah bisa
membuat mereka menyusun sarang yang serupa dengan yang dibuat oleh sekumpulan
rayap. Jadi,
pikirkan saja:
-
Bagaimana bisa seekor rayap yang panjangnya 1-2 cm
mempelajari informasi rekayasa dan arsitektur yang dibutuhkan untuk memuluskan
rancangan tersebut?
-
Bagaimana bisa ribuan ekor rayap buta mengelola pekerjaan
secara serasi untuk membangun bangunan ini yang merupakan keajaiban artistik?
-
Jika anda belah sarang rayap menjadi dua pada tahap awal
pembangunannya, dan kemudian menyatukannya kembali, maka akan anda lihat bahwa
semua gang, saluran, dan jalan saling bersesuaian. Bagaimana kejadian ajaib ini
bisa dijelaskan?
Kesimpulan
yang harus ditarik dari contoh ini adalah bahwa Allah telah menciptakan semua
makhluk hidup secara unik dan tanpa contoh lebih dahulu. Bahkan satu sarang
rayap pun cukup bagi manusia untuk memahami Allah dan yakin bahwa Dialah Yang
menciptakan semuanya.
Burung Pelatuk
Sebagaimana
kita ketahui bersama, burung-burung pelatuk membangun sarang-sarang mereka
dengan mengebor lubang-lubang di batang pohon dengan paruh mereka. Ini mungkin
terdengar biasa bagi kebanyakan orang. Namun hal yang lalai untuk diperhatikan
adalah mengapa burung pelatuk tidak mengalami pendarahan ketika mereka
memukul-mukul secara dahsyat dengan kepala mereka. Yang dilakukan oleh burung
pelatuk ini serupa dengan orang yang memukul paku ke dinding dengan kepalanya.
Jika orang mencoba melakukan perbuatan seperti ini, mungkin ia akan mengalami
pusing yang diikuti dengan gegar otak. Akan tetapi, burung pelatuk bisa mematuk
batang pohon yang keras 38-43 kali dalam waktu dua atau tiga detik saja tanpa
menderita apa-apa.18
Tidak
terjadi apa-apa karena struktur kepala burung pelatuk tercipta secara ideal
untuk tugas semacam itu. Tengkorak burung pelatuk mempunyai sistem suspensi
yang luar biasa yang menyerap daya pukulan. Muka dan beberapa urat tengkoraknya
yang berdampingan dengan paruh dan rahangnya itu sangat kokoh sehingga turut
mengurangi efek pukulan yang kuat selama pematukan.19
Rancangan
dan perencanaan tidak berakhir di sini. Dengan terutama lebih menyukai kayu
tusam, burung pelatuk mengecek umur pohon sebelum mengebor lubang padanya dan
memilah yang umurnya lebih dari 100 tahun, karena kayu tusam yang umurnya lebih
dari 100 tahun menderita suatu penyakit yang menyebabkan kulit kayu keras dan
tebal untuk dilembutkan. Baru-baru ini sajalah hal ini ditemukan oleh sains dan
mungkin anda membacanya di sini untuk pertama kalinya dalam kehidupan anda;
burung pelatuk telah mengetahuinya selama berabad-abad.
Ini bukan
satu-satunya alasan mengapa burung pelatuk lebih menyukai kayu tusam. Burung
pelatuk menggali rongga di sekeliling sarang mereka yang fungsinya pada mulanya
tidak terpahami. Kemudian rongga-rongga ini terpahami untuk melindungi mereka
dari bahaya besar. Seiring dengan waktu, damar lengket yang lolos dari kayu
tusam memenuhi rongga sehingga rintisan sarang burung pelatuk penuh dengan
genangan yang dengan demikian ini, burung pelatuk bisa terlindung dari ular,
musuh terbesar mereka.
Corak
menarik lain burung pelatuk adalah mulut mereka yang cukup tipis untuk juga
menyusup sarang semut di pohon. Mulut mereka juga lengket yang memungkinkan
mereka untuk mengumpulkan semut di sana. Kesempurnaan penciptaan ini
selanjutnya terungkap oleh fakta bahwa mulut mereka mempunyai susunan yang
mencegah mereka dari bahaya asam di tubuh semut-semut.20
Burung
pelatuk, yang setiap cirinya dibahas di berbagai paragraf di atas, dengan semua
corak rincinya membuktikan bahwa mereka itu 'diciptakan'. Jika burung pelatuk
berkembang secara kebetulan sebagaimana klaim teori evolusi, mereka akan mati
sebelum memperoleh ciri konsisten yang luar biasa seperti itu dan mereka akan punah.
Akan tetapi, karena mereka diciptakan oleh Allah dengan 'rancangan' istimewa
yang disesuaikan dengan kehidupan mereka, mereka memulai kehidupan mereka
dengan semua sifat-sifat pentingnya.
Kamuflase
Salah satu
strategi pertahanan hewan adalah kamuflase. Beberapa hewan mempunyai
perlindungan khusus yang berupa struktur tubuh dan pewarnaan yang semuanya
sesuai dengan habitat mereka. Tubuh-tubuh makhluk hidup ini sangat serasi
dengan lingkungan mereka yang bila anda lihat di gambar, tidak bisa anda katakan
apakah itu tanaman ataukah hewan, atau membedakan mereka dari sekeliling
mereka.
Sebagaimana
yang akan kita lihat pada halaman-halaman berikut, keserupaan yang luar biasa
pada seekor serangga dengan daun membantunya mengalihkan perhatian
musuh-musuhnya. Jelas bahwa hewan mungil ini tidak membuat tubuhnya kelihatan
seperti daun. Mungkin ia tidak sadar juga bahwa ia terlindung karena terlihat
seperti daun. Namun demikian, kamuflase ini sedemikian tangkas sehingga segera
mengena sebagai taktik pertahanan yang terencana secara khusus dan 'tercipta'.
KETERANGAN HALAMAN 53
Ular
yang menyamarkan diri di pasir bersembunyi dari musuh-musuhnya. Mungkinkah
ular ini mewarnai sendiri kulitnya dan membuat pola yang sepenuhnya serasi
dengan lingkungannya?
|
KETERANGAN HALAMAN 54
Di
gambar adalah ular yang bersembunyi di antara semak-semak.
Bila
anda lihat dengan seksama, akan anda amati bahwa yang anda kira cabang pohon
ternyata seekor serangga.
|
KETERANGAN HALAMAN 55
Telur-telur
seekor burung kedidi Barat berwarna sama dengan lingkungannya supaya
terlindung dari musuh-musuh.
Beberapa
serangga menyamarkan diri mereka sendiri sebagai daun-daun mati. Sangat sulit
membedakan ngengat Panama dari daun layu.
Bunglon
ini dikenal sebagai tokek yang bisa meniru warna sekelilingnya dalam 20
menit.
Ada
pemakan semut bersembunyi di antara dedaunan! Bisakah anda melihatnya?
Kepompong
yang hidup di hutan basah Panama ini mempunyai bintik-bintik seperti mata
ular yang bisa menakut-nakuti predator-predator.
|
KETERANGAN HALAMAN 56
Ulat ini
terhindar dari perhatian musuh-musuhnya karena menempatkan tubuhnya tepat di
tengah-tengah daun.
Bunglon
baja ini tidak mengubah warna menurut lingkungannya karena warnanya sudah
tercipta serasi dengan lingkungannya.
Spesies
serangga ini terlindung dari semua musuhnya karena penampilannya menyerupai
daun.
Belalang
sembah di anggrek ini berhasil dalam penyamaran belalang dengan sayapnya yang
menyerupai daun bunga.
|
KETERANGAN HALAMAN 57
Serangga
yang menyerupai dedaunan sangat umum. Rincian daun pada tubuhnya bisa dilihat.
Ular ini
menyamarkan diri dengan berpose di udara seperti semua daun lainnya.
Tiga
kutu di sebelah kiri ini dapat meyakinkan musuh-musuhnya dengan penampilan
mereka bahwa mereka itu duri pohon.
|
KETERANGAN HALAMAN 58
MATA
PALSU MEMBINGUNGKAN!
Bila
kupu-kupu membuka sayap, kita dapati sepasang mata. Mata-mata ini meyakinkan
musuh-musuhnya bahwa ia bukan kupu-kupu. Terutama, wajah palsu beberapa
spesies kupu-kupu seperti kupu-kupu Shonling yang terlihat di atas sangat
sempurna dengan sinar mata, corak wajah, alis mata mengerut, mulut dan hidung
sehingga gambaran keseluruhannya cukup menggetarkan bagi banyak musuhnya.
Orang
yang berkepala batu dengan menyangkal Allah mungkin berusaha menyokong
pandangannya yang tak masuk-akal dengan penjelasan evolusionis yang berupa
"teori kebetulan yang menarik". Ia mungkin juga menyatakan bahwa
'kupu-kupulah yang menghasilkan pola ini pada tubuhnya dengan memikirkan
bahwa ini akan berguna baginya'.
Jika
seseorang membuat pernyataan sedemikian ini dan menaksir bahwa pola-pola yang
mengungguli keindahan lukisan seniman ini muncul secara kebetulan, maka tidak
ada yang tersisa pada bagian 'ulul albab'. Ini karena pernyataan itu tidak
sesuai sama sekali dengan nalar dan akal sehat.
|
Mata Palsu
Ada
beberapa metode pertahanan menarik yang tak terbayangkan dan luar biasa di
dunia hewan. Salah satunya ialah mata
palsu. Dengan mata palsu semacam ini, berbagai kupu-kupu, ulat, dan spesies
ikan meyakinkan musuh mereka bahwa mereka 'berbahaya'.
Kupu-kupu di gambar kiri membuka sayap
mereka segera sesudah merasakan suatu bahaya dan mempertontonkan sepasang mata
di setiap sayap mereka yang tampaknya cukup mengancam musuh-musuh mereka.
Mari kita luangkan waktu dan berpikir:
mungkinkah mata yang sangat meyakinkan tersebut merupakan hasil dari kebetulan?
Bagaimana mungkin kupu-kupu tahu bahwa sepasang mata yang menakutkan akan
tampak bila ia membuka sayapnya dan bahwa pandangan ini akan menggetarkan
musuhnya? Pernahkah kupu-kupu melihat pola pada sayapnya dan memutuskan bahwa
pola ini menakutkan dan bahwa ini bisa berfaedah pada kejadian bahaya?
Pola yang
meyakinkan seperti itu hanya mungkin merupakan hasil dari rancangan yang
disengaja, bukan dari kebetulan. Lagipula, sama sekali tidak mungkin bahwa
kupu-kupu menyadari pola-pola pada sayapnya dan menemukannya sendiri sebagai
taktik pembelaan. Jelas bahwa Allah, Yang menciptakan kupu-kupu, melimpahkan
pada tubuhnya pola seperti itu dan memberi ilham naluri kepada hewan untuk
dipakai pada keadaan bahaya.
KETERANGAN
HALAMAN 59
Di sebelah kiri adalah kepala dan
mata sejati ikan pari berduri-belakang. Di sebelah kanan, ikan itu berenang
menuju sarangnya dengan ekor di belakangnya yang menampakkan sepasang 'mata'.
Ikan-ikan lain di sekelilingnya takut mendekatinya karena mengiranya bangun
dengan mata palsu di ekornya.
|
Bunga
Teratai
Bunga-bunga kecil biasanya dianggap
biasa oleh orang-orang, meski sempurna sepenuhnya. Orang-orang tidak mencerap
keajaiban penciptaan bunga-bunga ini karena terlihat ada di mana-mana setiap
hari. Karena itu, bunga-bunga yang tumbuh di tempat yang sangat berbeda, dalam
keadaan yang sangat lain, dan dalam ukuran yang sangat berbeda akan ditaksir
tanpa 'kacamata biasa' dan dengan demikian membantu kita mencerap keberadaan Allah.
Teratai-teratai Amazon yang tumbuh di
lumpur lengket yang menutupi dasar Sungai Amazon cukup menarik untuk mengganti
'kacamata biasa' orang-orang, karena mereka melangsungkan kehidupan mereka
tidak dengan cara yang biasanya kita saksikan setiap hari, tetapi dengan
perjuangan yang sangat lain.
Tanaman-tanaman ini mulai tumbuh di
lumpur dasar Sungai Amazon, dan kemudian menjangkau permukaan sungai. Tujuannya
adalah mencapai sinar matahari yang sangat penting untuk keberadaan mereka.
Tatkala akhirnya mencapai permukaan air, mereka berhenti tumbuh dan
mengembangkan pucuk bundar berduri. Pucuk-pucuk ini berkembang menjadi
daun-daun raksasa dengan jangkauan 2 meter dalam beberapa jam. Dengan
'mengetahui' bahwa semakin banyak menutupi permukaan sungai dengan daun-daun
yang berhamparan, semakin mampu mereka memanfaatkan sinar matahari,
teratai-teratai ini banyak menggunakan siang hari untuk melakukan fotosintesis.
Mereka 'tahu' bahwa kalau tidak, mereka tidak akan dapat bertahan hidup di
dasar sungai karena langkanya cahaya. Tentu saja, menjalankan taktik 'cerdik'
seperti ini jelas merupakan ilham bagi tanaman.
KETERANGAN
HALAMAN 60
Teratai-teratai hanya bisa
memanfaatkan siang hari setelah mereka membuat jalan dari kedalaman rawa ke
permukaan air dengan memanjang setinggi 2 meter. Akan tetapi, akar-akar bunga
ini juga membutuhkan oksigen. Di gambar kiri adalah tangkai-tangkai yang
bermunculan dari akar-akar tanaman tersebut menuju permukaan air dan
membawakan oksigen untuk akar-akar ini.
|
Akan
tetapi, sinar matahari saja tidak memadai bagi terata-teratai Amazon. Mereka
juga membutuhkan oksigen. Sekalipun demikian, tentu saja oksigen ini tidak ada
di tanah berlumpur tempat akar-akar mereka. Karena inilah teratai membentangkan
tangkai yang berkembang dari akar ke atas menuju permukaan air yang
mengambangkan daun-daun mereka. Kadang-kadang tangkai-tangkai ini tumbuh
setinggi 11 meter; mereka berkaitan dengan daun-daun dan berfungsi sebagai
pengangkut oksigen antara daun dan akar.21
Bagaimana
pucuk itu bisa tahu pada tahap awal kehidupannya di kedalaman sungai bahwa ia
membutuhkan oksigen dan sinar matahari untuk mempertahankan hidup, bahwa ia
tidak akan bisa hidup tanpanya, dan bahwa segala sesuatu yang dibutuhkannya ini
terdapat di permukaan air? Makhluk yang baru saja mengenal kehidupan ini tidak
menyadari kenyataan bahwa air ini mempunyai permukaan atau pun keberadaan
matahari dan oksigen.
Karena
itu, jika seluruh kejadian ini ditaksir dari sudut pandang evolusionis,
tumbuh-tumbuhan ini pasti sudah lama takluk oleh keadaan lingkungan dan menjadi
punah. Akan tetapi, teratai masih ada saat ini dengan segala kesempurnaannya.
Perjuangan
kehidupan teratai-teratai yang sulit dipercaya ini masih berlangsung setelah
mereka mencapai sinar dan oksigen di permukaan air, yang di sini mereka
menggulung daun-daun raksasa mereka ke atas supaya tidak tenggelam.
Mereka
dapat melangsungkan kehidupan dengan semua pencegahan ini. Sekalipun demikian,
mereka tahu bahwa ini tidak cukup untuk perkembangbiakan. Mereka membutuhkan
makhluk hidup yang akan membawa serbuk-sari mereka ke teratai lain, dan makhluk
hidup ini ialah kumbang yang tercipta dengan ketertarikannya pada warna putih.
Hewan ini lebih suka teratai putih ini daripada bunga-bunga menarik lainnya di
Sungai Amazon. Ketika teratai Amazon dikunjungi oleh hewan ini yang akan
melestarikan spesies mereka, mereka menutup semua daun mereka, membelenggu
mereka, dan menawari mereka serbuk-sari yang cukup banyak. Mereka membiarkan
mereka bebas setelah menyekap mereka selama satu malam, dan kemudian mengubah
warna mereka supaya mereka tidak membawa kembali serbuk-sari yang sama kepada
mereka. Segera setelah putih murni, teratai meriah lalu menghiasi sungai Amazon
dengan warna merah-muda.
Bisakah
rencana-rencana yang diperhitungkan secara baik dan tanpa cacat seperti itu
merupakan karya pucuk yang tidak menyadari segalanya? Tentu tidak. Mereka ialah
hasil dari kebijaksanaan Allah, Yang mengciptakan segala sesuatu. Semua
seluk-beluk yang diringkas di sini menunjukkan bahwa tanaman, seperti semua makhluk
hidup di alam semesta ini, menjadi ada dengan telah diperlengkapi dengan sistem
yang paling sesuai, dan bersyukurlah kepada Pencipta mereka.
KESIMPULAN
Bisakah
angin membentuk pesawat terbang secara kebetulan? Fisikawan terkenal Sir Fred
Hoyle membuat pengamatan yang sangat tajam mengenai asal-usul kehidupan. Dalam
bukunya The Intelligent Universe ia menulis:
Peluang
bahwa bentuk kehidupan yang lebih tinggi mungkin muncul dengan cara ini [secara
kebetulan] sebanding dengan peluang bahwa angin puyuh yang melanda melalui
tempat barang rongsokan bisa membentuk Boeing 747 dari bahan-bahan di situ.22
Pembandingan
Hoyle ini cukup berilham. Contoh-contoh yang kita bahas tadi juga mengungkapkan
bahwa keberadaan kehidupan dan juga kesempurnaan sistemnya tersebut memaksa
kita untuk mencari kekuatan hebat yang menjadikan ini semua. Sebagaimana angin
topan yang tidak bisa menghasilkan pesawat terbang sebagai hasil dari
kebetulan, mustahil juga bagi alam semesta untuk menjadi ada sebagai hasil dari
kejadian yang tak terencana dan lebih-lebih mengandung susunan yang sangat
rumit di dalamnya. Yang benar, alam semesta diperlengkapi dengan banyak sekali
sistem dengan kerumitan yang jauh lebih tak terbatas daripada sistem pesawat
terbang.
Segala
yang kami katakan di bab ini menantang kita dengan bukti perencanaan yang tak
bercacat bukan hanya di sekeliling yang dekat dengan kita, melainkan juga di
pedalaman. Orang yang menaksir ayat-ayat ini yang juga merupakan bukti yang tak
terbantahkan baik oleh akal maupun nurani hanya bisa sampai pada satu
kesimpulan: tidak ada tempat bagi kebetulan di alam semesta ini; alam semesta
ini DICIPTAKAN dengan segala hal-hal kecil di dalamnya.
Dan Allah, Pencipta sistem yang sempurna
ini, Dialah Yang mempunyai kekuatan dan pengetahuan yang tak terbatas.
Bab 4
PARA ILMUWAN MENYAKSIKAN AYAT-AYAT ALLAH
Liputan kita sejauh ini memperlihatkan
bahwa sifat-sifat alam semesta yang ditemukan dengan ilmu pengetahuan
menunjukkan keberadaan Allah. Ilmu pengetahuan mengarahkan kita kepada kesimpulan
bahwa alam semesta memiliki Pencipta dan bahwa Pencipta ini sempurna dalam hal
kekuasaan, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Agamalah yang memperlihatkan jalan
kepada kita untuk mengenal Allah. Karena itu, bisa dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah metode yang kita gunakan untuk melihat dan menyelidiki
dengan lebih baik kenyataan-kenyataan yang disebut oleh agama. Namun demikian,
sekarang, beberapa ilmuwan yang melangkah maju atas nama ilmu pengetahuan
mengambil sudut pandang yang seluruhnya berbeda. Dalam pandangan mereka,
penyelidikan ilmiah tidak menyiratkan ciptaan Allah. Mereka justru meluncurkan
pemahaman ilmu pengetahuan yang ateistik dengan mengatakan bahwa mustahil
menjangkau Allah melalui data ilmiah: mereka mengklaim bahwa ilmu pengetahuan
dan agama merupakan dua pandangan yang berbenturan.
Sesungguhnya,
pemahaman ilmu pengetahuan yang ateistik ini belum lama. Sampai beberapa abad
yang lalu, ilmu pengetahuan dan agama tidak pernah dikira berbenturan satu sama
lain, dan ilmu pengetahuan diterima sebagai metode pembuktian keberadaan Allah.
Pemahaman ilmu pengetahuan yang disebut ateistik ini baru berkembang sesudah
filsafat materialis dan positivis melanda dunia ilmui pengetahuan pada abad
ke-18 dan ke-19.
Terutama
setelah Charles Darwin merumuskan teori evolusi pada 1859, kalangan yang
berpandangan materialistik mulai secara ideologis membela teori ini, yang
mereka lihat sebagai altertnatif terhadap agama. Teori evolusi berpendapat
bahwa alam semesta tidak diciptakan oleh suatu pencipta, tetapi menjadi ada
secara kebetulan. Akibatnya, agama disangka bertentangan tajam dengan ilmu
pengetahuan. Para peneliti dari Britania yaitu Michael Baigent, Richard Leigh,
dan Henry Lincoln berpendapat mengenai persoalan ini bahwa satu setengah abad
sebelum Darwin, ilmu pengetahuan belum bercerai dari agama dan sebenarnya
merupakan bagian darinya, dengan maksud utama untuk melayaninya. Namun dengan
munculnya Darwin, ilmu pengetahuan menjadi terlepas dari agama dan menetapkan
diri sebagai pesaing mutlaknya dan alternatif terhadap agama. Tiga peneliti ini
akhirnya menyimpulkan bahwa karenanya manusia terpaksa membuat pilihan antara
keduanya.23
Sebagaimana
yang kami nyatakan tadi, “jurang” antara ilmu pengetahuan dan agama bersifat
ideologi sepenuhnya. Beberapa ilmuwan, yang dengan serius mempercayai
materialisme, mengkondisikan mereka sendiri untuk membuktikan bahwa alam
semesta tidak mempunyai pencipta dan mereka membuat berbagai teori dalam
konteks ini. Teori evolusi adalah yang paling terkenal dan paling penting di antara
berbagai teori itu. Di bidang astronomi pun jelas ada teori yang dikembangkan
seperti “teori keadaan-tetap” atau “teori kekacaubalauan”. Akan tetapi, semua
teori yang menolak penciptaan ini lumpuh oleh karena ilmu pengetahuan itu
sendiri, sebagaimana yang telah kami tunjukkan dengan jelas di bab-bab
terdahulu.
Dewasa
ini, para ilmuwan yang masih mempertahankan teori-teori ini dan bersikeras
menolak semua hal yang religius ialah orang-orang yang dogmatik dan fanatik,
yang mengkondisikan mereka sendiri tidak untuk mengimani Allah. Seorang
evolusionis dan zoolog terkenal, D.M.S. Watson mengakui dogmatisme ini ketika
ia menjelaskan mengapa ia dan rekan-rekannya menerima teori evolusi:
Kalau
begitu, ini akan menyajikan kesejajaran dengan teori evolusi itu sendiri, teori
yang secara universal diterima, bukan karena bisa dibuktikan dengan bukti yang
secara logis benar, melainkan karena satu-satunya alternatif, ciptaan istimewa,
jelas-jelas sulit dipercaya.24
Apa yang
dimaksud oleh Watson dengan “ciptaan istimewa” adalah ciptaan Allah.
Sebagaimana yang diakui, para ilmuwan ini menganggapnya “tak bisa diterima”.
Namun mengapa? Apakah karena ilmu pengetahuan mengatakannya demikian?
Sebenarnya tidak. Sebaliknya, ilmu pengetahuan membuktikan kebenaran
penciptaan. Satu-satunya alasan mengapa Watson menganggap fakta ini tak dapat
diterima adalah karena ia telah mengkondisikan diri untuk menyangkal keberadaan
Allah. Semua evolusionis lain mengambil sikap yang sama.
Para
evolusionis tidak bersandar pada ilmu pengetahuan, tetapi filsafat materialisme
dan mereka menyelewengkan ilmu pengetahuan untuk membuatnya cocok dengan
filsafat ini. Seorang ahli genetika dan evolusionis terkenal dari Universitas
Harvard, Richard Lewontin, mengakui kebenaran ini:
Ini bukan
bahwa metode dan institusi ilmu pengetahuan agak memaksa kita untuk menerima
penjelasan materialisme tentang dunia fenomenal, melainkan, sebaliknya, bahwa
kita terpaksa oleh kesetiaan apriori kita terhadap penyebab materialis untuk
membuat alat penyelidikan dan perangkat konsep yang menghasilkan penjelasan
materialis, tidak peduli betapa konter-intuitifnya, tidak peduli betapa
membingungkannya hal yang tak berawal. Lagipula, materialisme itu mutlak,
sehingga kita tidak mungkin membiarkan Kaki Ilahi di pintu tersebut.25
Sebaliknya,
dewasa ini, seperti dalam sejarah, terdapat ilmuwan-ilmuwan yang mempertegas
keberadaan Allah, yang berlawanan dengan kelompok materialis dogmatis ini, dan
mengakui ilmu pengetahuan sebagai jalan untuk mengenal Dia. Beberapa
kecenderungan yang berkembang di A.S. semisal “Kreasionisme” atau “Desain
Cerdas” membuktikan dengan bukti ilmiah bahwa semua makhluk hidup diciptakan
oleh Allah.
Ini
memperlihatkan kepada kita bahwa ilmu pengetahuan dan agama bukan sumber
informasi yang bertentangan, melainkan bahwa ilmu pengetahuan justru merupakan
metode yang mengesahkan kebenaran mutlak yang disediakan oleh agama.
Perseteruan antara agama dan ilmu pengetahuan hanya berlangsung pada agama
tertentu yang mengambil beberapa unsur takhyul di samping sumber ilahi. Akan
tetapi, tentu saja ini bukan persoalan bagi Islam, yang hanya bergantung kepada
wahyu murni dari Allah. Lebih-lebih, Islam terutama mendorong penyelidikan
ilmiah, dan mengumumkan bahwa penyelidikan alam semesta merupakan metode untuk
merambah ciptaan Allah. Ayat Al-Qur’an berikut ini menyinggung persoalan ini:
Tidakkah mereka melihat langit di
atas mereka? Bagaimana Kami membuatnya dan menghiasinya, dan tiada cacat
padanya? Dan bumi—Kami bentangkan, dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung
yang tegak kuat dan Kami tumbuhkan di atasnya berbagai tanaman yang indah
berpasang-pasang. ... Dan Kami turunkan dari langit air yang membawa berkah,
dan dengan itu Kami tumbuhkan kebun-kebun dan biji-bijian yang dapat dipanen;
dan pohon kurma yang tinggi, dengan tunas-tunas tangkai saling terjalin. (Surat
Qaaf, 6-7, 9-10)
Sebagaimana
yang tersirat pada ayat di atas, Al-Qur’an selalu mendorong orang-orang untuk
berpikir, bernalar, dan merambah dunia tempat tinggal mereka. Ini karena ilmu
pengetahuan mendukung agama, menyelamatkan individu dari kejahiliyahan, dan
menyebabkannya untuk berpikir dengan lebih sadar; ilmu pengetahuan membuka
lebar-lebar dunia pemikiran dan membantu orang mencerap ayat-ayat Allah yang
berbukti sendiri di alam semesta. Seorang fisikawan terkemuka Jerman, Max
Planck, mengatakan bahwa “semua orang yang, apa saja bidangnya, mengkaji ilmu
pengetahuan secara sungguh-sungguh itu akan membaca frase berikut ini di pintu
kuil ilmu pengetahuan: “beriman”. Menurut dia, iman merupakan sifat dasar ilmuwan.26
Semua
persoalan yang kita bahas sejauh ini tiba pada kesimpulan bahwa keberadaan alam
semesta dan semua makhluk hidup tidak dapat dijelaskan dengan kebetulan. Banyak
ilmuwan yang berwibawa di dunia ilmu pengetahuan yang telah mempertegas dan masih
mempertegas kenyataan besar ini. Semakin banyak kita belajar tentang alam
semesta, semakin tinggi penghargaan kita kepada tatanan yang tiada cacat ini.
Semua detail yang baru ditemukan itu mendukung penciptaan dengan cara yang tak
terbantah.
KETERANGAN HALAMAN 67
Fisikawan
Jerman, Max Planck Sir Isaac
Newton
|
Mayoritas
besar fisikawan modern menerima fakta penciptaan seperti yang kita pancangkan
di abad ke-21. David Darling juga mempertahankan bahwa yang ada di permulaan
bukan waktu, bukan ruang, bukan zat, bukan energi, atau pun noktah kecil atau
rongga. Suatu pergerakan yang agak cepat dan fluktuasi dan getaran yang kalem
terjadi. Darling berakhir-kalam dengan mengatakan bahwa bila tutup kotak kosmik
terbuka, maka sulur keajaiban penciptaan akan tampak dari bawahnya.27
Di samping
itu, hampir semua pendiri berbagai cabang ilmu pengetahuan beriman kepada Allah
dan kitab suci-Nya. Fisikawan terbesar dalam sejarah, Newton, Faraday, Kelvin
dan Maxwell merupakan sedikit contoh ilmuwan semacam itu.
Pada masa
Isaac Newton, fisikawan besar, para ilmuwan percaya bahwa pergerakan
benda-benda langit dan planet-planet bisa dijelaskan dengan hukum yang
berbeda-beda. Namun demikian, Newton percaya bahwa pencipta bumi dan angkasa
adalah sama dan, karena itu, bisa dijelaskan dengan hukum yang sama. Ia
memperluas pandangan ini di bukunya dengan mengatakan bahwa sistem matahari dan
planet yang sempurna hanya bisa bertahan di bawah kendali dan dominasi sesuatu
yang berkuasa dan bijaksana.28
Telah
terbukti, ribuan ilmuwan yang telah melakukan penelitian di bidang fisika,
matematika, dan astronomi sejak Zaman Pertengahan semuanya sepakat pada gagasan
bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Pencipta tunggal dan selalu berfokus
pada titik yang sama. Pendiri astronomi fisika, Johannes Kepler, menyatakan
keimanannya yang kuat kepada Tuhan di salah satu bukunya yang menyatakan bahwa
kita, sebagai hamba Tuhan yang miskin dan serba kekurangan, harus memperhatikan
besarnya kebijaksanaan dan kekuasaan Tuhan dan berserah diri kepada-Nya.29
Fisikawan
besar, William Thompson (Lord Kelvin), yang mendirikan termodinamika, ialah
juga seorang Nasrani yang beriman kepada Allah. Ia menentang keras-keras teori
evolusi Darwin dan menolaknya sama sekali. Ia menjelaskan secara singkat sebelum
kematiannya bahwa ketika memperhatikan asal-usul alam semesta, tentulah ilmu
pengetahuan mempertegas keberadaan Sang Mahakuasa.30
Salah
seorang profesor fisika di Universitas Oxford, Robert Mattheus menyatakan fakta
yang sama di bukunya yang terbit pada 1992 yang menjelaskan bahwa molekul DNA
diciptakan oleh Tuhan. Mattheus menyatakan bahwa semua taraf ini berproses
dengan keserasian yang sempurna dari sel tunggal sampai bayi hidup, lalu
menjadi anak kecil, dan akhirnya menjadi dewasa. Semua peristiwa ini hanya bisa
dijelaskan sebagai keajaiban, sebagaimana taraf-taraf biologis lainnya.
Mattheus menanyakan bagaimana organisme yang rumit sesempurna itu bisa muncul
dari sel yang mungil dan sesederhana itu dan bagaimana MANUSIA yang bermartabat
diciptakan dari sebuah sel yang bahkan lebih kecil daripada titik pada huruf i.
Akhirnya, ia menyimpulkan bahwa ini bukan lain kecuali mukjizat.31
Sebagian
ilmuwan lain yang menerima bahwa alam semesta diciptakan oleh Pencipta dan yang
terkenal karena kontribusi mereka (dalam kurung) ialah:
Robert Boyle (Bapak Kimia Modern)
Iona William Petty (terkenal karena kajiannya tentang
Statistika dan Ekonomi Modern)
Michael Faraday (salah seorang dari fisikawan terbesar
sepanjang masa)
Gregory Mendel (Bapak Genetika; ia membatalkan Darwinisme
dengan penemuannya dalam Genetika)
Louis Pasteur (nama terbesar dalam Bakteriologi; ia
menyatakan perang terhadap Darwinisme)
John
Dalton (Bapak Teori Atom)
Blaise
Pascal (salah seorang dari matematikawan terpenting)
John
Ray (nama terpenting dalam Sejarah Alam Britania)
Nicolaus Steno (stratiografer terkenal yang menyelidiki
lapisan bumi)
Carolus Linnaeus (Bapak Klasifikasi Biologis)
Georges Cuvier (pendiri Anatomi Komparatif)
Matthew Maury (pendiri Oseanografi)
Thomas Anderson (salah seorang dari pelopor di bidang
Kimia Organik)
BUKTI ILMIAH DAN MUKJIZAT AL-QUR’AN
Al-Qur’an
diturunkan pada 14 abad yang lalu oleh Allah. Al-Qur’an bukan buku ilmiah. Akan
tetapi, kitab ini mencakup beberapa penjelasan ilmiah dalam tautan
keagamaannya. Penjelasan ini tidak pernah bertentangan dengan temuan-temuan
ilmu modern. Sebaliknya, fakta-fakta tertentu yang baru ditemukan dengan
teknologi abad ke-20 itu sebenarnya telah diungkapkan dalam Al-Qur’an 14 abad
silam. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan salah satu bukti terpenting
yang menegaskan keberadaan Allah.
MEMANDANG ALAM SEMESTA DENGAN KACAMATA AL-QUR’AN
Menurut data yang diperoleh pada abad ke-20, ternyata
bahwa alam semesta ini menjadi ada secara tiba-tiba setelah sebelumnya tidak
ada. Teori ini dikenal sebagai teori Ledakan Dahsyat (Big Bang) yang
berpandangan bahwa alam semesta ini pada mulanya terjadi dengan peledakan. Kita
mengkaji teori ini dalam konteks historisnya yang terdukung dengan bukti-bukti
ilmiah pada Bab Dua yang berjudul “Ada dari Tiada”. Pada bab ini, kita akan
mengamati bagaimana Allah menyatakan kepada kita beberapa fakta ilmiah mengenai
penciptaan alam semesta dalam Al-Qur’an.
Ada bukti yang sangat kuat yang mendukung teori Ledakan
Dahsyat. Meluasnya alam semesta merupakan salah satunya dan bukti yang paling
signifikan mengenai hal ini adalah saling menjauhnya galaksi-galaksi dan
benda-benda langit. Untuk memahami dengan lebih baik, alam semesta bisa
dibayangkan sebagai permukaan balon yang digelembungkan. Seperti halnya
bagian-bagian permukaan balon yang saling menjauh ketika balon digelembungkan,
begitu jugalah angkasa yang saling menjauh tatkala alam semesta meluas.
Dalam hal ini, mari kita rujuk ke ayat Al-Qur’an yang relevan.
Pada satu ayat, berikut ini dinyatakan mengenai penciptaan alam semesta:
Dengan kekuasaan Kami membangun cakrawala, dan Kami yang
menciptakan angkasa luas. (Surat
adz-Dzaariyaat, 47)
Pada ayat lain yang mengacu pada langit, difirmankan:
Tidakkah orang-orang kafir mengerti bahwa langit dan bumi
semula terpadu (sebagai satu kesatuan dalam penciptaan), lalu keduanya Kami
pisahkan? Dan dari air Kami jadikan segalanya hidup. Tidakkah
mereka mau beriman juga? (Surat al-Anbiyaa’, 30)
Kata-asal “ratk” tang diterjemahkan sebagai “terpadu” di
ayat ini, berarti “sesuatu yang tertutup, padat, kedap, bergabung menjadi satu
dalam massa yang berat” menurut kamus-kamus Arab. Maksudnya, ini dipakai untuk
dua potong yang berlainan yang membentuk entitas. Pernyataan “pisahkan” adalah
kata-kerja “fatk” dalam bahasa Arab dan ini berarti memecah obyek dalam keadaan
“ratk”. Sebagai misal, penumbuhan benih dan tampilan pucuk-pucuknya di bumi
diungkapkan dengan kata-kerja ini. Kini, mari kita lihat kembali ayat yang
menunjukkan bahwa langit dan bumi itu dalam keadaan “ratk”, lalu keduanya
diartikan “dipisahkan” dalam artian katakerja “fatk”. Maksudnya, yang satu
menerobos yang lain dan membuat jalan keluarnya. Sungguh, bila kita mengingat
kejadian pertama Ledakan Dahsyat, kita lihat bahwa bintik yang disebut telur
kosmik itu mengandung semua bahan alam semesta. Segala sesuatu, bahkan “langit
dan bumi” yang belum tercipta pun, terkandung di bintik ini dalam keadaan
“ratk”. Sesudah itu, telur kosmik ini meledak, kemudian semua zat menjadi
“fatk”.
Bila kita bandingkan ungkapan-ungkapan di ayat ini dengan
bukti ilmiah, kita lihat bahwa ungkapan-ungkapan ini sangat bersesuaian. Yang
cukup menarik, temuan-temuan ini belum ada sebelum abad ke-20.
PENCIPTAAN LANGIT
Steven Weinberg, pengarang buku The First Three
Minutes, pernah menegaskan bahwa sepintas lalu, tampaknya langit mungkin
merupakan suatu “alam tak berubah” yang kokoh. Sesungguhnya, awan-awan
berarak-arakan mengejar bulan, kolong langit biru mengelilingi bintang kutub,
bulan itu sendiri membesar dan mengecil dalam waktu yang lebih lama, dan bulan
dan planet-planet bergerak melalui suatu bidang yang ditentukan oleh
bintang-bintang. Akan tetapi, kita tahu bahwa semua ini kejadian setempat yang
disebabkan oleh pergerakan dalam sistem matahari kita. Weinberg juga
menambahkan bahwa di belakang planet-planet, bintang-bintang tampaknya tidak
bergerak.
Memang, dengan pengamatan ke arah langit sepintas lalu,
kita merasa bahwa segala benda itu sangat stabil dan tetap. Namun demikian, ini
tidak benar. Terdapat kegiatan besar di langit dan fakta ini, yang tak telihat
oleh mata telanjang, yang telah tercatat berabad-abad yang lalu di Al-Qur’an.
Terdapat banyak ayat di Al-Qur’an yang mengacu pada
langit, kebanyakan dalam bentuk jamak. Kata “samawat”, yang bermakna
“langit-langit”, dalam bahasa Arab berarti angkasa dan atmosfir bumi.
Hal pertama yang akan kita bahas di sini adalah
penggunaan kata “langit” dengan bentuk jamak. Penggunaan bentuk jamak ini
merupakan salah satu dari mukjizat Al-Qur’an. Sekarang mari kita jelaskan
mengapa.
Bayangkan bahwa anda keluar di udara terbuka dan
mengarahkan kepala anda menujui langit. Apa yang anda lihat? Jika musim panas,
anda akan melihat langit biru cerah atau beberapa awan melayang di langit; dan
jika musim dingin, langit abu-abu berkabut tertutup oleh awan. Apa pun yang
anda lihat, anda tidak akan mampu melihat atmosfir yang mengelilingi bumi. Anda
tak akan pernah tahu bahwa atmosfir ini tersusun dari beberapa lapisan. Bahwa
Al-Qur’an membuat acuan rinci ini yang tak teramati dengan mata telanjang itu
merupakan sepotong bukti besar bahwa inilah kata-kata Allah:
Dia yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis; tak
akan kau lihat ketidakseimbangan dalam ciptaan (Allah) Yang Maha Pemurah. Balikkanlah
pandanganmu sekali lagi, tampakkah olehmu ada yang cacat? Lalu ulanglah
pandanganmu sekali lagi; pandanganmu akan berbalik kepadamu, letih dan
membingungkan. (Surat al-Mulk, 3-4)
KETERANGAN HALAMAN 73
Dialah Pencipta langit dan
bumi; dan bila menghendaki sesuatu, Ia berkata, “Jadilah!” maka langsung
jadi.
|
Angkasa bisa dibayangkan sebagai rongga besar: rongga
amat besar yang tak berbatas, suatu rongga yang mengandung bintang-bintang,
planet-planet, dan benda-benda yang bergerak. Akan tetapi, angkasa itu bukan
rongga itu sendiri. Angkasa merupakan suatu “sistem” yang terdiri atas berbagai
bintang, sistem matahari, planet, satelit, dan komet yang semuanya tak
terhitung banyaknya. Telah dinyatakan dalam Al-Qur’an bahwa langit dan angkasa
diciptakan tanpa cacat dalam “tatanan besar”:
Tidakkah mereka melihat langit di atas mereka? Bagaimana
Kami membuatnya dan menghiasinya, dan tiada cacat padanya? (Surat Qaaf, 6)
BINTANG DAN PLANET
Mari kita amati maksud kata “bintang” dalam Al-Qur’an.
Bintang-bintang yang ditunjukkan dengan kata “najm” (bintang) dan “kandil”
(pelita) mempunyai dua fungsi utama seperti yang tersirat dalam ayat-ayat.
Mereka sumber cahaya dan dimanfaatkan untuk navigasi.
Terutama dalam ayat-ayat yang menggambarkan hari
kebangkitan, ditekankan bahwa cahaya bintang keluar dan menjadi mengecil. Untuk
matahari, yang merupakan bintang juga, dipakai kata “kandil”. Kata “kandil”
digunakan juga bila mengacu pada bintang-bintang yang menghiasi langit.
Sekalipun demikian, ada perbedaan yang amat penting ketika kata “nur” (sinar)
dipakai untuk bulan. Dengan cara ini, bintang dan bukan bintang saling berbeda.
Fakta ini, yang tidak mungkin diketahui 14 abad silam, merupakan satu mukjizat
Al-Qur’an.
Kita telah menyebutkan bahwa fungsi-kedua bintang-bintang
sebagaimana yang dirujuk dalam ayat-ayat itu merupakan pedoman navigasi. Ayat
ini menjelaskan bahwa manusia dapat menentukan arah dengan bantuan bintang di
langit. Di semua ayat ini, kata “najm” digunakan. Sungguh, sebelum penemuan
kompas, yang mempunyai peran yang sangat penting pada awal-mula penemuan
geografis pada Zaman Pertengahan, navigasi hanya bisa terwujud dengan bantuan
bintang-bintang pada perjalanan malam hari.
Bagaimana mungkin bahwa bintang-bintang menunjukkan arah?
Ini mungkin hanya jika tersusun dalam suatu tatanan di tempat tinggal tetap
mereka. Jika suatu bintang terlihat di suatu tempat pada suatu malam, dan di
tempat lain pada malam lain, maka dengan ini mustahil mendapatkannya. Dalam komnteks ini,
tempat tertentu yang di situ bintang-bintang muncul di langit menjadi sangat
penting. Dalam
Al-Qur’an, Allah berfirman:
Selanjutnya, Aku bersumpah demi tempat-tempat terbenamnya
bintang-bintang, dan itu sungguh suatu sumpah yang amat besar kalau kamu tahu. (Surat al-Waaqi’ah,
75-76)
MATAHARI DAN BULAN
Ada banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menyebut matahari
dan bulan. Bila kata-kata Arab ini diselidiki, terungkaplah sifat yang menarik.
Pada ayat-ayat ini, kata “siraj” (lampu) dan “wahhaj” (terang-membara) dipakai
untuk matahari. Untuk bulan, kata “munir” (cerah berbinar-binar) digunakan. Sungguh,
manakala matahari menghasilkan panas dan cahaya yang amat besar sebagai akibat
dari reaksi nuklir di dalam, bulan hanya memantulkan cahaya yang diterimanya
dari matahari. Ayat-ayat yang menunjukkan perbedaan ini adalah:
Tidakkah kamu lihat bagaimana Allah menciptakan tujuh
langit berlapis-lapis, dan membuat bulan yang bercahaya di antaranya, dan
membuat matahari sebagai pelita (yang cemerlang)? (Surat Nuuh, 15-16)
Telah Kami bangun di atas kamu tujuh cakrawala dan
menempatkan (di situ) cahaya yang cemerlang. (Surat an-Nabaa’, 12-13)
Mahasuci Dia Yang telah menjadikan gugusan bintang di
langit dan menempatkan sebuah pelita (yang cemerlang) dan sebuah bulan yang
memberi penerangan. (Surat al-Furqaan, 61)
Perbedaan antara matahari dan bulan itu sungguh merupakan
bukti di ayat ini. Yang satu dilukiskan sebagai sumber cahaya dan yang lain
sebagai pemantul cahaya. Mustahil rincian seperti itu telah diketahui pada
waktu itu. Baru
berabad-abad kemudian manusia mulai mempunyai pengetahuan ini. Karena itu,
fakta bahwa informasi ini telah diberikan di Al-Qur’an merupakan satu bukti
bahwa Al-Qur’an diwahyukan oleh Tuhan.
Sekarang, mari kita alihkan perhatian kita ke
karakteristik hebat lainnya yang terdapat pada benda-benda langit—yang
merupakan pergerakan mereka di angkasa.
KETERANGAN HALAMAN 76
Demi langit yang pebuh
jalan-jalan. (Surat adz-Dzaariyaat, 7)
|
ORBIT YANG TERPAPAR DI AL-QUR’AN
Di atas, kita telah menyatakan bahwa benda-benda langit
bergerak di angkasa. Pergerakan-pergerakan ini terkendali sepenuhnya dan semua
benda bergerak dalam suatu orbit yang terhitung. Dalam Al-Qur’an, ayat-ayat
tertentu mengacu pada pergerakan matahari dan bulan sebagai berikut: “Matahari
dan bulan beredar menurut perhitungan (secara eksak).” (Surat
ar-Rahmaan, 5). “Tiada semestinya matahari menyusul bulan, dan malam tak
akan mendahului siang. Masing-masing berenang dalam garis edarnya.” (Surat
Yaasiin, 40). Sebuah ayat lain menyatakan efek yang sama:
Dialah Yang menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing berenang dalam garis edarnya. (Surat al-Anbiyaa’, 33)
Menurut sebuah teori mutakhir yang terakui, benda-benda
yang padat dan sangat besar di alam semesta memaksakan kekuatan gravitasi
terhadap benda-benda yang lebih kecil. Sebagai misal, bulan membuat orbit
mengelilingi bumi, yang mempunyai volume yang lebih besar. Bumi dan
planet-planet lain di tatasurya ini bergerak di suatu orbit mengelilingi
matahari. Masih ada sistem besar lain yang dikelilingi oleh matahari di suatu
orbit. Hal terpenting di semua rincian ini adalah bahwa tak satu pun dari
bintang, planet, dan benda-benda lainnya di angkasa bergerak secara tak
terkendali, memotong orbit lain, atau pun saling berbenturan.
Al-Qur’an mengisyaratkan pergerakan benda-benda secara
serasi ini sebagai berikut:
Demi langit yang pebuh jalan-jalan. (Surat
adz-Dzaariyaat, 7)
Matahari, sebagai salah satu dari trilyunan bintang di
alam semesta, melakukan perjalanan lebih dari 17 juta kilometer per hari di
angkasa. Perjalanan matahari ini ditunjukkan oleh Allah sebagai berikut:
Dan matahari beredar menurut waktu yang sudah ditentukan
baginya; itulah ketentuan Yang Mahaperkasa, Mahatahu. (Surat Yaasiin, 38)
ATAP YANG TERJAGA BAIK
Kami jadikan langit sebagai atap yang terjaga baik,
tetapi mereka berpaling dari tanda-tanda yang ada. (Surat al-Anbiyaa’, 32)
Hampir semua orang pernah melihat gambar permukaan bulan.
Struktur permukaan ini sangat tidak rata karena kejatuhan meteor-meteor yang
tak terhitung jumlahnya. Besarnya kawah-kawah yang terbentuk dengan
meteor-meteor ini merupakan karakter bulan yang paling khas. Segala stasiun
angkasa atau tempat tinggal yang didirikan di permukaan bulan tanpa dengan
perisai khusus akan sangat berkemungkinan untuk rata dengan tanah. Satu-satunya
cara untuk mencegahnya adalah “menjaga”-nya dengan berbagai cara.
Rincian ini, yang hampir tidak pernah kita pikirkan,
disediakan bagi bumi dengan cara yang sangat alamiah. Karena itu, orang-orang
tidak perlu mengambil tindakan ekstra untuk bertahan hidup. Atmosfer bumi
menghancurkan semua meteor besar dan kecil yang mendekati bumi, menyaring sinar
yang berbahaya di angkasa dan, dengan demikian, melaksanakan proses yang vital
demi kelangsungan hidup manusia.
Banyak sinar yang berbahaya—dan bahkan fatal—mencapai
bumi dari matahari dan bintang-bintang lain. Sumber utama sinar-sinar yang
berbahaya ini terutama adalah ledakan energi, “kobaran” di matahari, bintang
terdekat dengan bumi.
Selama matahari ini bersorot, suatu awan plasma terlempar
ke angkasa dengan kecepatan 1.500 km/detik. Awan plasma ini, yang tersusun dari
proton yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif,
menghantarkan listrik. Ketika awan itu mendekati bumi dengan kecepatan 1.500
km/detik, awan ini mulai menghasilkan arus listrik di bawah pengaruh bidang
magnet di sekeliling bumi. Di sisi lain, bidang magnetik bumi itu mengerahkan
gaya pendorong terhadap awan plasma tersebut yang mengalir langsung melalui
ini. Gaya ini menghentikan pergerakan awan itu dan menjaganya pada jarak
tertentu. Kini, mari kita amati daya awan plasma yang “dihentikan” sebelum
mencapai bumi.
Walaupun awan plasma itu tertahan oleh bidang magnetik
bumi, pengaruhnya masih tercerap dari bumi. Dengan mengikuti kobaran kuat
tersebut, transformer-transformer bisa meledak di saluran-saluran yang
bertegangan tinggi, jaringan komunikasinya bisa putus atau gabungan jaringan
listriknya bisa berhamburan.
Di suatu ledakan bintik-matahari, energi yang diluncurkan
akan terhitung sama dengan 100 trilyun kali energi bom atom yang dijatuhkan di
Hiroshima. Limapuluh-delapan jam sesudah kobaran, aktivitas yang menonjol bisa
diamati pada jarum kompas, dan panasnya melonjak sampai 2.500 C pada ketinggian
sekitar 250 kilometer di atas atmosfir.
Sekalipun demikian, arus partikel lain disebarkan dari
matahari dengan kecepatan yang relatif lebih rendah, kira-kira 400 km/detik.
Ini disebut “angin matahari.” Angin matahari dikendalikan dengan lapisan partikel
bermuatan yang disebut “Lajur Radiasi Van Allen” yang dihasilkan di bawah
pengaruh bidang magnetik bumi dan, dengan demikian, tidak membahayakan bumi.
Pembentukan lapisan ini dimungkinkan karena karakteristik inti bumi. Inti ini
mengandung logam-logam magnetik seperti besi dan nikel. Yang lebih penting
adalah bahwa nukleusnya tersusun dari dua struktur yang berbeda. Inti dalamnya padat,
sedangkan inti luarnya cair. Dua lapisan
inti ini masing-masing berputar. Pergerakan ini menciptakan efek magnetik di
logam-logam yang mengarah pada pembentukan bidang magentik. Lajur Van Allen itu
merupakan perpanjangan dari bidang magnetik ini yang merentang ke jangkauan
atmofir terluar. Bidang magnetik ini melindungi bumi terhadap bahaya-bahaya
yang mungkin berasal dari angkasa. Angin-angin matahari tidak bisa lewat
melalui Lajur Van Allen, 40.000 mil dari bumi. Bila dalam bentuk
partikel-partikel yang bermuatan listrik, mereka menjumpai bidang magnetik ini,
terurai dan tersebar di sekitar lajur ini.
KETERANGAN HALAMAN 79
Jika
“atap yang terjaga baik tidak ada, akan ada bencana di bumi lebih dari yang
terlukis di gambar ini.
|
Tepat
seperti Lajur Van Allen, atmosfir bumi juga melindungi bumi dari efek-efek
angkasa yang merusak. Kami menyebutkan bahwa atmosfir melindungi bumi dari
meteor. Akan tetapi, ini bukan hanya ciri atmosfir. Sebagai misal, suhu minus
273 di angkasa luar, yang disebut “nol mutlak” yang akan berdampak fatal bagi
orang-orang, sedangkan suhu di atmosfir bumi lebih tinggi secara permanen.
Yang lebih
menarik adalah bahwa atmosfir hanya membiarkan masuk sinar-sinar,
gelombang-gelombang radio, dan cahaya-cahaya yang tidak berbahaya, karena ini
merupakan unsur-unsur yang vital bagi kehidupan. Sinar ultraviolet, yang hanya
dibiarkan masuk sebagian oleh atmosfir, sangat penting untuk fotosintesis
tanaman dan untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Pancaran ini, yang
terpancar dengan sangat kuat dari matahari ke bumi, disaring melalui lapisan
ozon atmosfir dan hanya sebagian yang diperlukan saja yang mencapai bumi. Sinar
matahari adalah salah satu persyaratan hidup yang paling mendasar.
Singkatnya,
terdapat suatu sistem hebat yang berfungsi di bumi yang mencakup-diri dan
melindunginya dari bahaya luar. Dalam Al-Qur’an, keadaan bumi yang berperisai
diungkapkan dengan ayat berikut ini:
Dan Kami
telah menjadikan langit (sebagai) atap yang terjaga baik; (namun) mereka
berpaling dari ayat-ayat ini. (Surat al-Anbiyaa’, 32)
Tiada keraguan bahwa pada abad ke-7, mengetahui
perlindungan atmosfir atau pun keberadaan Lajur Van Allen adalah mustahil.
Sekalipun begitu, ungkapan “atap yang terjaga baik” menjelaskan dengan sempurna
perantara-perantara pelindung di sekitar bumi yang belum ditemukan hingga zaman
modern. Jadi, ayat tersebut yang menyebut langit sebagai “atap yang terjaga
baik” menunjukkan bahwa al-Qur’an dikirim oleh Sang Pencipta Yang
berpengetahuan atas segala sesuatu.
RELATIVITAS WAKTU
Relativitas waktu adalah fakta ilmiah yang terbukti saat
ini. Akan tetapi, hingga Einstein mengetengahkan “teori relativitas” pada awal
abad 20, tak seorang pun mengira bahwa waktu bisa relatif dan bergantung pada
kecepatan dan massa.
Namun ada
pengecualian! Al-Qur’an telah mengeluarkan informasi tentang relativitas waktu! Tiga ayat
mengenai hal ini ialah:
Mereka meminta kepadamu supaya azab dipercepat, tetapi
Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Sungguh, satu hari menurut Allah seperti
seribu tahun dalam perhitungan kamu. (Surat
al-Hajj, 47)
Ia
mengatur semua urusan dari langit sampai ke bumi, kemudian (semua itu) kembali
kepada-Nya dalam satu hari, yang kadarnya seribu tahun menurut perhitungan
kamu. (Surat as-Sajdah, 5)
Para
malikat dan roh naik kepada-Nya pada suatu hari yang ukurannya limapuluh ribu
tahun. (Surat al-Ma’aarij, 4)
Sebagai kitab yang diwahyukan pertama kali pada 610,
Al-Qur’an yang menyiratkan relativitas yang sangat dini merupakan bukti lain
bahwa inilah kitab ilahi.
PERPUTARAN BUMI
Bahasa Arab, bahasa pewahyuan Al-Qur’an, merupakan bahasa
yang maju dan sangat kaya. Kosakatanya sangat luas dan variasi kata-katanya
banyak. Karena alasan ini, beberapa kata verbal Arab tidak bisa diterjemahkan
ke berbagai bahasa dengan kata tunggal. Sebagai contoh, kata “hasyiya” berarti
“takut yang disertai takjub” (untuk berbagai jenis rasa takut lain dipakai
kata-kata lain). Contoh lain, kata “karia” dipakai untuk mengacu pada
“kemalangan yang menohok”, yakni Hari Pembalasan.
Salah satu kata verbal adalah “takwir”. Dalam bahasa
Indonesia, ini berarti “menumpuk benda-benda seperti menumpuk kain yang
terhampar”. Sebagai misal, dalam kamus-kamus Arab kata ini dipakai untuk
tindakan saling membungkus, dengan cara seperti surban. Sekarang mari kita
lihat sebuah ayat yang menggunakan kata “takwir”:
Dialah Yang menciptakan langit dan bumi dengan
sebenarnya. Dia menutupkan malam ke atas siang dan menutupkan siang ke atas
malam. (Surat az-Zumar, 5)
Informasi yang terdapat di ayat tersebut yang mengenai
saling-bungkus antara siang dan malam itu mencakup informasi yang akurat
tentang bentuk bumi. Situasi ini bisa benar hanya jika bumi ini bundar. Ini
berarti bahwa dalam Al-Qur’an, perputaran bumi telah diisyaratkan.
Akan tetapi, paham astronomi tentang waktu, mencerap
dunia secara berbeda. Sebagaimana yang telah kami sebutkan, lalu dikira bahwa
dunia adalah planet datar dan semua penjelasan dan perhitungan ilmiah
didasarkan pada kepercayaan ini. Akan tetapi, karena Al-Qur’an itu firman
Allah, kata-kata yang paling benarlah yang dipakai dalam memerikan alam
semesta.
KETERANGAN HALAMAN 82
Dialah Yang menjadikan bumi
tunduk kepadamu, maka berjalanlah kalian di penjuru-penjurunya, dan makanlah
dari rizqi-Nya. Dan kepada-Nya semua akan dibangkitkan. (Surat al-Mulk, 15)
|
FUNGSI GUNUNG
Menurut temuan-temuan geologis, pegunungan itu muncul
sebagai hasil dari pergerakan dan perbenturan pelat raksasa yang merupakan
kerak bumi. Pelat-pelat ini amat besar dan membawa semua benuanya. Bila dua
pelat bertabrakan, yang satu biasanya tergelincir di bawah yang lain dan
puing-puing di antara keduanya terangkat. Tonjolan besar di puing-puing yang
terpadatkan ini membentuk pegunungan dengan terangkat lebih tinggi daripada
sekelilingnya. Sementara itu, tonjolan yang merupakan pegunungan bergerak di bawah
tanah selain di atas tanah. Ini berarti bahwa pegunungan mempunyai bagian yang
terseret ke bawah sebesar bagiannya yang terlihat. Perpanjangan pegunungan di
bawah tanah ini mencegah kerak bumi dari tergelincie pada lapisan magma atau
antara lapisan-lapisannya.
Dengan penjelasan ini, salah satu dari sifat pegunungan
yang paling bermakna adalah formasinya di titik-titik gabung pada pelat-pelat
bumi yang tertekan bersama-sama dengan berdekatan ketika mendekat dan
“memancangkan” diri. Artinya, kita bisa mempersamakan pegunungan dengan
paku-paku yang merekatkan potongan-potongan kayu.
Selanjutnya, tekanan yang didesakkan oleh pegunungan
terhadap kerak bumi dengan massa yang amat besar itu mencegah pergerakan magma
di inti bumi dari penjangkauan bumi dan penghancuran kerak bumi. Lapisan tengah
bumi, yang disebut inti, merupakan kawasan yang terbuat dari bahan-bahan yang
mendidih di suhu yang mencapai ribuan derajat. Pergerakan di inti ini
menyebabkan pemisahan bagian-bagian untuk tegak di antara pelat-pelat yang membereskan
bumi. Pegunungan yang tegak di bagian-bagian ini menghalangi pergerakan ke atas
dan melindungi bumi dari gempa bumi yang keras.
Sangat menarik untuk dicatat bahwa fakta-fakta teknis ini
yang ditemukan oleh geologi modern di masa kita sekarang telah terungkap dalam
Al-Qur’an ribuan tahun yang lalu. Dalam suatu ayat tentang pegunungan,
dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang dapat kau lihat;
Dia memancangkan di atas bumi gunung-gunung supaya tidak menggoyangkan kamu; dan
Dia menebarkan di dalamnya binatang-binatang dari segala jenis. (Surat Luqman,
10)
Dengan ayat ini, Al-Qur’an menolak takhyul yang biasanya
diakui pada waktu itu. Dengan mempunyai pengetahuan astronomis primitif seperti
masyarakat-masyarakat lain pada waktu itu, orang-orang Arab mengira bahwa
langit terangkat tinggi di atas gunung. (Inilah kepercayaan tradisional yang
kemudian ditambahkan di Perjanjian Lama untuk menjelaskan alam semesta.)
Kepercayaan ini berpendapat bahwa ada pegunungan tinggi di dua ujung bumi yang
datar. Inilah “penopang” langit. Pegunungan ini dikira sebagai tiang yang
menyangga langit di atas tempatnya. Ayat tersebut menolak hal ini dan
menyatakan bahwa langit itu “tanpa penopang”. Fungsi geologis sejati juga
diungkapkan: untuk mencegah getaran. Sebuah
ayat lain menekankan hal itu pula:
Dan Kami
jadikan di atas bumi gunung-gunung, supaya bumi tidak bergoyang bersama mereka,
dan Kami jadikan lorong-lorong lebar di antaranya, supaya mereka mendapat
petunjuk. (Surat al-Anbiyaa’, 31)
HUJAN
Hujan sesungguhnya merupakan salah satu dari unsur-unsur
terpenting bagi kelangsungan hidup di bumi. Hujan adalah prasyarat bagi
kesinambungan aktivitas di suatu kawasan. Hujan, yang membawa zat-zat yang penting
bagi kehidupan, termasuk bagi manusia, disebutkan di berbagai ayat Al-Qur’an
yang memberi informasi mendasar mengenai pembentukan hujan, sifat-sifat dan
efek-efeknya. Informasi ini, yang belum pernah diketahui oleh orang-orang pada
masa itu, menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan firman Allah.
Kini, mari kita periksa informasi yang tersaji dalam
Al-Qur’an perihal hujan.
Proporsi Hujan
Dalam ayat kesebelas Surat az-Zukhruf, hujan
didefinisikan sebagai air yang diturunkan dengan “ukuran yang sesuai”, sebagai
berikut:
Ia menurunkan (dari waktu ke waktu) hujan dari langit
sesuai dengan ukuran, dan Kami hidupkan dengan itu daerah yang sudah mati.
Demikian juga kamu akan dibangkitkan (dari kematian). (Surat az-Zukhruf, 11)
“Ukuran” yang disebutkan di ayat ini berkaitan dengan
sepasang sifat hujan. Pertama, air hujan yang jatuh di bumi selalu sama.
Diperkirakan, dalam satu detik, 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini
sama dengan curah air yang jatuh ke bumi dalam satu detik. Ini berarti bahwa air
beredar terus-menerus di suatu daur yang seimbang menurut suatu “ukuran”.
Suatu ukuran lain yang terkait dengan hujan adalah
mengenai kecepatan jatuhnya. Ketinggian minimal awan mendung adalah 1.200
meter. Bila jatuh dari ketinggian ini, suatu obyek yang bobot dan ukurannya
sama dengan air hujan akan semakin cepat dan jatuh ke tanah dengan kecepatan
558 km/jam. Tentu saja, obyek apa pun yang membentur tanah dengan kecepatan itu
akan menyebabkan kerusakan besar. Jika hujan yang terjadi itu jatuh dengan cara
seperti itu, semua lahan panenan akan hancur, kawasan pemukiman, perumahan, dan
mobil-mobil akan remuk, dan orang-orang tidak bisa berjalan-jalan tanpa
perlindungan ekstra. Padahal, perhitungan ini hanya untuk awan setinggi 1.200
meter; ada juga awan mendung setinggi 10.000 meter. Air hujan dari tempat
setinggi ini bisa memiliki kecepatan yang amat merusak.
Akan tetapi, kenyataannya tidak begitu. Dari ketinggian
berapa pun, kecepatan air hujan hanya 8-10 km/jam kala menimpa tanah. Alasan
untuk hal ini adalah bentuk istimewa yang mereka ambil. Bentuk istimewa ini
meningkatkan pengaruh pemecah di atmosfir dan mencegah pemercepatan kala air
hujan mencapai “batas” kecepatan tertentu. (Dewasa ini parasut dirancang dengan
menggunakan teknik ini.)
Ini belum semua “ukuran” hujan. Untuk contoh, di lapisan
atmosfir tempat berawalnya hujan, suhunya bisa turun hingga serendah 400
Celsius di bawah nol. Namun demikian, air hujan tak pernah menjadi
partikel-partikel es. (Ini tentu saja berarti ancaman yang fatal untuk makhluk
hidup di bumi.) Alasannya adalah bahwa air di atmosfir itu air murni.
Sebagaimana yang kita tahu, air murni sulit membeku, di suhu yang sangat rendah
sekalipun.
Pembentukan Hujan
Bagaimana hujan terbentuk masih merupakan misteri besar
bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan,
bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan.
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama,
“bahan baku” hujan naik ke udara. Lalu awan terbentuk. Akhirnya curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap
ini ditetapkan dengan jelas di Al-Qur’an berabad-abad yang lalu yang memberi
informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan:
Dialah
Allah Yang mengirimkan angin yang menggerakkan awan; lalu Ia membentangkannya
di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu
kau lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka bila Ia menurunkannya
kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang Ia kehendaki, mereka pun bergembira
ria. (Surat ar-Ruum, 48)
Kini mari
kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP
1: “Dialah Allah Yang
mengirimkan angin...”
Gelembung-gelembung
udara yang tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan yang pecah
terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini,
yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di
atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan
mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai
titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.
TAHAP 2: “...dan yang menggerakkan awan; lalu Ia
membentangkannya di langit sesuai dengan kehendak-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal...”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di
sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air
hujan dalam hal ini sangat kecil (engan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm),
awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit
ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP 3: “...lalu kau lihat air hujan keluar dari
celah-celahnya.”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan
partikel-partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan
ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan, dan mulai
jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam
ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang
benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’an-lah
yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga
telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum
ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Menghidupkan Negeri Yang Sudah Mati
Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak ayat yang mengundang
perhatian kita pada fungsi istimewa hujan, yakni “memberi kehidupan kepada
negeri yang sudah mati”:
Kami menurunkan air bersih dari langit. Dengan itu Kami
hidupkan negeri yang sudah mati, dan Kami beri minum segala yang Kami ciptakan,
hewan ternak dan manusia yang banyak. (Surat al-Furqaan, 48-49)
Di samping menyediakan air untuk bumi, yang merupakan
kebutuhan makhluk hidup yang tak terelakkan, hujan juga mempunyai pengaruh
penyuburan.
KETERANGAN HALAMAN 87
Dan Dialah Yang menurunkan air
dari langit, lalu dengan air itu Kami tumbuhkan berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan; dari sini Kami hasilkan tanaman yang hijau, pohon yang
tersusun. (Surat al-An’aam, 99)
|
Air hujan yang mencapai awan setelah diuapkan dari laut
mengandung zat-zat tertentu “yang menghidupkan” negeri yang telah mati. Air “pemberi kehidupan”
ini disebut “air tensi permukaan”. Air tensi permukaan terbentuk pada tingkat
puncak permukaan laut yang oleh para biolog disebut "lapisan mikro".
Di lapisan ini, yang ketipisannya kurang dari sepersepuluh milimeter, terdapat
banyak sisa organik yang disebabkan oleh polusi zooplankton dan ganggang
mikroskopik. Beberapa sisa ini menyeleksi dan menghimpun dalam lubuk mereka
beberapa unsur yang amat jarang di air laut, seperti fosfor, magnesium,
potasium, dan beberapa logam berat seperti tembaga, seng, kobalt, dan timah.
Air yang bermuatan "penyubur ini" terangkat ke langit oleh angin dan
setelah beberapa saat kemudian jatuh ke tanah di dalam air hujan. Benih dan
tanaman di bumi mendapati banyak garam metalik dan unsur-unsur yang esensial
bagi pertumbuhan mereka di sini di air hujan ini. Peristiwa ini diungkapkan di
sebuah ayat lain dalam Al-Qur’an:
Dan Kami turunkan dari langit air yang membawa berkah,
dan dengan itu Kami tumbukan kebun-kebunan dan biji-bijian yang dapat dipanen. (Surat Qaaf, 9)
KETERANGAN HALAMAN 88
Dialah Yang menurunkan air dari
langit untuk minuman dan menyuburkan tumbuh-tumbuhan untuk makanan ternakmu.
Ia menumbuhkan untukmu berbagai tanaman, zaitun, korma, dan anggur, dan
berbagai macam buah-buahan. Sungguh dalam kejadian itu terdapat bukti bagi
orang yang berpikir. (Surat an-Nahl, 10-11)
|
Garam-garam yang jatuh dengan hujan merupakan contoh
kecil unsur-unsur tertentu (kalsium, magnesium, potasiom, dsb.) yang dipakai
untuk menambah kesuburan. Logam-logam berat yang terdapat di tipe-tipe aerosol
ini merupakan unsur lain yang menambah kesuburan dalam pertumbuhan dan
pemproduksian tanaman.
Tanah tandus bisa dilengkapi dengan semua unsur yang
esensial bagi tanaman dalam periode 100 tahun hanya dengan penyubur yang
dicurahkan dengan hujan. Hutan-hutan juga berkembang dan makan dengan bantuan
aerosol yang berbasis-laut. Dengan cara ini, 150 juta ton penyubur jatuh ke
seluruh permukaan tanah setiap tahun. Jika tidak ada penyuburan alamiah seperti
ini, maka tidak akan ada tanaman di bumi, dan keseimbangan ekologis akan cacat.
Yang lebih menarik adalah bahwa kebenaran ini, yang hanya
bisa ditemukan oleh sains modern, telah diungkapkan oleh Allah berabad-abad
yang lalu.
ANGIN PENYERBUKAN
Dalam Al-Qur’an, angin dinyatakan sebagai “penyerbukan”:
Dan Kami tiupkan angin yang “menyerbuki”, kemudian Kami
turunkan hujan dari langit, yang dengan itu Kami beri kamu air (yang
berlimpah). (Surat al-Hijr, 22)
Dalam
bahasa Arab, kata “penyerbukan” menyiratkan penyerbukan tanaman dan juga awan.
Begitu pula, sains modern telah menunjukkan bahwa angin memang memiliki kedua
fungsi ini. Angin, seperti yang tersebut di atas, menyerbuki awan dengan
membawa kristal-kristal yang akan mengambil bagian dalam pembentukan air hujan.
Di sisi
lain, angin juga menyerbuki tanaman.
Tanaman-tanaman melempar benih serbuk-sari yang
mengandung sel sperma ke udara. Kebanyakan tanaman diciptakan secara ideal
untuk menangkap serbuk-sari dari angin. Cemara, bunga yang bergantungan, dan
beberapa tanaman lain membuat terusan yang terbuka terhadap arus udara, yang
membawa benih-benih ini ke tanaman lain yang berspesies sama. Benih-benih
serbuk-sari yang mengandung sel-sel sperma tiba di organ-organ reproduksi yang
mensyukuri kanal-kanal ini. Serbuk-sari yang mencapai sel telur menyuburkan
telur dan sehingga sel telur itu beralih menuju benih.
Kebanyakan tanaman diciptakan secara ideal untuk
menangkap serbuk-sari dari angin. Cemara, bunga yang bergantungan, dan beberapa
lainnya membuat terusan yang terbuka terhadap arus udara. Serbuk-sari penghasil
sperma tiba di kawasan reproduksi yang mensyukuri terusan-terusan ini.
Tanaman-tanaman melempar benih serbuk-sari penghasil sperma ke udara. Sesudah
itu, arus udara membawa benih-benih ini ke tanaman lain yang berspesies sama.
Serbuk-sari yang mencapai sel telur menyuburkan telur dan sehingga sel telur
itu beralih menuju benih.
KEUNIKAN SIDIKJARI
“Sidikjari” yang terbentuk pada ujung jari dengan pola
nyata pada kulit bersifat sangat unik bagi si empunya. Setiap orang yang hidup
di bumi mempunyai setelan sidikjari yang berlainan. Semua orang yang hidup
sepanjang sejarah juga mempunyai sidikjari yang berbeda-beda. Sidik ini tak
akan berubah selama hayat seseorang kecuali jika terjadi kecelakaan besar.
KETERANGAN HALAMAN 90
Sidikjari setiap orang yang
pernah hidup itu berlainan.
|
Karena itulah sidikjari diterima sebagai kartu identitas
yang sangat penting dan dipakai untuk tujuan ini di seluruh dunia.
Akan tetapi, dua abad yang lalu, sidikjari tidak begitu
penting, karena baru ditemukan pada akhir abad ke-19 bahwa semua sidikjari
saling berbeda. Pada 1880, seorang ilmuwan Inggris yang bernama Henry Faulds
menyatakan dalam suatu artikel yang diterbitkan di Nature bahwa sidikjari
orang-orang tidak berubah sepanjang hayat mereka, dan bahwa terdakwa-terdakwa
bisa diyakinkan dengan sidikjari yang mereka tinggalkan di permukaan benda
seperti kaca.32 Pada 1884, untuk pertama kalinya seorang pembunuh
ditentukan dengan identifikasi sidikjari. Sejak itu, sidikjari telah menjadi
metode yang penting untuk identifikasi. Namun sebelum abad ke-19, kebanyakan
orang mungkin tak pernah mengira bahwa bentuk sidikjari mereka yang
bergelombang itu mempunyai makna atau merupakan catatan yang berharga.
Pada abad ke-7, Al-Qur’an menunjukkan bahwa ujung jari
manusia mengandung karakteristik yang penting:
Apakah manusia mengira bahwa Kami tak akan mengumpulkan
tulang-tulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun kembali ujung jari-jarinya. (Surat al-Qiyaamah, 3-4)
KELAHIRAN MANUSIA
Terdapat banyak pokok-persoalan yang disebutkan dalam
Al-Qur’an yang mengundang manusia untuk beriman. Kadang-kadang langit,
kadang-kadang hewan, dan kadang-kadang tanaman ditunjukkan sebagai bukti bagi
manusia oleh Allah. Dalam banyak ayat, orang-orang diseru untuk mengalihkan
perhatian mereka ke arah proses terciptanya mereka sendiri. Mereka sering
diingatkan bagaimana manusia sampai ke bumi, tahap-tahap mana yang telah kita
lalui, dan apa bahan dasarnya:
Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak
membenarkan? Adakah kamu perhatikan (benih manusia) yang kamu pancarkan?
Kamukah yang menciptakannya? Ataukah
Kami Penciptanya? (Surat al-Waaqi’ah, 57-59)
Penciptaan
manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat.
Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil
bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:
1.
Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi
dari sebagian kecilnya (sperma).
2.
Yang laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3.
Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan
lintah.
4.
Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di rahim.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala al-Qur’an
diturunkan, pasti, tahu bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani
laki-laki yang terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir
sesudah jangka waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa yang
gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit
informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar pengertian orang-orang
yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20.
KETERANGAN HALAMAN 92
Sperma yang mengelilingi sel
telur...
|
Sekarang mari kita periksa satu demi satu.
1) Air Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar
dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit
yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta
sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah
dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan
manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an :
Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus?
Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan? (Surat al-Qiyaamah, 36-37)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur’an memberi tahu
kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian
kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu
fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti
bahwa pernyataan tersebut berasal-usul ilahi.
2) Campuran di dalam Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja.
Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan.
Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang
diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu
masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur’an,
fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa
mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:
Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang
bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan. (Surat al-Insaan, 2)
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan
ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini :
Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya,
Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya
dari sari air yang hina. (Surat as-Sajdah, 7-8)
Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai
“sari”, berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini
berarti “bagian dari suatu kesatuan”. Ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an merupakan
firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga
serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.
3) Penentuan Jenis Kelamin Bayi
Sampai belum lama ini diperkirakan bahwa jenis kelamin
bayi ditentukan oleh gen-gen laki-laki dan perempuan bersamaan. Ilmu genetika
dan mikrobiologi yang kian maju pada abad ke-20 membuktikan bahwa si perempuan
tidak berperan dalam proses ini.
Dua dari 46 kromosom yang menentukan struktur manusia
merupakan kromosom jenis kelamin. Kromosom-kromosom ini disebut “XY” pada pria
dan “XX” pada wanita, karena bentuk kromosomnya menggambarkan huruf-huruf ini.
Kromosom Y adalah kromosom yang pada khususnya membawa gen-gen laki-laki.
Pembentukan bayi berawal dengan penyatuan dua kromosom:
satu dari si ayah dan satu dari si bunda. Karena yang perempuan hanya memiliki
kromosom X, sel-sel reproduksinya (ova) hanya akan mengandung kromosom ini. Di
sisi lain, yang laki-laki mempunyai kromosom X dan Y, sehingga setengah dari
sel-sel reproduksinya (sperma) merupakan kromosom X dan setengah lainnya Y.
Jika suatu sel telur menyatu dengan sperma yang mengandung kromosom X, maka
keturunannya perempuan; jika penyatuannya dengan sperma yang mengandung
kromosom Y, maka keturunannya laki-laki.
KETERANGAN HALAMAN 94
Atau apakah mereka dijadikan
tanpa ada yang menciptakan, ataukah mereka sendiri yang menjadikan dirinya?
Ataukah mereka menjadikan langit dan bumi? Sebenarnya mereka tidak
yakin. (Surat ath-Thuur, 35-36)
|
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh
yang mempunyai kromosom X dan Y, yaitu si laki-laki, yang menyatu dengan
kromosom X dari si perempuan.
Hal ini sama sekali belum diketahui hingga penemuan
genetika pada abad ke-20. Pada banyak budaya, justru diyakini bahwa jenis
kelamin bayi ditentukan oleh kondisi tubuh (kesehatan, dll.) sang ibu. Itulah
mengapa wanita-wanita disalahkan bila mereka mendapatkan anak perempuan.
(Keyakinan primitif ini masih lazim.)
Akan tetapi, tigabelas abad sebelum gen-gen ditemukan,
Al-Qur’an mengungkapkan informasi yang menyangkal hal ini. Dalam suatu ayat
dinyatakan bahwa kepriaan atau kewanitaan itu tercipta dari air mani; dengan
kata lain, sumber jenis kelamin itu bukan perempuan, melainkan laki-laki.
... Dia Yang menciptakan berpasangan, jantan dan betina,
dari benih kala ditempatkan. (Surat an-Najm, 45-46)
KETERANGAN HALAMAN 95
Zigot yang melekat di rahim
dalam bentuk sepotong daging.
|
4) Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma pria menyatu dengan sel telur wanita
sebagaimana terpapar di atas, terbentuklah bahan dasar calon bayi. Sel tunggal
ini, yang dalam biologi dikenal sebagai “zigot”, akan mulai berbiak sendiri
melalui pembagian dan akhirnya menjadi “sepotong daging”.
Akan tetapi, zigot itu tidak menjalani masa
perkembangannya dalam ruang hampa. Zigot melekat pada rahim bagaikan akar-akar
yang tertancap dengan kokoh di tanah dengan sulur-sulur mereka. Melalui ikatan
ini, zigot bisa memperoleh bahan-bahan yang amat penting bagi pertumbuhannya
dari tubuh ibunya.
Rincian sedetail itu belum bisa diketahui tanpa
pengetahuan yang mantap tentang kedokteran. Tentu saja pada empatbelas abad
yang lalu belum ada orang yang mempunyai pengetahuan semacam itu. Yang cukup
menarik, dalam Al-Qur’an, Allah selalu menyebut zigot yang berkembang di rahim
sang ibu sebagai “segumpal darah”:
Bacalah! Atas nama Tuhanmu yang menciptakan, menciptakan
manusia dari segumpal darah beku. Bacalah! Dan Tuhanmu Maha
Mulia. (Surat al-‘Alaq, 1-3)
Apakah manusia mengira akan
dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?
Kemudian ia menjadi segumpal darah; lalu (Allah) membuat jadi bentuk yang
serasi. Dan Dia menjadikannya sepasang, jantan dan betina. (Surat al-Qiyaamah, 36-39)
Makna Arab kata “gumpalan” adalah “sesuatu yang melekat
di suatu tempat”. Kata ini secara harfiah dipakai untuk memerikan lintah yang
melekat di tubuh untuk menghisap darah. Tentu saja, inilah kata terbaik yang
memungkinkan untuk memaparkan zigot yang melekat di dinding rahim dan menyerap
makanannya dari situ.
Al-Qur’an mengungkap lebih banyak lagi mengenai zigot.
Dengan secara sempurna melekat di dinding rahim, zigot itu mulai tumbuh.
Sementara itu, rahim si ibu terisi dengan suatu cairan yang disebut
"cairan amnion" yang mengitari zigot. Corak terpenting cairan amnion,
tempat pertumbuhan bayi, adalah melindungi bayi dari pukulan-pukulan yang
berasal dari luar. Dalam Al-Qur’an, fakta ini terungkap sebagai berikut:
Bukankah Kami ciptakan kamu dari cairan yang hina, lalu
Kami tempatkan di tempat yang kukuh terlindung ? (Surat al-Mursalaat,
20-21)
Semua informasi ini yang tersaji dalam Al-Qur’an mengenai
pembentukan menusia itu menunjukkan bahwa Al-Qur’an berasal dari suatu sumber
yang mengetahui pembentukan ini hingga serinci-rincinya.
Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al-Qur’an merupakan
firman Allah. Omong kosong sajalah pernyataan bahwa informasi yang dihasilkan
oleh Al-Qur’an mengenai kelahiran itu kebetulan belaka: karena terdapat banyak
rincian yang terungkap dalam Al-Qur’an dan catatan serinci itu bagaimanapun
tidak mungkin "secara kebetulan" cocok dengan kebenaran.
Semua paparan Al-Qur’an itu benar karena semua ayatnya
berisi firman Allah. Allah-lah Yang menciptakan dan membentuk manusia di
rahim ibunya, firman-Nya-lah paparan terbaik tentang proses ini. Allah
menciptakan kita semua dengan cara seperti yang terperi di awal kehidupan kita
di ayat lain sebagai berikut:
Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah liat.
Kemudian Kami jadikan dia air mani, yang tersimpan di tempat yang kukuh sekali.
Kemudian mani itu Kami jadikan segumpal darah; kemudian segumpal darah Kami
jadikan tulang-belulang dan tulang itu Kami bungkus dengan daging, lalu Kami
kembangkan menjadi makhluk lain lagi. Maka Mahasuci Allah, Pencipta terbaik.
(Surat al-Mu’minuun, 12-14)
KETERANGAN HALAMAN 96
Hai manusia! Apa yang
memperdayakan kau dari Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Dia Yang telah menciptakan
engkau, membentukmu dalam ukuran berbanding, dan membuat ukuran tubuhmu
berimbang. Dalam bentuk rupa apa pun Ia kehendaki, Ia merakitmu. (Surat
al-Infithaar, 6-8)
|
BAGIAN DUA
ORANG YANG TAK MAMPU MEMAHAMI FAKTA PENCIPTAAN
TIPUDAYA TEORI EVOLUSI
Teori evolusi adalah suatu filosofi dan konsepsi dunia yang
menghasilkan suatu kesalahan hipotesis, asumsi, dan skenario khayalan dengan
tujuan menjelaskan keberadaan dan asal-usul kehidupan dengan hanya seputar
kebetulan. Filosofi ini berakar jauh di zaman lalu sekuno Yunani-kuno.
Semua filosofi ateis yang menolak adanya penciptaan, secara langsung
atau pun tak langsung, menganut dan membela teori evolusi. Kondisi yang sama
saat ini berlaku pula untuk semua ideologi dan sistem yang berlawanan dengan
agama.
Paham evolusi ini tersembunyi dalam samaran ilmiah selama satu setengah
abad yang digunakan untuk membenarkan diri-sendiri. Walaupun dianggap
berkedudukan sebagai teori ilmiah selama pertengahan abad ke-19, teori itu,
walaupun sepenuhnya merupakan usaha terbaik dari para pembelanya, sejauh ini
belum disahkan oleh eksperimen atau pun temuan ilmiah apa pun. Sesungguhnya,
“sains sejati” tempat bergantung teori itu jelas-jelas menunjukkan dan terus
menunjukkan berulangkali bahwa teori itu tidak cocok dengan kenyataan.
Percobaan laboratorium dan perhitungan probabilistik telah secara
gamblang menjelaskan bahwa asam amino sumber kehidupan tidak dapat dibuat
secara kebetulan. Sel, yang dikira timbul secara kebetulan dalam kondisi yang
primitif dan tak terkontrol menurut para evolusionis, masih tidak bisa
disintesiskan, sekalipun di laboratorium dengan teknologi tinggi tercanggih
abad ke-20. Bukanlah “bentuk transisional” tunggal, makhluk-makhluk yang
disangka memperlihatkan evolusi-bertahap organisme-organisme modern dari yang
lebih primitif sebagaimana pernyataan teori neo-Darwinis, yang pernah ada di
mana saja di dunia walaupun dengan pencarian yang paling cerdas dan lama di
peninggalan fosil.
Dengan berupaya menghimpun bukti evolusi, para evolusionis dengan tidak
sengaja membuktikan sendiri bahwa evolusi tidak mungkin terjadi sama sekali.
Orang yang pada mulanya mengajukan teori evolusi, dalam bentuk yang
pada hakikatnya dibela dewasa ini, ialah seorang biolog amatir Inggris yang
bernama Charles Robert Darwin. Darwin
pertama kali menerbitkan gagasannya dalam buku yang berjudul The Origin of
Species by Means of Natural Selection pada 1859. Darwin menyatakan dalam
bukunya bahwa semua makhluk hidup memiliki leluhur yang sama dan bahwa mereka
berkembang satu sama lain dengan cara seleksi alamiah. Mereka yang terbaik dalam
beradaptasi dengan lingkungan mewariskan perilaku mereka ke generasi
berikutnya, dan lambat laun, sifat-sifat yang menguntungkan ini mengubah
individu-individu menjadi spesies yang berbeda total dari leluhur mereka.
Dengan demikian, manusia ialah produk yang paling maju dari mekanisme seleksi
alamiah ini. Singkatnya,
suatu spesies berasal dari spesies lain.
Ide khayal Darwin dianut dan dikembangkan
oleh kalangan ideologis dan politis tertentu dan teorinya menjadi sangat
populer. Alasan utamanya adalah bahwa tingkat pengetahuan saat itu belum
memadai untuk menyingkapkan bahwa skenario imajinasi Darwin itu salah. Ketika
Darwin mengajukan asumsinya, disiplin ilmu genetika, mikrobiologi, dan biokimia
belum ada. Jikalau ada, Darwin mungkin dengan mudah mengenali bahwa teorinya
tidak ilmiah sama sekali, dan sehingga takkan ada yang berusaha mengajukan
pernyataan omong kosong tersebut; informasi yang menentukan spesies telah
ada dalam gen dan seleksi alamiah tidak mungkin menghasilkan spesies baru
dengan mengubah gen.
Pada masa bergaungnya buku Darwin, ahli
botani Austria yang bernama Gregor Mendel menemukan kaidah pewarisan sifat di
tahun 1865. Meskipun kurang dikenal hingga akhir abad itu, penemuan Mendel
menjadi sangat penting pada awal 1900-an dengan lahirnya ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada
1950-an, penemuan molekul DNA, yang menghimpun informasi genetik, menempatkan
teori evolusi pada krisis yang hebat, karena keluarbiasaan informasi dalam DNA
tidak mungkin diterangkan sebagai kejadian kebetulan.
Selain semua perkembangan ilmiah ini, tidak ada bentuk-bentuk transisi,
yang diduga menunjukkan evolusi organisme hidup secara bertahap dari yang
primitif menuju spesies yang maju, yang pernah ditemukan walaupun dengan
pencarian bertahun-tahun.
Perkembangan ini mestinya menyebabkan teori Darwin menjadi debu
sejarah. Akan tetapi, tidaklah demikian, karena kalangan tertentu senantiasa
merevisi, memperbaharui, dan mengangkat teori itu ke dataran ilmiah. Usaha ini
hanya berarti jika kita menyadari bahwa di belakang teori itu lebih terdapat
tujuan ideologis daripada kepedulian ilmiah.
Namun demikian, beberapa kalangan yang mempercayai pentingnya berpegang
pada teori tersebut, yang telah menemui jalan buntu, segera menyusun model
baru. Nama model baru ini adalah neo-Darwinisme. Menurut teori ini, spesies
berkembang sebagai hasil dari mutasi-mutasi, perubahan-perubahan kecil dalam
gen mereka, dan yang paling sesuailah yang bertahan hidup melalui mekanisme
seleksi alamiah. Akan tetapi, tatkala terbukti bahwa mekanisme yang diajukan
oleh neo-Darwinisme ini tidak sah, dan perubahan-perubahan kecil pun tidak
cukup untuk pembentukan makhluk hidup, para evolusionis mulai mencari model
baru. Mereka bangkit dengan klaim baru yang disebut “keseimbangan bersela” (punctuated
equilibrium) yang tidak bersandar pada landasan rasional atau pun ilmiah.
Model ini menyatakan bahwa makhluk hidup tiba-tiba berkembang menjadi spesies
lain tanpa bentuk transisi sama sekali. Dengan kata lain, spesies tanpa “nenek moyang“ evolusioner tiba-tiba
muncul. Ini merupakan cara pemerian penciptaan, kendati para evolusinis enggan
untuk mengakuinya. Mereka mencoba menutupinya dengan skenario yang tidak masuk
akal. Sebagai contoh, mereka mengatakan bahwa burung pertama dalam sejarahnya
tiba-tiba, entah bagaimana, menetas keluar dari telur reptil. Teori tersebut
juga mengemukakan bahwa hewan darat karnivora bisa berubah menjadi paus
raksasa, dengan berubah bentuk secara tiba-tiba dan menyeluruh.
KETERANGAN HALAMAN 102
Charles Darwin
|
Klaim-klaim ini, yang semuanya bertentangan dengan kaidah genetika,
biofisika, dan biokimia, adalah seilmiah dongeng katak yang berubah menjadi
pangeran! Namun demikian, dengan tertekan oleh krisis dari pernyataan
neo-Darwinis, beberapa paleontolog evolusionis menganut teori ini, yang
mempunyai perbedaan yang bahkan lebih aneh daripada neo-Darwinisme itu sendiri.
Model ini hanya bermaksud memberi penjelasan atas kesenjangan dalam
penemuan fosil yang tidak dapat diterangkan dengan model neo-Darwinis. Akan
tetapi, usaha menjelaskan kesenjangan evolusi burung dalam penemuan fosil
dengan pernyataan bahwa “burung secara tiba-tiba menetas keluar dari telur
reptil“ kurang rasional, karena menurut penerimaan para evolusionis sendiri,
evolusi dari suatu spesies ke spesies lain mensyaratkan perubahan informasi
genetik yang besar dan menguntungkan. Akan tetapi, tidak ada mutasi apa pun
yang mengembangkan informasi genetik atau menambah informasi baru untuk itu.
Pemindahan hanya mengecualikan informasi genetik. Jadi, ”mutasi bruto” yang
dibayangkan dengan model keseimbangan bersela hanya akan menyebabkan
pengurangan dan pelemahan informasi genetik “bruto”, yakni “besar”.
Teori keseimbangan bersela itu tentu saja cuma hasil imajinasi.
Meskipun ada kebenaran bukti, para pembela evolusi tidak bimbang untuk memuja
teori ini. Mereka terpaksa melakukannya karena fakta bahwa model evolusi
yang diajukan oleh Darwin tidak dapat dibuktikan oleh penemuan fosil. Darwin
mengklaim bahwa spesies mengalami perubahan bertahap yang memerlukan keberadaan
setengah-burung/setengah-reptil atau setengah-ikan/setengah-reptil yang ganjil.
Akan tetapi, tidak satu pun “bentuk transisi“ ditemukan meskipun dengan
penelitian secara luas para evolusionis dan penggalian ratusan dari ribuan
fosil.
Para evolusionis memakai model keseimbangan bersela dengan harapan
merahasiakan kegagalan besar ini. Seperti yang telah kita kemukakan, sangatlah
jelas bahwa teori ini fantasi, sehingga pudar sendiri. Model keseimbangan
bersela tak pernah diajukan sebagai model yang konsisten, tetapi justru
digunakan sebagai pelarian dalam hal yang jelas-jelas tidak cocok dengan model
evolusi bertahap. Sejak para evolusionis menyadari bahwa organ-organ rumit
seperti mata, sayap, paru-paru, otak dan lain-lain menolak model evolusi
bertahap secara terang-terangan, dalam hal-hal tertentu ini mereka terpaksa
berlindung dalam interpretasi model keseimbangan bersela yang fantastik.
ADAKAH PENEMUAN FOSIL YANG
MEMBENARKAN TEORI EVOLUSI?
Teori evolusi menyatakan bahwa evolusi suatu
spesies menjadi spesies lain berlangsung secara bertahap, setapak demi setapak
selama jutaan tahun. Kesimpulan logis yang ditarik dari klaim semacam ini
adalah bahwa organisme hidup luar biasa yang disebut “bentuk transisi”
seharusnya telah hidup selama masa-masa transformasi ini. Karena para
evolusionis menyebutkan bahwa setiap makhluk hidup berkembang dari makhluk
hidup lain setahap demi setahap, jumlah dan macam bentuk transisi ini
seharusnya sudah ada jutaan.
Jika makhluk sedemikian itu pernah hidup, maka
kita mestinya bisa melihat bekasnya di mana-mana. Pada kenyataanya, jika tesis
ini benar, jumlah bentuk transisi antara seharusnya lebih besar daripada jumlah
spesies hewan yang hidup hari ini dan fosil yang mereka wariskan mestinya juga
berlimpah di seluruh dunia.
Sejak Darwin, para evolusionis telah mencari
fosil dan hasilnya bagi mereka adalah kekecewaan yang menohok. Di mana pun di
dunia ini—baik di darat maupun di kedalaman lautan—tidak ada yang
mempunyai bentuk transisi antara dua spesies yang pernah ditemukan.
Darwin sendiri sadar akan ketiadaan
bentuk-bentuk transisi sedemikian itu. Harapan terbesarnya
adalah bahwa mereka akan ditemukan di masa mendatang. Walaupun berharap
demikian, ia melihat bahwa kesalahan terbesar yang menghalangi teorinya adalah
tidak adanya bentuk transisi. Karena
itulah, dalam bukunya The Origin of Species, ia menulis:
Jika setiap spesies berasal
dari spesies lain secara bertahap, mengapa di mana-mana kita tidak melihat
bentuk transisi yang amat banyak? Mengapa semua alam yang tidak teratur,
termasuk spesies, sebagaimana yang kita lihat, tidak dipastikan? ... Akan
tetapi, karena dengan teori ini bentuk-bentuk transisi yang tak terhitung
seharusnya ada, mengapa kita tidak mendapati mereka terpendam di balik tanah
dengan jumlah yang tak terkira? ... Tetapi di kawasan antara, yang mempunyai
kondisi-antara kehidupan, mengapa kita sekarang tidak menemukan jenis yang
kemungkinan besar merupakan perantara? Kesulitan ini cukup membingungkan saya
dalam waktu yang lama.1
Kekhawatiran Darwin masuk akal. Masalah ini juga menimpa para evolusionis lain. Derek
V. Ager, seorang paleontolog terkenal dari Britania, menerima kenyataan yang
memalukan ini:
Masalahnya, jika kita selidiki peninggalan fosil secara rinci, baik
pada tingkat orde maupun spesies, kita dapati—lagi-lagi—bukan evolusi bertahap,
melainkan meledaknya satu kelompok secara mendadak dengan mengorbankan kelompok
lain.2
Kesenjangan dalam penemuan fosil tidak dapat diterangkan dengan
pemikiran yang bernafsu bahwa belum cukup fosil yang tergali dan bahwa fosil
yang tidak ada akan ditemukan di kemudian hari. T. Neville George, seorang paleontolog evolusionis lain, menjelaskan
penalarannya:
Tidak perlu lagi dimintakan
pengertian lebih jauh atas kurangnya penemuan fosil. Bagaimanapun, [penemuan
fosil] ini telah menjadi hampir terlalu banyak, dan penemuan [tersebut] lebih
dari cukup... Namun begitu, penemuan fosil masih tersusun dari
kesenjangan-kesenjangan.3
KEHIDUPAN MUNCUL DI BUMI SECARA TIBA-TIBA DAN DALAM BENTUK RUMIT
Bila
strata terestrial dan penemuan fosil diselidiki, terlihat bahwa organisme hidup
muncul serentak. Stratum tertua bumi yang mengandung fosil makhluk hidup yang
pernah ditemukan adalah “Cambrian“ yang ditaksir berumur 530–520 juta
tahun.
Makhluk
hidup yang terdapat pada strata milik periode Cambrian dalam penemuan fosil
semuanya muncul tiba-tiba tanpa keberadaan pendahulu mereka. Aneka organisme
hidup ini, yang tersusun dari sejumlah besar makhluk yang rumit, muncul dengan
sedemikian tiba-tiba sehingga kejadian yang menakjubkan ini disebut “Peledakan
Cambrian” dalam literatur ilmiah.
Kebanyakan
organisme hidup yang terdapat di stratum ini mempunyai organ yang sangat maju
seperti mata, atau sistem-sistem yang terlihat dalam organisme dengan
pengorganisasian yang sangat maju seperti insang, sistem peredaran darah, dan
sebagainya. Tidak ada tanda dalam penemuan fosil yang mengindikasikan bahwa
organisme ini punya nenek-moyang. Richard Monestarsky, editor majalah Earth
Sciences, menyatakan kehidupan spesies yang muncul secara mendadak:
Setengah milyar tahun yang
lalu bentuk-bentuk hewan yang benar-benar rumit yang kita lihat hari ini tiba
tiba muncul. Peristiwa ini, tepat pada awal periode Cambrian, sekitar 550 juta
tahun yang lalu, menandai peledakan evolusi yang memenuhi lautan dengan
makhluk-makhluk rumit pertama di dunia. Fila, hewan besar zaman sekarang, sudah
ada pada awal Cambrian dan mereka tidak berbeda dengan yang ada pada saat ini.4
KETERANGAN HALAMAN 106
Fosil kecoa berumur 320
juta tahun (kiri).
Fosil trilobit berumur 360 juta tahun (bawah).
|
Dengan tanpa mampu mendapatkan jawaban atas pertanyaan bagaimana bumi
menjadi penuh dengan ribuan aneka spesies hewan, para evolusionis menggunakan
khayalan periode 20 juta tahun sebelum Periode Cambrian untuk menjelaskan
bagaimana kehidupan berasal dan “kejadian yang tak diketahui”. Periode ini disebut “kesenjangan evolusi” (evolutionary
gap). Tidak ada bukti untuk ini yang pernah ditemukan, dan bahkan saat ini
konsepnya masih benar-benar keruh dan kabur.
Pada tahun 1984, banyak [hewan] invertebrata
digali di Chengjiang, yang terletak di tengah dataran tinggi Yunann di
pedalaman China baratdaya. Di antaranya adalah trilobit, yang kini tiada,
tetapi strukturnya tidak kalah rumit daripada segala hewan tak bertulang
belakang modern.
KETERANGAN HALAMAN 107
Sebagian Bukti Terandal Evolusi Yang pada
Buktinya Tidak Sahih
Fosil ikan Coelacanth berumur empatratus
sepuluh juta tahun (bawah). Para evolusionis menyatakan bahwa inilah bentuk
transisi yang membuktikan transisi ikan ini dari air ke darat. Fakta bahwa
lebih dari empatpuluh contoh hidup ikan ini yang telah tertangkap pada
limapuluh tahun terakhir mengungkapkan bahwa ini masih ikan asli yang
sempurna dan masih hidup. Fosil Archaeopteryx, yang diduga leluhur burung,
yang konon berkembang dari dinosaurus (kiri). Sebaliknya, riset terhadap
fosil ini menunjukkan bahwa ini burung punah yang pernah terbang namun
kemudian kehilangan kemampuan terbang.
|
Stefan Bengston, paleontolog evolusionis dari
Swedia, menerangkan situasinya sebagai berikut:
Jika ada peristiwa dalam sejarah kehidupan yang
menyerupai mitos penciptaan manusia, maka itu adalah diversifikasi kehidupan
laut yang mendadak ini ketika organisme-organisme multiseluler beralih menjadi
pelaku dominan dalam ekologi dan evolusi. Dengan sulit dimengerti (dan memalukan)
Darwin, kejadian ini masih membuat kita terpesona.5
Kemunculan tiba-tiba makhluk-makhluk hidup
kompleks ini dengan tanpa nenek moyang tidak kalah sulit untuk dimengerti (dan
memalukan) para evolusinis saat ini daripada Darwin 135 tahun yang lalu. Selama
hampir satu setengah abad, mereka tidak mempunyai kemajuan selangkah pun untuk
melewati hal yang menghalangi Darwin.
Sebagaimana bisa dilihat, penemuan fosil
mengindikasikan bahwa makhluk hidup tidak berkembang dari bentuk yang primitif
ke bentuk yang maju, tetapi justru muncul semuanya secara tiba-tiba dan dalam
keadaan yang sempurna. Ketiadaan bentuk-bentuk transisi tidak hanya pada
periode Cambrian. Tidak pernah ditemukan satu bentuk transisi yang mengesahkan
dugaan “kemajuan” evolusi hewan bertulang belakang—dari ikan ke amfibi, reptil,
burung, dan mamalia. Setiap spesies hidup muncul seketika dan dalam bentuknya
yang mutakhir, sempurna dan lengkap, dalam penemuan fosil.
Dengan kata lain, makhluk-makhluk hidup tidak
menuju keberadaan melalui evolusi. Mereka diciptakan.
KEPALSUAN
EVOLUSI
Tipudaya Gambar-Gambar
Penemuan fosil adalah sumber utama bagi
mereka yang mencari-cari bukti teori evolusi. Bila diperiksa dengan cermat dan
tanpa prasangka, penemuan fosil justru lebih menyangkal teori evolusi daripada
mendukungnya. Namun demikian, penafsiran yang menyesatkan terhadap fosil oleh
para evolusionis dan gambaran prasangka mereka kepada publik telah memberi
banyak orang kesan bahwa penemuan fosil sesungguhnya mendukung teori evolusi.
Kerentanan beberapa temuan dalam
penemuan fosil terhadap semua jenis interpretasi melayani maksud para
evolusionis sebaik-baiknya. Fosil-fosil yang tergali kebanyakan tidak memuaskan
untuk identifikasi yang andal. Fosil biasanya terdiri atas pecahan tulang tak
lengkap yang tersebar. Karena alasan ini, menyimpangkan data yang tersedia dan
menggunakannya dengan sekehendak hati sangat mudah. Tidak mengejutkan,
rekonstruksi (gambar dan model) yang dibuat oleh para evolusionis berdasarkan
sisa-sisa fosil sedemikian itu seluruhnya disajikan secara spekulatif dengan
tujuan membenarkan tesis evolusi. Karena orang-orang mudah terpengaruh oleh
informasi visual, model-model rekonstruksi khayalan ini bertindak untuk
meyakinkan mereka bahwa makhluk-makhluk rekonstruksi ini benar-benar ada di
masa lalu.
Para evolusionis peneliti menggambar
makhluk khayalan seperti manusia, yang biasanya berdasarkan sebiji gigi, atau
sepotong pecahan rahang atau tulang paha atau lengan atas, dan menyajikannya
kepada masyarakat umum dengan cara yang sensasional seakan-akan mereka ialah
rantai evolusi manusia. Gambar-gambar ini telah berperan penting dalam
pemantapan citra “manusia primitif” di benak banyak orang.
KETERANGAN HALAMAN 109
Dengan terus-menerus dibuat makhluk
setengah-manusia setengah-kera yang digambar dengan penuh keahlian semacam
ini, masyarakat umum menjadi yakin bahwa manusia berkembang dari kera atau
beberapa makhluk laun yang serupa. Akan tetapi, gambar-gambar ini tidak benar sama
sekali.
|
Kajian
yang didasarkan pada sisa-sisa tulang ini hanya bisa mengungkapkan
karakteristik umum makhluk yang diteliti. Rincian-rincian yang berbeda terdapat
di jaringan lunak yang lenyap dengan cepat seiring dengan waktu. Dengan
jaringan-jaringan lunak yang ditafsirkan secara spekulatif, segala hal menjadi
mungkin dalam garis batas imajinasi pembuat rekonstruksi. Earnst A. Hooten dari
Universitas Harvard menjelaskan situasinya seperti ini:
Upaya
memulihkan bagian-bagian lunak itu adalah tindakan yang bahkan lebih berbahaya.
Bibir, mata, telinga, dan ujung hidung tidak meninggalkan pertanda pada
bagian-bagian tulang yang menjadi acuan. Berdasarkan tengkorak Neanderthal,
anda sama-sama bisa membuat model dengan ciri-ciri seekor simpanse atau pun
raut wajah seorang filsuf. Dugaan restorasi tipe-tipe manusia kuno mempunyai
nilai ilmiah yang sangat sedikit, kalau ada, dan mungkin hanya menyesatkan
publik... Jadi, jangan mempercayai rekonstruksi.6
Penelitian Yang Dibuat untuk Membuat Fosil Palsu
Dengan tidak mampu mendapatkan bukti
teori evolusi yang sah dalam peninggalan fosil, beberapa evolusionis berusaha
membuatnya sendiri. Usaha-usaha ini, yang telah dimasukkan dalam
ensiklopedi-ensiklopedi di bawah judul “kepalsuan evolusi”, adalah indikasi
yang paling gamblang bahwa teori evolusi merupakan ideologi dan filosofi yang
dibela mati-matian oleh para evolusionis. Dua dari kepalsuan yang paling payah
dan cemar diperikan di bawah ini:
Manusia Piltdown
Charles Dawson,
seorang dokter terkenal dan paleoantropolog amatir, mengajukan klaim bahwa ia
menemukan sepotong tulang rahang dan pecahan tengkorak di sebuah lubang di
kawasan Piltdown, Inggris, pada 1912. Kendati tengkorak itu menyerupai manusia,
tulang rahangnya justru menyerupai monyet. Spesimen ini diberi nama “Manusia
Piltdown”. Dengan disangka berumur 500 ribu tahun, tulang-belulang itu dipajang
sebagai bukti mutlak evolusi manusia. Selama lebih dari 40 tahun, banyak
artikel ilmiah yang ditulis tentang “Manusia Piltdown”, banyak penafsiran dan
gambar yang dibuat dan fosil tersebut disajikan sebagai bukti penting evolusi
manusia.
KETERANGAN HALAMAN 110
Fosil palsu: Manusia Piltdown
|
Pada 1949, para ilmuwan menyelidiki
fosil itu sekali lagi dan menyimpulkan bahwa “fosil” itu dusta yang disengaja
yang mengandung tengkorak manusia dan tulang rahang orangutan.
Dengan memakai metode penanggalan
fluor, para penyelidik mendapati bahwa tengkorak itu hanya berumur beberapa
ribu tahun. Gigi-gigi di tulang rahang itu, yang merupakan milik orangutan,
telah dipasangkan, dan peralatan “primitif” yang menyatukan fosil itu dengan
meyakinkan adalah dusta kasar yang dipertajam dengan peralatan baja. Dalam
analisis rinci yang disempurnakan oleh Oakley, Weiner, dan Clark, mereka
mengungkapkan kepalsuan ini kepada publik pada 1953. Tulang tengkorak itu
adalah milik manusia yang berumur 500 tahun, dan tulang rahang itu milik seekor
kera yang belum lama mati! Gigi-gigi ditata di situ secara istimewa dengan
suatu susunan dan ditambahkan pada rahang, dan sambungannya diisikan dengan
tujuan agar menyerupai tatanan pada manusia. Lalu semua potongan-potongan ini
dikotori dengan dikhromat potasium untuk memberi penampilan kuno.
(Kotoran-kotoran ini lenyap bila dicelupkan dalam asam.) Le Gros Clark, seorang
anggota tim yang mengungkapkan kepalsuan tersebut, tidak bisa menyembunyikan
keheranannya:
Bukti-bukti goresan buatan ini segera membuka mata. Sesungguhnya ini
amat jelas terlihat sehingga bisa dipertanyakan: mengapa dulu hal ini luput
dari perhatian?7
Manusia Nebraska
Pada 1922, Henry Fairfield Osborn,
direktur Museum Sejarah Alam Amerika, menyatakan bahwa ia menemukan fosil gigi
geraham di Nebraska barat dekat Snake Brook yang terdapat pada periode Pliosen.
Gigi ini
disangka mengandung karakteristik umum manusia dan sekaligus kera.
Argumen-argumen ilmiah yang mendalam bermula dengan sebagian menafsirkan gigi
ini milik Pithecanthropus erectus sedangkan sebagian lainnya mengklaim bahwa
ini lebih dekat dengan manusia modern. Fosil ini, yang menimbulkan perdebatan
luas, bernama populer “Manusia Nebraska”. Fosil ini juga segera diberi “nama
ilmiah”: “Hesperopithecus Haroldcooki”.
KETERANGAN
HALAMAN 111
Gambar
di atas dilukis berdasarkan sebiji gigi dan diterbitkan di Illustrated London
News pada 24 Juli 1922. Akan tetapi, para evolusionis sangat kecewa tatkala
terungkap bahwa gigi ini bukan milik makhluk yang seperti kera atau pun
seperti manusia, melainkan seekor spesies babi yang punah.
|
Terdapat
banyak tokoh yang mendukung Osborn. Berdasarkan gigi tunggal ini, rekonstruksi
kepala dan tubuh “Manusia Nebraska” digambar. Bahkan, Manusia Nebraska dilukis
juga dengan seluruh anggota keluarganya.
Pada 1927,
bagian lain dari tengkorak itu juga ditemukan. Menurut potongan-potongan baru
ini, gigi tersebut bukan milik manusia atau pun kera, melainkan seekor spesies
babi liar Amerika yang sudah punah yang disebut Prostennops.
APAKAH MANUSIA DAN KERA BERASAL DARI
LELUHUR YANG SAMA?
Menurut klaim
teori evolusi, manusia dan kera modern mempunyai leluhur yang sama.
Makhluk-makhluk ini berkembang seiring dengan waktu dan beberapa di antara
mereka menjadi kera-kera masa kini, sedangkan sekelompok lain yang mengikuti
cabang evolusi lain menjadi manusia masa kini.
Para
evolusionis menyebut “leluhur bersama” pertama manusia dan kera ini
“Australopithecus” yang berarti “Kera Afrika selatan”. Terdapat berbagai jenis
Australopithecus, yang hanya spesies kera lama yang telah menjadi berbeda.
Sebagiannya tegap, sementara lainnya kecil dan rapuh.
Para
evolusionis menggolongkan tahap evolusi manusia berikutnya sebagai “Homo”,
yakni “manusia”. Menurut klaim evolusionis, makhluk hidup dalam tahap “Homo”
ini lebih berkembang daripada Australopithecus, dan tidak banyak berbeda dari
manusia modern. Manusia modern masa kini, Homo sapiens, konon terbentuk pada
tahap terakhir evolusi spesies ini.
Yang
betul, makhluk hidup yang disebut Australopithecus dalam skenario khayalan yang
dikarang-karang oleh para evolusionis sesungguhnya merupakan anggota aneka ras
manusia yang hidup di masa lalu dan lalu punah. Para evolusionis menata
berbagai fosil kera dan manusia dalam suatu urutan dari yang terkecil ke yang
terbesar agar terbentuk skema “evolusi manusia”. Akan tetapi, riset telah
menunjukkan bahwa fosil-fosil ini sama sekali tidak menyiratkan proses evolusi
dan bahwa sebagian makhluk yang diduga keras leluhur manusia ini ialah kera
sejati sedangkan sebagian lainnya ialah manusia sejati.
Sekarang,
mari kita perhatikan Australopithecus, yang menurut para evolusionis
melambangkan tahap pertama skema evolusi manusia.
Australopithecus:
Kera Punah
Para evolusionis mengklaim bahwa
Australopithecus adalah leluhur manusia modern yang paling primitif. Ini ialah
spesies lama dengan struktur kepala dan tengkorak yang serupa dengan yang
dimiliki oleh kera-kera modern, namun dengan kapasitas tengkorak yang lebih
kecil. Menurut pernyataan para evolusionis, makhluk-makhluk ini mempunyai sifat
yang amat penting yang mengesahkan mereka sebagai leluhur manusia: bipedalisme.
Pergerakan
kera dan manusia berbeda sepenuhnya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang
bergerak bebas dengan dua kaki. Beberapa hewan lain memang memiliki kemampuan
terbatas untuk bergerak dengan cara ini, namun mereka memiliki kerangka yang
bungkuk.
Menurut
para evolusionis, makhluk hidup yang disebut Australopithecus ini mempunyai
kemampuan untuk berjalan dengan lebih membungkuk daripada berpostur tegak
seperti manusia. Bahkan langkah-langkah bipedal terbatas ini mencukupi untuk
mendorong para evlusionis untuk memperhitungkan bahwa makhluk hidup ini leluhur
manusia.
Akan
tetapi, bukti pertama yang menolak dugaan para evolusionis bahwa
Australopithecus itu bipedal berasal dari para evolusionis itu sendiri. Bahkan,
kajian yang mendalam terhadap fosil-fosil Australopithecus memaksa para
evolusionis untuk menerima bahwa ini terlihat menyerupai kera “juga”. Dengan
melaksanakan penelitian anatomis yang mendalam terhadap fosil-fosil
Australopithecus pada pertengahan 1970-an, Charles E. Oxnard mempersamakan
struktur tengkorak Australopithecus dengan yang terdapat pada orangutan:
Bagian
penting dari kebijakan konvensional mengenai evolusi manusia didasarkan pada
pecahan-pecahan fosil gigi, rahang, dan tengkorak australopithecus. Ini semua
menunjukkan bahwa hubungan yang dekat antara australopithecus dan leluhur
manusia tidak benar. Semua fosil ini berbeda dari gorila, simpanse, dan manusia.
Bila dikaji sebagai satu kelompok, australopithecus tampaknya lebih mirip
dengan orangutan.8
Yang
benar-benar memalukan para evolusionis adalah penemuan bahwa Australopithecus
itu berpostur bungkuk dan tidak mungkin berjalan dengan dua kaki. Bagi
Australopithecus yang diduga bipedal namun dengan kerangka bungkuk, sangatlah
tidak efektif untuk bergerak dengan cara sedemikian itu karena akan memerlukan
energi yang terlampau banyak. Dengan alat simulasi komputer yang dilakukan pada
1996, Robin Crompton paleoantropolog Inggris juga memperagakan bahwa kerangka
“campuran” semacam itu mustahil. Crompton mencapai kesimpulan berikut ini:
makhluk hidup hanya berjalan dengan salah satu dari dua cara: tegak atau dengan
empat kaki. Jenis kerangka yang di antara keduanya tidak mungkin lestari selama
rentang waktu yang lama karena konsumsi energi yang berlebihan. Ini berarti bahwa
Australopithecus mustahil berjalan bipedal dengan postur bungkuk.
Barangkali
kajian terpenting yang menunjukkan bahwa Australopithecus tidak mungkin bipedal
muncul pada 1994 dari riset anatomis Fred Spoor dan timnya dari Jurusan Biologi
Sel dan Anatomi Manusia di Universitas Liverpool, Inggris. Kelompok ini
melaksanakan pengkajian terhadap bipedalisme makhluk hidup yang telah memfosil.
Riset mereka menyelidiki mekanisme keseimbangan otomatis yang terdapat pada
rumah-siput telinga, dan temuan-temuannya menunjukkan kesimpulan bahwa
Australopithecus tidak mungkin bipedal. Ini menggugurkan segala klaim bahwa
Australopithecus itu seperti manusia.
Rangkaian
Homo: Manusia Sejati
Tahap
berikutnya dalam evolusi-manusia khayalan adalah “Homo”, yakni rangkaian
manusia. Makhluk hidup ini ialah manusia yang tidak berbeda dari manusia
modern, namun memiliki beberapa perbedaan rasial. Dengan berusaha menafsirkan
perbedaan-perbedaan ini, para evolusionis melambangkan orang-orang ini tidak
sebagai “ras” manusia modern, tetapi sebagai “spesies” lain. Namun demikian,
seperti yang segera kita saksikan, orang-orang dalam rangkaian Homo itu tidak
lain kecuali jenis ras manusia asli.
Menurut
skema khayal para evolusionis, evolusi khayal internal rangkaian spesies Homo
adalah sebagai berikut: Pertama Homo erectus, lalu Homo
sapiens purba dan manusia Neanderthal, kemudian manusia Cro-Magnon, dan
akhirnya manusia modern.
Semua
“spesies” yang telah kita sebut di atas tidak lain kecuali manusia asli,
walaupun para evolusionis menyatakan sebaliknya. Mula-mula mari kita periksa Homo erectus, yang diacu oleh para
evolusionis sebagai spesies manusia yang paling primitif.
Bukti paling menonjol yang menunjukkan
bahwa Homo ercetus bukan spesies “primitif” adalah fosil “Turkana Boy”, salah
satu dari Homo erectus tertua yang diketemukan. Diperkirakan bahwa ini adalah
fosil anak lelaki berusia 12 tahun, yang tingginya 1,83 meter pada masa
remajanya. Struktur kerangka tegak fosilnya tidak berbeda dari yang terdapat
pada manusia modern. Tingginya dan struktur kerangka rampingnya cocok
seluruhnya dengan yang terdapat pada manusia yang hidup di daerah tropis masa
kini. Fosil ini merupakan satu dari potongan-potongan bukti terpenting bahwa
Homo erectus hanyalah contoh ras manusia modern lainnya. Paleontolog
evolusionis Richard Leaky membandingkan Homo erectus dengan manusia modern
sebagai berikut:
Kita bisa juga melihat perbedaan bentuk tengkorak, tingkat tonjolan
wajah, ketegapan pundak, dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini barangkali
tidak lebih nyata daripada yang kita lihat dewasa ini antara ras-ras manusia
modern yang berbeda secara geografis. Variasi biologis semacam itu timbul
tatkala populasi-populasi saling terpisah secara geografis selama waktu yang
signifikan.9
Leaky bermaksud mengatakan bahwa
perbedaan antara Homo erectus dan kita tidak lebih dari perbedaan antara orang
Negro dan orang Eskimo. Corak tengkorak Homo erectus itu dihasilkan dari cara
makan mereka, emigrasi genetik mereka, dan dari tidak bercampurnya mereka
dengan ras manusia lain selama rentang waktu yang panjang.
Sepotong bukti kuat lain bahwa Homo
erectus bukan spesies “primitif” adalah bahwa fosil-fosil spesies yang telah
digali ini berumur duapuluh tujuh ribu tahun dan bahkan tigabelas ribu tahun.
Menurut sebuah artikel yang terbit di Time—yang bukan terbitan ilmiah,
namun berpengaruh luas terhadap dunia ilmiah—fosil-fosil Homo erectus yang
berumur duapuluh tujuh ribu tahun ditemukan di pulau Jawa. Di rawa Kow di
Australia, beberapa fosil yang berusia tigabelas ribu tahun ditemukan yang
mengandung ciri-ciri Homo Sapiens-Homo erectus. Semua fosil ini menunjukkan
bahwa Homo erectus melanjutkan kehidupan mereka hingga waktu yang dekat dengan
zaman kita dan tidak lain kecuali ras manusia yang pernah terkubur dalam
sejarah.
Homo Sapiens Purba dan
Manusia Neanderthal
Homo sapiens purba ialah
pendahulu-langsung manusia kontemporer dalam skema evolusi khayalan. Para
evolusionis tidak mempunyai fakta banyak untuk membicarakan manusia-manusia
ini, karena mereka hanya terdapat sedikit perbedaan antara mereka dan manusia
modern. Beberapa peneliti bahkan menyatakan bahwa anggota ras ini masih hidup
hari ini, dan menunjuk orang-orang Aborigin di Australia sebagai contoh.
Seperti Homo sapiens, orang-orang Aborigin juga mempunyai alismata tebal yang
menonjol, struktur rahang yang melereng ke dalam, dan volume otak yang agak
lebih kecil. Lagipula, penemuan yang signifikan telah dicapai yang
mengisyaratkan bahwa orang-orang semacam ini hidup di Hungaria dan di beberapa
desa di Italia belum lama ini.
Para evolusionis menunjuk fosil manusia
yang tergali di lembah Neander, Belanda, yang dinamai Manusia Neanderthal.
Terdapat banyak peneliti kontemporer yang mendefinisikan Manusia Neanderthal
sebagai sub-spesies manusia modern dan menyebutnya “Homo sapiens
neandertalensis”. Jelas bahwa ras ini hidup bersama manusia modern pada waktu
yang sama dan kawasan yang sama. Temuan-temuan itu memberi kesaksian bahwa
orang-orang Neanderthal mengubur yang meninggal, memainkan instrumen musik, dan
mempunyai kesamaan budaya dengan Homo sapiens sapiens yang hidup selama periode
yang sama. Tengkorak modern dan struktur tengkorak fosil Neanderthal seluruhnya
tidak terbuka untuk segala spekulasi. Seorang pengarang terkemuka dalam
persoalan ini, Erik Trinkaus dari Universitas New Mexico menulis:
Perbandingan rinci sisa-sisa tengkorak Neanderthal dengan tegkorak
manusia modern memperlihatkan bahwa tidak ada di anatomi Neanderthal yang
kesimpulannya menunjukkan kemampuan gerak, peran, intelektual, atau pun
kebahasaan yang lebih rendah daripada kemampuan manusia modern.10
Pada kenyataannya, orang-orang
Neanderthal bahkan memiliki beberapa keunggulan “evolusioner” atas manusia
modern. Kapasitas tengkorak orang Neanderthal lebih besar daripada kapasitas
tengkorak manusia modern, mereka lebih tegap dan lebih berotot daripada kita. Trinkau
menambahkan: “Satu ciri Neanderthal yang paling khas adalah keraksasaan tubuh
dan tulang lengan dan tungkai mereka. Semua tulang yang diawetkan itu
menyiratkan kekuatan yang jarang dimiliki oleh manusia modern. Lagipula,
ketegapan ini tidak hanya terdapat di kalangan laki-laki dewasa, sebagaimana
yang mungkin kita duga, tetapi juga terbukti ada di perempuan dewasa, remaja,
dan bahkan anak-anak.”
Tepatnya, manusia Neanderthal ialah ras
manusia tertentu yang berbaur dengan ras lain seiring dengan waktu.
Semua faktor ini
menujukkan bahwa skenario “evolusi manusia” yang dibuat oleh para evolusionis
merupakan isapan jempol mereka, dan bahwa manusia selalu manusia dan kera
selalu kera.
MUNGKINKAH
KEHIDUPAN BERASAL DARI KEBETULAN MELALUI EVOLUSI?
Teori evolusi berpendapat bahwa
kehidupan berawal dengan sebuah sel yang terbentuk secara kebetulan dalam
kondisi bumi yang primitif. Karena itu, mari kita periksa komposisi sel dengan
perbandingan sederhana untuk memperlihatkan betapa tidak masuk-akal menganggap
keberadaan sel—suatu susunan yang masih misterius dalam banyak hal, bahkan juga
ketika kita hendak melangkah di abad ke-21 ini—berasal dari kebetulan dan
fenomena alam.
Dengan semua sistem operasionalnya,
sistem komunikasinya, transportasinya, dan manajemennya, sel tidak kalah
rumitnya daripada kota besar. Sel mengandung stasiun-stasiun daya yang
menghasilkan energi yang dikonsumsi oleh sel, pabrik-pabrik yang menghasilkan
enzim dan hormon yang amat penting bagi kehidupan, bank data yang menyimpan semua
informasi penting mengenai semua produk yang dihasilkan, sistem-sistem
transportasi kompleks dan pipa-pipa untuk mengangkut bahan mentah dan produk
dari satu tempat ke tempat lain, laboratorium-laboratorium hebat dan
kilang-kilang minyak untuk mengurai bahan-bahan mentah dari luar menjadi
bagian-bagian yang bisa dimanfaatkan, dan protein-protein selaput yang
dikhususkan untuk mengendalikan bahan-bahan yang keluar-masuk. Ini semua
hanyalah sebagian kecil dari sistem yang amat canggih ini.
Sel sama sekali tidak terbentuk dari
kondisi bumi yang primitif. Sel, yang komposisi dan mekanismenya amat rumit,
tidak bisa dibuat di laboratorium kita yang paling canggih sekalipun. Juga
dengan penggunaan asam-asam amino, yang merupakan blok-blok pembangun sel, mustahil
dihasilkan banyak organ tunggal sel, seperti mitokondria atau ribosom, sebanyak
sel yang utuh. Sel pertama yag diaku hasil dari evolusi secara kebetulan itu
hanyalah isapan jempol khayalan dan hasil dari fantasi seperti manusia berbadan
kuda.
Mungkinkah
Protein Kebetulan?
Bukan
hanya sel yang tidak mungkin diproduksi; dalam keadaan alamiah, mustahil
dibentuk protein, tunggal sekalipun, dari ribuan molekul protein kompleks
penyusun sel.
Protein
adalah molekul raksasa yang terdiri atas asam-asam amino yang tertata dengan
rangkaian jumlah dan susunan yang tertentu. Molekul-molekul ini merupakan
blok-blok pembangun sel hidup. Yang paling sederhana tersusun dari 50 asam
amino; namun ada beberapa protein yang terdiri dari ribuan asam amino. Di
samping itu, ketiadaan atau penggantian asam amino tunggal dalam struktur
protein sel hidup, yang masing-masing mempunyai fungsi khusus, menyebabkan
protein menjadi timbunan molekul yang tiada guna. Para pendiri teori evolusi,
dalam hal pembentukan protein, tidak mampu menunjukkan “pembentukan kebetulan”
asam amino.
Kita bisa
dengan mudah memperagakan, dengan perhitungan probabilitas sederhana yang bisa
dipahami oleh siapa saja, bahwa struktur fungsional protein sama sekali tidak
mungkin terjadi secara kebetulan.
Ada duapuluh
jenis asam amino. Jika kita pertimbangkan bahwa molekul protein rata-rata
tersusun dari 288 asam amino, maka terdapat 10300 kombinasi asam
yang berlainan. Di antara semua kemungkinan rangkaian ini, hanya “satu” yang
merupakan molekul protein yang diminta. Rangkaian-rangkaian asam amino lain
tidak berguna sama sekali atau berpotensi membahayakan makhluk hidup. Dengan
kata lain, peluang pembentukan secara kebetulan satu molekul protein saja yang
dikutip di atas adalah “1 dalam 10300”. Peluang “1” ini terjadi dari
bilangan astronomis yang berisi angka 1 yang diikuti dengan 300 nol pada
praktisnya nol saja; ini mustahil. Lagipula, satu molekul protein yang terdiri
dari 288 asam amino adalah agak rendah bila dibandingkan dengan beberapa
molekul protein raksasa yang mengandung ribuan asam amino. Bila kita terapkan
perhitungan probabilitas yang serupa itu terhadap molekul-molekul protein
raksasa ini, kita lihat bahwa kata “mustahil” pun menjadi tidak memadai.
Jika
pembentukan secara kebetulan satu protein saja mustahil, maka milyaran kali
lebih mustahil bagi sekitar satu juta protein untuk secara kebetulan
bersama-sama muncul dengan cara yang tertata dan menjadi sel manusia yang
lengkap. Lebih-lebih, sel bukan sekadar sekumpulan protein. Di samping protein,
sel-sel juga mengandung asam nukleik, karbohidrat, lipida, vitamin, dan banyak
zat kimia lain semisal elektrolit, semuanya tertata secara serasi dan dengan
desain dengan proporsi tertentu, baik struktur maupun fungsinya. Masing-masing
berfungsi sebagai unsur atau blok pembangun dengan berbagai organ.
Seperti
yang telah kita lihat, teori evolusi tidak mampu menjelaskan pembentukan sebuah
saja dari jutaan protein di dalam sel, biarlah menjelaskan sel itu sendiri.
Prof. Dr.
Ali Demirsoy, seorang pakar evolusionis terkemuka Mesir, dalam bukunya Kalitim
ve Evrim (Warisan dan Evolusi), membahas peluang pembentukan Cytochrome-C
secara kebetulan, salah satu dari enzim terpenting bagi kehidupan:
Peluang pembentukan rangkaian
Cytochrome-C mungkin nol. Dengan kata lain, jika kehidupan memerlukan suatu
rangkaian tertentu, bisa dikatakan bahwa peluangnya untuk terwujud adalah satu
kali di alam semesta. Kalau tidak, kekuatan metafisis di luar definisi kita
mestinya telah bertindak dalam pembentukannya. Menerima yang terakhir ini tidak
tepat demi tujuan-tujuan ilmu pengetahuan. Karena itu, kita harus menengok
hipotesis pertama.11
Sesudah baris-baris ini, Demirsoy
menerima bahwa peluang ini, yang ia terima hanya karena “lebih tepat demi
tujuan-tujuan ilmu pengetahuan”, tidak realistis:
Peluang penyediaan rangkaian asam amino
tertentu untuk Cytochrome-C adalah bagaikan peluang kera yang menulis sejarah
manusia dengan mesin ketik—dengan mengambil begitu saja bahwa kera itu mengetik
huruf secara acak.12
Rangkaian yang benar asam amino yang
tepat saja tidak cukup untuk pembentukan satu molekul protein yang terdapat di
makhluk hidup. Di samping ini, masing-masing dari duapuluh jenis asam amino
yang berlainan yang terdapat di susunan protein ini harus kidal. Secara
kimiawi, ada dua jenis asam amino yang berbeda yang disebut “kidal” dan
“non-kidal”. Perbedaan antara keduanya adalah simetri-cermin antara tiga
struktur dimensionalnya, yang serupa dengan orang yang kidal dan non-kidal.
Asam amino kedua jenis ini terdapat di alam dengan jumlah yang sama dan dapat
saling terikat dengan sempurna. Namun, riset menyingkapkan fakta yang
menakjubkan: semua protein yang terdapat di struktur makhluk hidup terbuat dari
asam amino kidal. Bahkan satu asam amino tunggal non-kidal yang melekat di
struktur protein membuatnya tak berguna.
Mari kita umpamakan sesaat bahwa
kehidupan menjadi ada secara kebetulan sebagaimana tuntutan para evolusionis.
Dalam hal ini, asam amino kidal dan non-kidal yang muncul secara kebetulan
harus ada di alam dengan jumlah yang kira-kira sama. Persoalan bagaimana
protein bisa hanya memilih asam amino kidal, dan betapa tidak satu pun asam
amino non-kidal yang terlibat dalam proses kehidupan masih merupakan sesuatu
yang membingungkan para evolusionis. Dalam Britannica Science Encyclopaedia,
sebuah pembela gigih teori evolusi, para pengarangnya menunjukkan bahwa
asam-asam amino semua organisme-hidup di bumi dan blok-blok polimer kompleks
seperti protein memiliki asimetri kidal yang sama. Mereka menambahkan bahwa ini
serupa dengan mengundi dengan lontaran koin dan selalu mendapatkan kepala.
Dalam ensiklopedi tersebut, mereka menyatakan bahwa mustahil memahami mengapa
molekul-molekul menjadi kidal atau non-kidal dan bahwa pilihan ini secara
mengagumkan berkaitan dengan sumber kehidupan di bumi.13
Belumlah memadai penataan asam amino
dalam jumlah dan rangkaian yang benar, dan di struktur tiga-dimensi yang
diperlukan. Pembentukan protein juga mensyaratkan agar molekul asam amino
dengan lebih dari satu lengan saling dihubungkan dengan yang lain melalui
lengan tertentu saja. Ikatan semacam ini disebut “ikatan peptida”. Asam-asam
amino dapat membuat ikatan-ikatan yang berlainan satu sama lain; namun protein
hanya terdiri atas asam amino yang menyatu dengan ikatan “peptida”.
Riset menunjukkan bahwa hanya 50% dari
asam amino yang secara acak menyatu dengan ikatan peptida dan bahwa yang
lainnya menyatu dengan ikatan-ikata lain yang tidak terdapat di protein. Agar
berfungsi dengan tepat, setiap asam amino penyusun protein harus bergabung
dengan asam amino lain dengan ikatan peptida, karena inilah satu-satunya yang
harus dipilih oleh yang kidal. Tak meragukan, tidak ada mekanisme kendali untuk
menyeleksi dan membiarkan asam amino non-kidal dan secara pribadi memastikan
bahwa setiap asam amino membuat ikatan peptida dengan yang lain.
Dalam keadaan-keadaan ini, peluang
molekul protein rata-rata yang mengandung limaratus asam amino yang menata
sendiri dengan jumlah dan rangkaian yang benar, di samping peluang asam amino
untuk hanya mengandung yang kidal dan hanya bergabung dengan ikatan peptida
adalah sebagai berikut:
Peluang dengan rangkaian yang benar = 1/20500 = 1/10650
Peluang
berkidal = 1/2500 = 1/10150
Peluang
bergabung dengan ikatan “peptida” = 1/2499 = 1/10150
PROBABILITAS
TOTAL = 1/10950, yakni peluang “1” dalam 10950
Sebagaimana
bisa anda lihat di atas, peluang pembentukan molekul protein yang mengandung
limaratus asam amino adalah “1” dibagi dengan angka yang terbentuk dengan
menempatkan 950 nol setelah “1”, suatu bilangan yang tak terbayangkan oleh
benak manusia. Ini hanya peluang di atas kertas. Pada praktisnya, peluang realisasinya
adalah “0”. Dalam matematika, peluang yang lebih kecil daripada 1050
secara statistik peluang realisasinya dianggap “0”.
Bila
kemustahilan pembentukan molekul protein yang terbuat dari limaratus asam amino
mencapai angka sejauh itu, selanjutnya kita bisa mendorong batas-batas akal ke
tingkat kemustahilam yang lebih tinggi. Di molekul “hemoglobin, suatu protein
yang vital, terdapat limaratus tujuhpuluh-empat asam amino, yang jumlahnya jauh
lebih besar daripada asam amino penyusun protein yang kita sebut di atas.
Sekarang, perhatikan hal ini: di satu sel saja dari milyaran sel darah merah,
terdapat “280.000.000” (280 juta) molekul hemoglobin. Usia kira-kira bumi tidak
memadai untuk mampu membentuk satu protein tunggal saja, membiarkan sel darah
merah sendirian, dengan metode “coba dan coba lagi”. Kesimpulan dari semua ini
adalah bahwa teori evolusi terjerumus ke jurang dalam kemustahilan pada tahap
pembentukan protein tunggal.
KETERANGAN HALAMAN 122
Peluang
molekul protein rata-rata yang mengandung limaratus asam amino yang tertata
dengan jumlah dan rangkaian yang benar, di samping peluang asam amino untuk
hanya mengandung yang kidal dan hanya bergabung dengan ikatan peptida adalah
“1” dibagi dengan 10950. Kita dapat menulis angka ini, yang
terbentuk dengan menempatkan 950 nol setelah “1”, sebagai berikut:
|
Mencari
Jawaban atas Munculnya Kehidupan
Dengan
menyadari keganjilan besar terhadap peluang kehidupan yang terbentuk secara
kebetulan, para evolusionis tidak mampu memberi penjelasan yang rasional atas
keyakinan mereka, sehingga mereka mulai mencari cara untuk menunjukkan bahwa
keganjilan itu tidak terlalu merisaukan.
Mereka
merancang sejumlah eksperimen laboratorium untuk mengatasi persoalan tentang
bagaimana kehidupan muncul sendiri dari zat yang non-hidup. Eksperimen yang
paling terkenal dan paling terhormat adalah yang dikenal sebagai “Eksperimen
Miller” atau “Eksperimen Urey-Miller”, yang dilaksanakan oleh Stanley Miller
peneliti dari Amerika pada 1953.
Dengan
tujuan membuktikan bahwa asam amino bisa menjadi ada dengan kebetulan, Miller
menciptakan suatu atmosfir di laborataoriumnya yang ia anggap ada di bumi purba
(namun yang di kemudian hari terbukti tidak realistis) dan ia pasang untuk
penelitian. Campuran yang ia pakai untuk atmosfir purba ini terdiri dari
amonia, metana, hidrogen, dan uap air.
Miller
mengetahui bahwa metana, amonia, uap air, dan hidrogen tidak akan saling
bereaksi dalam kondisi alamiah. Ia sadar bahwa ia harus menyisipkan energi ke
dalam campuran itu untuk memulai reaksi [kimia]. Ia berpendapat bahwa energi
ini bisa berasal dari cahaya petir di atmosfir purba dan, berdasarkan anggapan
ini, ia menggunakan pelepasan listrik buatan di eksperimennya.
Miller
mendidihkan campuran gas ini pada 100 0C selama seminggu, dan, di
samping itu, ia memasukkan arus listrik ke ruangan tersebut. Pada akhir minggu
itu, Miller menganalisis zat-zat kimia yang terbentuk di ruangan itu dan
mengamati bahwa terdapat duapuluh asam amino, yang merupakan unsur dasar
protein, yang telah tersintesis.
Eksperimen
ini menimbulkan kehebohan besar di kalangan evolusionis dan mereka
mengajukannya sebagai keberhasilan yang luar biasa. Dengan terdorong oleh
pikiran bahwa eksperimen ini jelas-jelas mengesahkan teori mereka, para
evolusionis segera memproduksi skenario baru. Miller disangka telah membuktikan
bahwa asam amino bisa terbentuk sendiri. Dengan berlandaskan hal ini, mereka
buru-buru menyusun hipotesis tahap-tahap berikutnya. Menurut skenario mereka,
selanjutnya asam-asam amino menyatu secara kebetulan dengan rangkaian yang
tepat untuk membentuk protein. Beberapa protein yang terbentuk secara kebetulan
ini menempatkan diri di struktur yang menyerupai selaput sel, yang “agaknya”
menjadi eksis dan membentuk sebuah sel primitif. Lama-kelamaan sel-sel itu menyatu
dan membentuk organisme hidup. Arus utama terbesar skenario ini adalah eksperimen
Miller.
Akan tetapi,
eksperimen Miller tidak lain kecuali dibuat-buat, dan karenanya terbukti tidak
benar dalam banyak hal.
Kebatilan
Eksperimen Miller
Hampir
setengah abad berlalu sejak Miller mengadakan eksperimen ini. Walaupun ternyata
batil dalam banyak hal, para evolusionis masih mengajukan Miller dan
hasil-hasilnya sebagai bukti mutlak bahwa kehidupan bisa terbentuk seketika
dari zat non-hidup. Akan tetapi, bila kita nilai eksperimen Miller secara
kritis, tanpa bias dan subyektivitas pemikiran evolusionis, situasinya tidak
seoptimis pemikiran evolusionis. Miller menetapkan sendiri tujuannya untuk
membuktikan bahwa asam amino bisa terbentuk dengan sendirinya dalam kondisi
primitif bumi. Beberapa asam amino dihasilkan, tetapi pelaksanaan eksperimen
itu bertentangan dengan tujuannya dalam banyak hal, seperti yang sekarang
hendak kita lihat.
ö Miller mengisolasi asam-asam
amino itu dari lingkungan segera setelah mereka terbentuk, dengan menggunakan
mekanisme yang disebut “perangkap dingin”. Kalau ia tidak melakukannya, kondisi
lingkungan tempat terbentuknya asam amino akan segera menghancurkan
molekul-molekul tersebut.
Sangatlah
sia-sia dugaan bahwa mekanisme buatan jenis ini serupa dengan kondisi purba
bumi, yang mencakup radiasi ultraviolet, halilintar, berbagai zat kimia, dan
oksigen bebas dengan persentase yang tinggi. Tanpa mekanisme semacam itu,
segala asam amino yang memang terbentuk akan segera hancur.
ö Lingkungan atmosfir purba yang
diupayakan tiruannya oleh Miller dalam eksperimennya tidak realistis. Nitrogen
dan karbondioksida merupakan unsur atmosfir purba, namun Miller mengabaikannya
dan justru memakai metana dan amonia.
Mengapa?
Mengapa para evolusionis bertahan pada gagasan bahwa atmosfir primitif
mengandung banyak metana (CH4), amonia (NH3), dan uap air
(H2O)? Jawabannya sederhana:
tanpa amonia, mustahil mensintesiskan asam amino. Kevin McKean membahas hal ini
dalam suatu artikel yang terbit di majalah Discover:
Miller dan Urey meniru atmosfir purba bumi dengan campuran metana dan
amonia. Menurut mereka, bumi [pada zaman purba itu] sebenarnya merupakan
campuran yang homogen dari logam, batu, dan es. Namun dalam
penelitian-penelitian mutakhir, terpahami bahwa bumi sangat panas pada waktu
itu dan tersusun dari nikel dan dan besi yang membara. Karena itu, atmosfir
kimiawi pada masa itu mestinya sebagian besar terbentuk dari nitrogen (N2),
karbondioksida (CO2), dan uap air (H2O). Namun ini semua
bukan metana dan amonia untuk menghasilkan molekul-molekul organik.14
Setelah lama bungkam, Miller sendiri
mengakui bahwa lingkungan atmosfir yang ia manfaatkan dalam eksperimennya tidak
realistis.
ö Hal penting lain yang membatalkan eksperimen Miller bahwa terdapat
cukup oksigen untuk menghancurkan semua asam amino di atmosfir pada saat para
evolusionis mengira bahwa asam amino terbentuk. Konsentrasi oksigen ini tentu
saja menghalangi pembentukan asam amino. Situasi ini sepenuhnya meniadakan eksperimen
Miller, yang melalaikan oksiogen secara total. Seandainya ia menggunakan
oksigen di eksperimennya, metana akan terurai menjadi karbondioksida dan air,
dan amonia akan terurai menjadi nitrogen dan air.
Di sisi
lain, karena belum ada lapisan ozon, tidak mungkin ada molekul organik yang
hidup di bumi karena tidak terlindung sama sekali dari sinar ultraviolet yang
menyengat.
ö Di samping beberapa asam amino
yang amat perlu bagi kehidupan, eksperimen Miller juga menghasilkan banyak asam
organik dengan karakteristik yang sangat membahayakan struktur dan fungsi
makhluk hidup. Jika ia tidak mengisolasi
asam-asam amino tersebut dan membiarkan mereka di lingkungan yang sama dengan
zat-zat kimiawi ini, kehancuran mereka atau perubahan mereka menjadi campuran
yang berbeda melalui reaksi kimia tidak akan terhindarkan. Lebih-lebih,
sejumlah besar asam amino non-kidal juga terbentuk. Keberadaan asam-asam amino
ini sendiri menyangkal teori [evolusi], bahkan dengan penalarannya sendiri,
karena asam amino non-kidal tidak mampu berfungsi dalam komposisi
organisme-organisme hidup dan merupakan protein yang tiada guna bila mereka
terdapat di komposisi mereka.
Kesimpulannya,
keadaan pada waktu terbentuknya asam amino dalam eksperimen Miller tidak layak
bagi bentuk-bentuk kehidupan untuk menjadi ada. Media pembentukan mereka adalah
campuran asam amino yang menghancurkan dan mengoksidasi segala molekul yang
berguna yang mungkin diperoleh.
Para
evolusionis itu sendiri sebenarnya membuktikan kesalahan teori evolusi, kendati
mereka tidak bermaksud demikian, dengan mengajukan eksperimen ini sebagai
“bukti”. Jika eksperimen tersebut membuktikan sesuatu, maka itu adalah bahwa
asam amino hanya bisa diproduksi di lingkungan laboratorium yang terkendali
yang telah dirancang secara khusus dan disengaja dengan semua kondisi yang
diperlukan. Dengan kata lain, eksperimen tersebut menunjukkan bahwa yang
menyebabkan kehidupan (termasuk asam amino yang “hampir hidup”) menjadi ada
bukanlah kebetulan yang tak disengaja, melainkan kehendak yang disengaja—atau
dengan satu kata, Penciptaan. Karena itu, setiap tahap Penciptaan merupakan
ayat yang membuktikan kepada kita keberadaan dan kekuasaan Allah.
DNA: Molekul
Ajaib
Teori
evolusi belum mampu menyediakan penjelasan yang masuk akal perihal keberadaan
molekul yang merupakan basis sel. Bahkan, perkembangan ilmu genetika dan
penemuan asam nukleik (DNA dan RNA) menimbulkan masalah yang baru sekali bagi
teori evolusi.
Pada 1955,
karya dua ilmuwan DNA, James Watson dan Francis Crick, meluncurkan era baru
biologi. Terdapat banyak ilmuwan yang mengarahkan perhatian mereka ke ilmu
genetika. Kini, setelah bertahun-tahun penelitian, ilmuwa-ilmuwan telah banyak
memetakan struktur DNA.
Di sini,
kami perlu memberi beberapa informasi dasar tentang struktur dan fungsi DNA.
Molekul
yang disebut DNA, yang terdapat di inti masing-masing dari 100 trilyun sel di
tubuh kita, mengandung rencana konstruksi yang lengkap tentang tubuh manusia.
Informasi mengenai karakteristik seseorang, dari tampilan fisik hingga struktur
organ dalam, direkam di DNA dengan sistem penyandian istimewa. Informasi di DNA
disandi dalam rangkaian empat basis khusus yang menyusun molekul ini.
Basis-basis ini ditentukan sebagai A, T, G, dan C menurut huruf awal nama
mereka. Semua perbedaan struktural di antara orang-orang bergantung pada
variasi rangkaian basis-basis ini. Terdapat sekitar 3,5 milyar nukleotida,
yakni 3,5 trilyun huruf di molekul DNA.
Data DNA
yang mengenai protein atau organ tertentu tercakup dalam unsur-unsur khusus
yang disebut “gen”. Sebagai misal, informasi mengenai mata ada di sederetan gen
khusus, sedangkan informasi mengenai jantung ada di sederetan lain. Sel-sel itu
menghasilkan protein dengan menggunakan informasi di semua gen ini. Asam amino
yang merupakan struktur protein ditentukan oleh tatanan rangkaian tiga
nukleotida di DNA.
KETERANGAN HALAMAN 127
Molekul
yang disebut DNA mengandung rencana konstruksi yang lengkap tentang tubuh
manusia.
|
Dalam hal ini, sebuah rincian penting
layak diperhatikan. Suatu kekeliruan di rangkaian nukleotida penyusun suatu gen
menyebabkan gen itu tidak berguna sama sekali. Bila kita perhatikan bahwa
terdapat 200 ribu gen di tubuh manusia, ini merupakan bukti tambahan betapa
mustahil bagi jutaan nukletida yang menyusun gen-gen ini terbentuk secara
kebetulan dengan rangkaian yang benar. Seorang biolog evolusionis, Frank
Salisbury, mengomentari kemustahilan ini seraya mengatakan:
Protein medium mungkin meliputi sekitar
300 asam amino. Gen DNA yang mengendalikan ini sekitar 1.000 nukleotida di rantai ini.
Karena ada empat jenis nukleotida di rantai DNA, yang mengandung 1.000 hubungan
bisa ada dalam 41000 bentuk. Dengan menggunakan aljabar kecil
(algoritma), kita bisa melihat bahwa 41000 = 10600.
Sepuluh dikalikan dengan dirinya sendiri 600 kali menghasilkan angka 1 yang
diikuti dengan 600 nol! Bilangan ini jauh di luar jangkauan pemahaman kita.15
Angka 41000
sama dengan 10600. Kita memperoleh bilangan ini dengan menambahkan
600 nol terhadap 1. Karena 10 dengan 11 nol menunjukkan trilyun, bilangan
dengan 600 nol memang angka yang sulit untuk dimengerti.
Evolusionis
Prof. Ali Demirsoy terpaksa menerima persoalan berikut ini:
Pada
kenyataannya, peluang pembentukan acak protein dan asam nukleik (DNA-RNA)
terlampau kecil. Kesempatan munculnya serantai protein tertentu saja bersifat
astronomik.16
Di samping
semua kemustahilan ini, DNA nyaris tidak bisa terlibat dalam suatu reaksi
karena bentuk spiral ikatan-gandanya. Ini juga membuatnya mustahil membayangkan
bahwa ini bisa menjadi basis kehidupan.
Lebih-lebih, sementara DNA hanya bisa menggandakan diri
dengan bantuan beberapa enzim yang pada kenyataannya protein, sintesis
enzim-enzim ini hanya dapat terwujud dengan informasi yang disandi di DNA.
Karena mereka berdua saling bergantung, mereka harus ada di waktu yang sama
untuk penggandaan diri, atau salah satu dari keduanya harus “diciptakan”
sebelum yang lain. Jacobson seorang mikrobiolog Amerika mengomentari persoalan
ini:
Pengarahan
yang lengkap untuk reproduksi rencana, untuk energi dan pencabutan
bagian-bagian dari lingkungan mutakhir, untuk pertumbuhan rangkaian, dan untuk
mekanisme efektor yang menerjemahkan instruksi menjadi pertumbuhan—semuanya
harus hadir secara serempak pada saat itu (ketika kehidupan berawal). Kombinasi
peristiwa ini tampaknya dengan luar biasa tidak mungkin kejadian yang
kebetulan, dan seringkali dianggap berasal dari intervensi ilahi.17
Kutipan di
atas ditulis dua tahun sesudah pengungkapan struktur DNA oleh James Watson dan
Francis Crick. Walau terdapat semua perkembangan ilmu tersebut, masalah ini
masih tak terpecahkan bagi para evolusionis. Ringkasnya, kebutuhan akan DNA
dalam reproduksi, perlunya kehadiran beberapa protein untuk reproduksi, dan
persyaratan untuk menghasilkan protein-protein ini menurut informasi di DNA seluruhnya
melumpuhkan tesis-tesis evolusi.
Dua
ilmuwan Jerman, Junker dan Scherer, menjelaskan bahwa sintesis semua molekul
itu memerlukan evolusi kimiawi, membutuhkan kondisi yang khas, dan bahwa
peluang pencampuran bahan-bahan ini yang secara teoretis mempunyai metode
pemerolehan yang sangat lain adalah nol:
Hingga
sekarang, tiada eksperimen yang diketahui bisa mendapatkan semua molekul yang
diperlukan untuk evolusi kimiawi. Karena itu, menghasilkan berbagai molekul di
tempat-tempat yang berlainan di bawah kondisi yang sangat laik dan kemudian
membawa mereka ke tempat lain untuk reaksi dengan melindungi mereka dari
unsur-unsur yang berbahaya seperti hidrolisis dan fotolisis adalah perlu.18
Singkatnya,
teori evolusi tidak mampu untuk membuktikan semua tahap evolusi yang disangka
terjadi pada level molekul.
Kesimpulan
dari pembahasan kita sejauh ini, baik asam-asam amino maupun produk-produk
mereka, yakni protein-protein penyusun sel-sel makhluk hidup, tidak bisa
dihasilkan di segala lingkungan yang disebut “atmosfir primitif”. Lebih-lebih,
faktor-faktor seperti struktur protein yang luar biasa rumitnya, corak kidal,
non-kidal, dan sulitnya pembentukan ikatan peptida hanyalah sebagian dari
alasan-alasan mengapa mereka juga tidak akan pernah dihasilkan di segala
eksperimen mendatang.
Meskipun
kita memperkirakan sesaat bahwa protein-protein agaknya memang terbentuk secara
kebetulan, yang masih tidak berarti, karena protein bukan apa-apa sama sekali
dengan sendirinya: mereka tidak bisa mereproduksi sendiri. Sintesis
dimungkinkan hanya dengan informasi yang disandi di molekul-molekul DNA dan
RNA. Tanpa DNA dan RNA, reproduksi protein mustahil. Rangkaian tertentu
duapuluh asam amino yang berbeda yang disandi di DNA menentukan struktur semua
protein di tubuh. Akan tetapi, seperti yang telah banyak dijelaskan oleh semua
orang yang telah mengkaji molekul-molekul ini, DNA dan RNA mustahil terbentuk
secara kebetulan.
FAKTA
PENCIPTAAN
Dengan
runtuhnya teori evolusi di segala bidang, nama-nama terkemuka di disiplin ilmu
mikrobiologi sekarang ini menerima fakta penciptaan dan mulai membela pandangan
bahwa segala sesuatu diciptakan oleh suatu Pencipta dengan sengaja sebagai
bagian dari penciptaan yang agung. Telah menjadi fakta bahwa orang-orang tidak
bisa mengabaikannya. Ilmuwan-ilmuwan yang dapat mendekati pekerjaan mereka
dengan otak terbuka telah mengembangkan suatu pandangan yang disebut “desain
cerdas”. Michael J. Behe, salah seorang terkemuka dari ilmuwan-ilmuwan ini,
menyatakan bahwa ia menerima mutlak adanya Pencipta dan memerikan kebuntuan
mereka yang menyangkal fakta ini:
Hasil dari
upaya yang kumulatif untuk menyelidiki sel—menyelidiki kehidupan di level
molekul—adalah pekik “desain!” yang keras, jernih, tajam. Hasilnya sangat
terang dan sangat bermakna sehingga harus dinilai sebagai salah satu dari
prestasi terbesar dalam sejarah ilmu pengetahuan. Keberhasilan sains ini mesti
menimbulkan pekik “Eureka” dari sepuluhribu leher.
Akan
tetapi, tiada buka sumbat botol, tiada tepuk tangan. Justru suatu keheningan aneh yang
membuat malu di sekitar kerumitan belaka sel. Bila subyek ini muncul di publik,
kaki mulai menyeret, dan pernapasan menjadi kembang-kempis. Secara pribadi
orang-orang agak lebih santai, banyak yang terang-terangan menerima kejelasan
ini namun kemudian menundukkan kepala, bergeleng-geleng, terpana. Mengapa
masyarakat ilmiah tidak melahap penemuan ajaibnya? Mengapa observasi desain
ditangani dengan sarung tangan intelektual? Dilemanya adalah bahwa kala satu
sisi gajah ini dinamai desain cerdas, sisi lainnya harus dinamai Tuhan.19
Hari ini,
terdapat banyak orang yang bahkan tidak sadar bahwa mereka dalam keadaan
menerima sekumpulan kesesatan sebagai kebenaran atas nama ilmu pengetahuan,
bukan beriman kepada Allah. Mereka yang tidak mendapati kalimat “Allah menciptakan
anda dari ketiadaan” cukup ilmiah bisa meyakini bahwa makhluk hidup pertama
menjadi ada melalui halilintar yang menyambar “kabut purba” milyaran tahun yang
lalu.
Sebagaimana
telah kami perikan di berbagai tempat di buku ini, keseimbangan alam sangat
setimbang dan sangat banyak sehingga tidak rasional sama sekali klaim bahwa
alam berkembang “tanpa disengaja”. Tidak peduli berapa banyak orang yang tidak
dapat menempatkan diri sendiri bebas dari ketidakmasukakalan yang mungkin
diupayakan ini, ayat-ayat Allah di langit dan di bumi gamblang sekali dan tak
tersangkal.
Allah
ialah Pencipta langit, bumi, dan segala yang di antara keduanya.
Ayat-ayat-Nya
memenuhi alam semesta.
FALSAFAH SESAT YANG MENGINGKARI ALLAH
Pada bab-bab terdahulu kita melihat jelas
tanda-tanda keberadaan Allah. Tak dapat disangsikan, hal-hal yang telah kami
paparkan di buku ini hanyalah sebagian kecil dari bukti ketakterbatasan-Nya. Ke
mana pun anda berpaling, anda jumpai benda-benda yang menunjukkan keberadaan Sang
Pencipta.
Lantas,
mengapa masih terdapat banyak ateis di bumi ini? Lebih-lebih, mengapa sebagian
ilmuwan masih ateis? Mengapa mereka berkeras kepala mengingkari keberadaan
Allah, walau amat banyak tanda yang gamblang?
Ketika
kami cari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, kami jumpai beberapa
prasangka filosofis yang menelurkan keyakinan ateistik orang-orang—termasuk
ilmuwan-ilmuwan ateis. Pandangan filosofis ini, yang pada umumnya dikenal
sebagai materialisme, berpendapat bahwa alam semesta ini kekal dan berjalan
sendiri tanpa memerlukan Pencipta. Menurut para ateis, materi merupakan
satu-satunya daya yang eksis. Materi tidak diciptakan, tetapi berfungsi dalam
suatu kebiasaan yang tak terkendali tanpa campur tangan dari Pencipta. Sejauh ini ada banyak
filsuf yang menganut pandangan ini. Terdapat banyak orang, yang mendasarkan
diri pada pandangan ini, dari para penganut agama-agama pagan Sumeria kuno
sampai filsuf-filsuf atomistik Yunani kuno dan para penganut materialisme
dialektis zaman modern, yang mengingkari keberadaan Allah.
Akan
tetapi, pengingkaran ini tidak berdasarkan landasan yang kokoh. Mereka sangat
yakin akan keabadian materi. Mereka menerima teori evolusi dengan penalaran
semacam ini dan meyakininya dengan keras hati. Bila dihadapkan dengan
bukti-bukti bahwa kehidupan itu terlalu rumit untuk diadakan secara kebetulan,
sebagaimana pernah dinyatakan oleh seorang mikrobiolog Amerika terkenal Michael
Behe, mereka hanya terdiam dan mengalihkan tema pembicaraan.
Situasi
ini menunjukkan bahwa ada prasangka yang menyebabkan orang-orang ini
membelenggu diri-sendiri dengan materialisme dan produk alamiahnya, ateisme.
Pengingkaran mereka akan keberadaan Allah tidak berdasarkan penilaian atas
bukti-bukti konkret dari sudut pandang obyektif, tetapi sebaliknya, kendati ada
fakta-fakta konkret itu.
Selanjutnya,
mereka berusaha memaksakan kekafiran mereka itu kepada masyarakat luas.
PARA PENYUSUN “TIPU MUSLIHAT”
Propaganda
yang terorganisasi melawan keimanan kepada Allah menunjukkan bahwa pergerakan
ini didalangi dari pusat-pusat tertentu. Dengan kata lain, ada sejumlah pusat
kekuatan yang sungguh-sungguh berupaya melunturkan iman masyarakat. Tidak
mengejutkan, Allah dalam Al-Qur’an telah meminta perhatian kita pada
kelompok-kelompok ini. Pada satu ayat, sekelompok orang yang dihukum dengan api
neraka di Hari Akhir berteriak kepada pemimpin-pemimpin mereka yang telah
menyebabkan mereka sesat di dunia, dan berkata:
Tidak!
Itu tipu muslihat (kalian) siang-malam tatkala kalian menyeru kami
(terus-menerus) supaya kami kafir kepada Allah dan membuat sekutu-sekutu-Nya!
(Surat Saba’, 33)
Kelompok-kelompok
ini yang, dengan tipu muslihatnya yang terencana, menyeru kelompok-kelompok
lain agar kafir kepada Allah telah muncul dalam sejarah di segala masa dengan
nama dan kedok yang berlainan. Namun demikian, sifat dasar mereka selalu sama. Allah
memaparkannya di Al-Qur'an sebagai ”orang yang bermewah-mewah” (Surat
al-Mu’minuun, 64) atau “pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara
kaumnya” (Surat al-A’raaf, 75), yang berarti bahwa orang-orang ini ialah
kalangan hartawan kaya-raya, berkedudukan tinggi di masyarakat, dan
memperlihatkan keangkuhan dan kesombongan karena harta-benda mereka. Dengan
merasa bahwa keleluasaan mereka yang mereka renggut secara lalim dan menindas
itu terancam oleh agama, mereka ingin menyingkirkannya. Karena inilah mereka
menyusun “tipu muslihat” dengan tujuan memurtadkan kaum mereka.
Tentu saja
tidak mungkin ada definisi yang tunggal mengenai kekuatan-kekuatan yang
terorganisasi semacam itu. Mereka menggunakan identitas dan bentuk yang berbeda
di masyarakat yang berbeda. Akan tetapi, bila kita lihat sejarah pada tiga atau
empat abad terakhir ini, kita dapati suatu organisasi internasional yang cocok
dengan deskripsi ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
Organisasi itu ialah freemasonry.
Dalam hal ini kami kami juga perlu
menekankan bahwa perjuangan global freemasonry dilaksanakan dan didukung
oleh suatu pusat kekuatan yang disebut dalam Al-Qur’an: Yahudi. Kendati agama
Yahudi adalah agama ilahi dan orang-orang Yahudi ialah penganut agama ini,
mereka memainkan peranan, seperti yang kami sebut di atas, yang penting sekali
dalam propaganda anti-agama yang diselenggarakan di segenap penjuru dunia. Ini
terutama karena pengubahan Perjanjian Lama secara sewenang-wenang oleh
pendeta-pendeta Yahudi dan penyisipan kepercayaan-kepercayaan takhyul ke dalam
agama murni yang disiarkan oleh Nabi Musa. Dengan tidak lagi menjadi agama
ilahi sebagai akibat dari pengubahan-pengubahan yang dilakukan oleh
pendeta-pendeta Yahudi, Yahudi telah menjadi ideologi yang mendunia dan
berlebih-lebihan. Pada puncaknya, kalangan Yahudi ultra-konservatif, yang
menganggap agama sebagai konsep yang diperuntukkan bagi mereka saja,
berpandangan bahwa Nasrani dan Islam merupakan “agama palsu” yang harus
dibasmi. Di samping itu, peranan yang menarik ini menyebabkan mereka bertindak
sebagai kekuatan yang berusaha sekeras-kerasnya menghapus semua agama dari
dunia ini. Inilah alasan kerjasama antara Yahudi dan freemasonry.
PERAN FREEMASONRY
Dengan berakar di dunia Barat, yang
kemudian menyebar ke mana-mana, organisasi rahasia ini selalu menjadi sumber
pemikiran dan kegiatan yang anti-agama di setiap negara yang disusupinya.
Suatu penyelidikan yang mendalami
sejarah peperangan terhadap agama di segala negara di dunia selama beberapa
abad terakhir ini mengungkapkan bahwa freemasonry selalu berada di pusat
pergerakan semacam ini. Dalam hal ini, sejarah Eropa sungguh jelas sekali. Karena
itulah pemimpin umat Katolik, Paus Leo XIII, menuding freemasonry dalam
ensiklik terkenalnya, Humanum Genus (1884), yang memaparkan tujuan
organisasi itu sebagai berikut:
Pada masa
kita, dengan bantuan dan dukungan dari perhimpunan yang disebut freemasonry,
yang memiliki organisasi yang luas dan kuat, usaha-usaha dari mereka yang
mengabdi kepada kekuatan hitam telah disatukan. Mereka tidak merasa perlu lagi
menyembunyikan niat jahat dan perlawanan terhadap Tuhan Yang Mahasuci. Semua
tujuan dan usaha para freemason mengarah ke satu maksud: menghapus semua
tatanan sosial dan keagamaan Kristiani dan menegakkan suatu sistem aturan baru
yang didasarkan pada prinsip-prinsip naturalisme dan pemikiran-pemikiran mereka
sendiri.20
Analisis
Paus yang dibuat pada akhir abad ke-19 ini mutlak benar. Bila kita perhatikan
terbitan masonik mutakhir, kita lihat bahwa tujuan dasar organisasi ini adalah
menghapus semua agama di masyarakat. Seorang pengikut freemasonry dalam
pamfletnya menyatakan bagaimana agama bisa diberantas melalui “penyebaran
ilmu-ilmu positivis ke masyarakat.”
Akhirnya, saya
ingin berkata sebagai berikut: Misi Masonik dan paling humanistik yang
merupakan tugas kita adalah mencegah peralihan dari nalar dan ilmu positivis,
menyebarkannya dengan pengakuan bahwa inilah cara evolusi terbaik dan
satu-satunya, dan mangajari publik dengan ilmu-ilmu positivis. Kata-kata
berikut ini dari Ernest Renan sangat berharga: “Jika publik diajari dan
dicerahkan dengan nalar dan ilmu-ilmu positivis, maka kepercayaan yang sia-sia
terhadap agama akan lenyap.”21
Di sini,
yang dimaksud dengan “ilmu positivis” pada dasarnya adalah filsafat
materialisme yang menolak segala hal yang tidak diperoleh dengan eksperimen dan
observasi. Di sisi lain, misi freemasonry adalah memaksakan falsafah ini
kepada orang-orang atas nama “ilmu” dan dengan demikian membinasakan
kepercayaan agama semuanya. Teori evolusi sangat berperan penting dalam
kampanye indoktrinasi ini, sebagaimana yang jelas dibuat di kutipan di atas. Freemasonry
berpandangan bahwa mendorong kepercayaan masyarakat terhadap teori evolusi
merupakan tugas terbesarnya.
Hubungan
keorganisasian ini merupakan faktor yang amat penting yang melandasi alasan
mengapa teori evolusi maupun filsafat materialisme dan cabang-cabangnya
dikembangkan dengan gigih di seluruh penjuru bumi. Organisasi freemasonry dan
cabang-cabangnya berperan penting dalam propaganda sistematis para pendiri
sistem filosofis yang beraneka ragam—kadang-kadang bahkan bertolak
belakang—yang mengingkari keberadaan Allah itu semuanya orang-orang mason.
PARA
FILSUF MASON
Sebagaimana
kami sebut di atas, para pendiri sistem filosofis yang anti-agama sebetulnya
merupakan bagian dari peperangan yang ditujukan terhadap agama secara
sistematis. Karenanya, kita dapati bahwa sebagian besar filsuf yang mendirikan
sistem-sistem ini merupakan bagian dari organisasi freemasonry, yang
berdiri di tengah kancah pertempuran melawan agama.
Dalam
konteks ini, para filsuf yang segera menarik perhatian adalah para cendekiawan
Perancis yang merupakan pelopor Revolusi Perancis. Orang-orang ini tidak hanya
mengecam pemuka agama, tetapi juga menggerakkan perlawanan yang keras terhadap
agama. Di antara mereka ialah Diderot, pengarang The System of Nature,
yang diacu sebagai “Bibel Materialisme”; Voltaire, seorang materialis yang
berapi-api dan penentang agama; Montesquieu, materialis radikal; Jean-Jacques
Rousseau, yang menyusun sendiri suatu agama baru; dan para “Ensiklopedis”,
semuanya anti-agama dengan gigih. Sebuah alat propaganda mason Turki, majalah Mimar
Sinan, menyebut individu-individu ini:
Revolusi Perancis 1789 disipakan oleh
para ideolog Mason. Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia yang menganut prinsip
kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan ditulis dengan inspirasi dan tuntunan
dari pakar-pakar kita seperti Montesquieu, Voltaire, Rouisseau, dan Diderot.22
Mason Magazine, yang juga diterbitkan oleh para Mason Turki,
mencatat:
Para pelopor yang mendobrak sistem feodal di Perancis
dan memulai Revolusi Besar ialah Montesquieu, Voltaire, J.J. Rousseau, Diderot
si pemuka materialisme, dan para Ensiklopedis yang berada di sekeliling mereka.
Mereka
semua orang-orang Mason.23
Ide-ide
materialistik dan anti-agama yang kian berkembang pada masa seusai Revolusi
Perancis itu mencapai puncaknya pada abad ke-19. Bila kita amati
pemimpin-pemimipin pergerakan ini, lagi-lagi kita jumpai freemasonry.
Di samping
itu, perlu diperhatikan juga, terdapat banyak orang Yahudi di antara
tokoh-tokoh itu. Ini menunjukkan, orang-orang Yahudi yang bersekutu dengan para
mason berusaha sekeras-kerasnya untuk melemahkan agama-agama samawi seperti
Nasrani dan Islam; mereka menganut pandangan keduniaan yang materialis, yang
menyediakan tujuan yang sama, dengan landasan filosofis.
DI BALIK KEDOK SOSIALISME
Sebuah
kelompok eksentrik didirikan di Bavaria, Jerman selatan, pada 1776. Pendiri
kelompok ini, yang menamakan diri “Illuminati” (Yang Tercerahkan), ialah
seorang profesor hukum yang bernama Adam Weishaupt. Perkumpulan ini tertarik
pada dua hal: perkumpulan ini sangat rahasia dan telah menyusun program politik
yang amat ambisius bagi mereka sendiri. Pada program mereka yang ditulis oleh
Weishaupt, dua tujuan pokok perkumpulan ini adalah sebagai berikut:
1. Penghapusan semua kerajaan dan pemerintahan
sistematik.
2.
Penghapusan semua agama yang berketuhanan (ilahi).
Kelompok
ini bersikap sangat memusuhi agama. Weishaupt ialah seorang freemason senior.
Ia mengorganisasikannya secara sejalur dengan gaya keorganisasian tradisional
masonik. Illuminati tumbuh dengan teramat cepat. Pada 1780, dengan
keikutsertaan Baron Von Knigge, salah seorang pemimpin organisasi masonik
Jerman terbesar, kekuatan kelompok ini meningkat pesat. Weishaupt dan Knigge
meletakkan landasan bagi suatu revolusi di Jerman, sehingga sosialis hanyalah
nama. Akan tetapi, ketika pemerintah membuka kedok mereka, Weishaupt dan Knigge
dengan cerdik membubarkan perkumpulan ini. Kegiatan-kegiatannya dibaurkan ke
dalam organisasi freemason reguler mereka. Pembauran ini berlangusng
pada 1782.
Pada awal
1800-an, didirikan sebuah kelompok baru di Jerman yang berusaha melestarikan
tradisi Illuminati di Jerman. Nama perkumpulan ini adalah “Perkumpulan
Orang-Orang Terjujur”. Di kemudian hari, namanya berubah menjadi “Perkumpulan
Para Komunis”. Ketua perkumpulan ini hendak membuat program politik bagi
kelompok ini dan dua orang pertama yang diminta untuk menulis program itu ialah
dua orang cendekiawan komunis sejati: Karl Marx dan Freederick Engels! Keduanya
menulis Manifesto Komunis atas perintah perkumpulan tersebut. Ajaran yang
paling dikenal luas dari manifesto ini adalah bahwa agama itu “candu
masyarakat” dan risalah ini berpandangan bahwa penyingkiran agama merupakan
salah satu dari prasyarat “masyarakat tanpa kelas” yang ideal, yang dipandang
sebagai satu-satunya harapan keselamatan manusia. Mesti diperhatikan bahwa Marx
dan juga Engels ialah keturunan Yahudi.
Dominasi
orang-orang Mason dan Yahudi tersebut dalam pergerakan sosialis itu kemudian
berlanjut. Sebagian orang Mason dan Yahudi yang memperjuangkan pergerakan sosialis
ialah:
Ferdinand
Lasalle: Lasalle, seorang kawan dekat Marx, membela gagasan kediktatoran komunis
revolusionis.
Victor
Adler: Sebagai
tangan-kanan Engels, Adler mengerahkan banyak usaha untuk menyiarkan komunisme.
Putranya, Friedrich Adler, menjadi ketua Partai Komunis Austria.
Moses
Hess: Dengan
dilahirkan dari keluarga konservatif Yahudi, Hess ialah seorang sosialis dan
teman dekat Marx. Ia juga seorang zionis yang fanatik. Ia mempelopori
pergerakan zionis di Eropa dalam bukunya, Rome and Jerusalem, dan
berusaha mendirikan negara Yahudi di Palestina. Ia juga pembela Darwinisme yang
gigih sepanjang hayatnya.
Giorgy
Lukacs: Lukacs, seorang anggota keluarga Yahudi yang kaya, menulis banyak buku yang
membela komunisme. Ia turut menyebarkan ideologi komunisme di kalangan pemuda.
Ia seorang tokoh terkemuka dalam revolusi yang mengangkat komunisme ke kursi
kekuasaan di Hongaria.
Vladimir
I. Lenin: Lenin, seorang Yahudi sebagaimana kebanyakan pemimpin pergerakan Bolshevik
di Rusia, menjadi pendiri salah satu dari rejim toteliter yang paling berdarah
di dunia.
Herbert
Marcuse: Herbert Marcuse, seorang putra dari keluarga Yahudi, menafsirkan kembali
Marxisme dan menyiapkan landasan bagi pergolakan mahasiswa 1968. Ia mendorong
pergerakan kemahasiswaan kiri yang tersebar di seluruh penjuru dunia dan
mengembangkan suatu ideologi anarkis yang menyebabkan—dan masih menyebabkan—kematian
banyak pemuda.
SUATU FILOSOFI DAN AGENDA TERSEMBUNYINYA
Kala kita
tengok sejarah filsafat, kita lihat terdapat banyak filsuf ateis dan anti-agama
lain yang terkenal karena identitas masonik mereka. Di antara mereka ialah
pemikir-pemikir seperti David Hume, Holdbach, Schelling, John Stuart Mill,
Auguste Comte, the Marquis de Sade, dan sosiolog-sosiolog seperti Emile
Durkheim, Ferdinand Tönnies, Herbert Spencer, Sigmund Freud, Henry Bergson, dan
Erich Fromm. Mereka semua keturunan Yahudi dan mereka semua berusaha keras
menjauhkan masyarakat dari agama dan menegakkan suatu tatasosial dan tatamoral
yang tidak religius sama sekali. Sudah barang tentu, Charles Darwin dan
pandangannya memiliki posisi yang sangat istimewa di kalangan tokoh-tokoh ini.
Hal yang
amat perlu diperhatikan di sini adalah bahwa filosofi-filosofi kufur dan
materialistik yang dihasilkan oleh para pemikir ini, dan oleh ribuan lainnya
yang seperti mereka, melayani kepentingan politik dan sosial tertentu.
Sebagaimana yang kami katakan di permulaan, alasan terpenting mengapa
orang-orang mengingkari Allah adalah kegelisahan mereka akan agama, yakni agama
yang merupakan hasil almiah dari keimanan kepada Allah. Dengan kafir terhadap
kebenaran agama karena agama bertentangan dengan kepentingan mereka atau dengan
kalangan yang mereka wakili, orang-orang ini mempunyai jalan lain, yaitu
ateisme, dengan tujuan mendapatkan dukungan bagi mereka sendiri.
Karena
alasan ini, tanda-tanda keberadaan Allah yang gamblang tidak dilihat oleh
orang-orang ini. Dengan kata lain, mereka tidak mau melihat ayat-ayat tersebut.
Orang-orang ini berusaha mati-matian menghalangi keimanan terhadap keberadaan
Allah dan mereka menyebarkan kekufuran ini ke masyarakat umum. Akhirnya, banyak
yang terlihat tidak beriman kepada Allah atau sudah “melupakan” Dia seperti
tersebut di Al-Qur’an (Surat at-Taubah, 67).
Inilah
mengapa kebanyakan orang menjalani kehidupan tanpa menghargai Allah sama
sekali, mengira bahwa mereka hidup bebas dari Dia. Namun demikian, kita jangan
terpedaya oleh “massa yang sombong” ini, karena Allah telah memberi tahu kita
dalam Al-Qur’an bahwa kebanyakan manusia tidak beriman (Surat ar-Ra’du, 1). Ayat berikut ini juga
mengingatkan kita mengenai persoalan tersebut:
Kalau engkau ikuti kebanyakan orang
di bumi ini, mereka akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Yang mereka ikuti
hanya prasangka. Mereka hanya menduga-duga tanpa dasar. (Surat al-An’aam, 116)
(Untuk
informasi rinci, lihat: New Masonic Order karya Harun Yahya.)
KEBURUKAN
MODEL MASYARAKAT YANG TIADA IMAN KEPADA ALLAH
Allah menyatakan dalam Al-Qur’an, Ia
menciptakan manusia menurut kecondongan tertentu dalam ayat:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus ke
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu.” (Surat ar-Ruum, 30)
Fitrah manusia adalah mengabdi
kepada Allah dan beriman kepada-Nya. Karena manusia tidak mampu memenuhi
sendiri keinginan dan kebutuhannya yang tak terbatas, ia secara alamiah perlu
merendahkan diri di hadapan Allah dan meminta tolong kepada-Nya.
Jika seorang manusia hidup sesuai dengan fitrah ini, maka
ia memperoleh kepercayaan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan sejati. Jika
ia mengingkari fitrah ini, dan berpaling dari Allah, maka ia menjalani
kehidupannya dengan kesusahan, ketakutan, kecemasan, dan kemalangan.
Aturan ini,
yang berlaku bagi individu, berlaku juga bagi masyarakat. Bila suatu masyarakat
terdiri atas orang-orang yang beriman kepada Allah, maka akan menjadi
masyarakat yang berkeadilan, berkedamaian, berkebahagiaan, dan
berkebijaksanaan. Tentu saja, yang sebaliknya pun berlaku pula. Bila suatu
masyarakat kafir kepada Allah, maka tatanan masyarakat semacam ini pada
dasarnya rusak, menyimpang, dan primitif.
Fakta ini
segera terlihat manakala masyarakat-masyarakat yang berpaling dari Allah
diamati. Salah satu dari produk terpenting dari pikiran yang tidak religius
adalah penghapusan konsep akhlak dan pembangunan masyarakat yang menyimpang
sepenuhnya. Dengan melanggar batas-batas religius dan moral dan melayani
pemenuhan nafsu manusia semata-mata, kebudayaan ini merupakan suatu sistem
penindasan dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam sistem semacam ini, segala
jenis kemunduran mulai dari kelainan seksual hingga kecanduan obat terlarang
didorong-dorong. Akhirnya, berkembanglah masyarakat yang tanpa cinta sesama dan
bersifat egoistik, keras kepala, dangkal, dan tidak bijaksana.
Di suatu
masyarakat yang orang-orangnya hidup hanya demi pemuasan hasrat mereka sendiri,
tentu mustahil perdamaian, percintaan, dan persahabatan dilestarikan. Di
masyarakat seperti ini, hubungan antara manusia bergantung pada kepentingan
yang timbal-balik. Rasa saling curiga berlangsung dengan kuat. Ketika tiada
alasan untuk tulus, jujur, bisa dipercaya, atau berbudi mulia, tiada yang suka
hidup dalam penipuan, pembohongan, dan pengkhianatan. Para warga masyarakat
semacam ini “menempatkan Allah tiada berharga di belakang mereka”
(Surat Huud, 92) dan, dengan demikian, tidak pernah mengaku takut kepada
Allah. Karena mereka tidak bisa “membuat perkiraan yang tepat perihal Allah”,
mereka tidak memikirkan Hari Hisab dan Hari Pembalasan. Bagi mereka, neraka
tidak lebih daripada pandangan yang muncul di buku-buku keagamaan. Tak seorang
pun dari mereka yang berpikir bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan diri di
hadapan Allah sesudah kematian mereka atas segala dosa yang mereka lakukan
selama hayat mereka di dunia ini, atau bahwa mereka pada akhirnya bisa dihukum
dengan hidup tersiksa di neraka selamanya. Meskipun mereka memikirkannya,
mereka menyangka akan masuk surga sesudah “menebus dosa”, sebagaimana yang
terungkap dalam ayat ini:
Ini karena mereka berkata, “Neraka
takkan menjamah kami, kecuali selama beberapa hari saja;” mereka menipu diri
dengan agama yang mereka ada-adakan sendiri. (Surat Aali Imraan, 24)
Dengan
demikian, mereka menjalani kehidupan semaksimal mungkin untuk memuaskan hasrat
dan kebutuhan mereka sendiri.
Keadaan
ini biasanya menyebabkan kemunduran akhlak dan keruntuhan budi yang kita lihat
di banyak masyarakat saat ini. Dalam penalaran mereka sendiri mereka menyangka
“kita hidup di dunia sekali saja dan hanya selama 50-60 tahun lalu
meninggalkannya, maka mari kita isi dengan bersenang-senang.” Sistem pikiran
yang didasarkan pada penalaran yang keliru ini mungkin disertai dengan segala
jenis kelaliman, prostitusi, pencurian, kejahatan, dan kebejatan. Orang yang
berpikiran semacam ini bisa melakukan segala jenis kejahatan, pembunuhan, dan
penggelapan. Manakala setiap individu hanya memikirkan pemuasan kebutuhan dan
keinginan diri sendiri, semua orang lainnya—termasuk keluarga dan
teman-temannya—tidak begitu penting. Individu-individu lain di masyarakat tidak
penting sama sekali.
Dalam
suatu susunan masyarakat yang terutama berlandaskan pada hubungan kepentingan,
kesalingcurigaan di antara orang-orang merintangi pembentukan perdamaian, baik
di tingkat masyarakat maupun di tingkat individu, dan ini menyebabkan orang-orang
terus-menerus hidup terombang-ambing, gelisah, dan ragu-ragu. Tanpa pengetahuan
dengan siapa, kapan, atau bagaimana kebejatan-kebejatan dilakukan di
masyarakat-masyarakat semacam ini, orang-orang hidup dengan keadaan jiwa yang
amat ketakutan dan menderita. Kecurigaan yang merata menyebabkan mereka hidup
dengan sangat menyedihkan. Di suatu masyarakat yang melecehkan nilai-nilai
moral, pandangan orang-orang terhadap gagasan-gagasan seperti keluarga,
kejujuran, dan kedermawanan, cukup memprihatinkan, karena mereka tidak takut
kepada Allah.
Di
masyarakat-masyarakat semacam itu, kehidupan orang-orang tidak berdasarkan rasa
saling mencintai dan saling menghargai. Para warganya tidak merasa perlu
menunjukkan penghargaan satu sama lain. Mereka tidak memperlihatkan sikap
saling memperhatikan tanpa penyebab yang baik. Sebetulnya, mereka memang benar,
sehubungan dengan penalaran mereka yang bebal, dalam menjalaninya. Mereka
diajar sepanjang hayat mereka bahwa mereka berkembang dari hewan dan bahwa jiwa
mereka akan lenyap selamanya pada saat mereka meninggal. Karena itu, mereka
menganggap sia-sia sikap menghargai raga keturunan kera yang akan membusuk di
dalam tanah dan bahwa mereka tidak akan menjumpainya lagi. Dalam logika kotor
mereka, “semua orang di samping mereka sendiri akan mati dan dikubur di dalam
tanah, mayat mereka akan membusuk dan jiwa mereka akan musna. Jadi, mengapa
repot-repot berbuat baik kepada orang lain, dan mengorbankan diri?” Sungguh,
pikiran-pikiran semacam ini terdapat di lubuk hati orang-orang yang tidak
beriman kepada Allah atau, karena itu, kepada Hari Akhir. Di
masyarakat-masyarakat yang tanpa keimanan kepada Allah, tiada landasan untuk
kedamaian, kebahagiaan, atau pun kepercayaan.
Dengan semua
kalimat tersebut, kami tidak bermaksud menyiratkan bahwa “kerusakan terjadi di
masyarakat-masyarakat yang tiada beriman kepada Allah; karena itu, pasti ada
keimanan kepada Allah." Allah itu harus diimani karena Ia ada dan siapa
saja yang kafir kepada-Nya berdosa besar di hadapan-Nya. Maksud kami mencatat
bahwa masyarakat yang tanpa keimanan kepada Allah menjadi rusak adalah
menekankan bahwa sudut pandang fundamental masyarakat ini salah. Sudut pandang
yang salah ini menyebabkan akibat yang menyakitkan. Suatu masyarakat yang
mengerjakan dosa terbesar yang berupa mengingkari Allah pasti akan mengalami
akibat terburuk. Akibat-akibat ini perlu diperhatikan karena menunjukkan betapa
salahnya masyarakat ini.
Ciri umum
masyarakat semacam itu adalah keterpedayaannya seluruhnya. Seperti dinyatkan
dalam ayat, “Kalau engkau ikuti kebanyakan orang di bumi ini, mereka akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah.” (Surat al-An’aam, 116), sebagian
besar warga masyarakat sama-sama memiliki watak yang membuat suatu psikologi
“massa” yang menguatkan kekufuran yang telah ada. Dalam Al-Qur’an, Allah
menganggap masyarakat yang mengabaikan Dia dan Hari Akhir sebagai “bodoh”.
Meskipun anggota-anggota masyarakat ini mungkin mengkaji fisika, sejarah,
biologi, atau pun ilmu-ilmu lainnya, mereka tida mengerti dan tidak insaf untuk
mengakui kekuatan dan kekuasaan Allah. Mereka
bodoh dalam pengertian ini.
Karena para warga masyarakat jahiliyah
tidak setia kepada Allah, mereka berpaling dari jalan-Nya dengan berbagai cara.
Mereka mengikuti orang-orang yang merupakan hamba Allah yang batil sebagaimana
mereka sendiri, memandang mereka sebagai panutan dan menganggap gagasan-gagasan
mereka sebagai kebenaran mutlak. Pada puncaknya, suatu masyarakat jahiliyah
merupakan masyarakat tertutup yang semakin membutakan diri, kian lama kian jauh
dari akal dan hati nurani. Seperti yang kami nyatakan di permulaan, aspek yang
paling menonjol dari sistem ini adalah bahwa para warga masyarakat semacam ini
bertindak seiring dengan indoktrinasi
anti-agama.
Dalam Al-Qur’an, Allah memaparkannya
dengan perumpamaan yang jelas, bagaimana kehidupan semacam itu, yang
berlandaskan pada basis yang rusak dan sia-sia, ditakdirkan untuk binasa:
Manakah yang terbaik? Mereka yang
mendirikan bangunannya atas dasar taqwa dan keridaan Allah ataukah yang
mendirikan bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh
bersamanya ke dalam api neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka
yang zalim. (Surat
at-Taubah, 109)
Namun demikian, ada hal lain yang harus
diingat: setiap masyarakat dan semua orang berkesempatan untuk melepaskan diri
dari indoktrinasi, jalan hidup dan filosofi jahiliyah. Allah mengutus para
rasul kepada mereka untuk mengingatkan mereka dan memberitahu mereka keberadaan
Allah dan Hari Akhir dan yang mengatakan kepada mereka makna hakiki kehidupan.
Dan bersama-sama para rasul-Nya, Ia mengirim kitab suci yang menjawab semua
pertanyaan yang berasal dari lubuk hati manusia. Inilah hukum Allah yang sudah
ada sejak semula. Pada zaman ini, pedoman semua orang adalah Al-Qur’an, yang
menunjukkan jalan yang benar dan membawa manusia dari kegelapan ke cahaya.
Orang-orang akan diadili menurut pilihan mereka sendiri. Jadi, Rasul yang
membawa kitab kepada orang-orang menyeru mereka:
Katakanlah:
“Hai manusia! Sekarang kebenaran sudah datang kepadamu dari Tuhanmu.
Barangsiapa menerima petunjuk, maka itulah petunjuk yang baik untuk dirinya
sendiri, dan barangsiapa tersesat, maka ia menyesatkan dirinya sendiri; dan aku
tidak mewakili kamu.” (Surat Yuunus, 108)
RUMAH
MASA DEPAN: AKHIRAT
Pati merupakan
bukti bagi siapa saja yang berakal dan berhati nurani bahwa tak satu pun dari
obyek yang ada, tak satu pun dari peristiwa yang terjadi, dan tak satu pun dari
hukum yang berlaku di alam semesta ini yang sia-sia atau pun tanpa tujuan.
Susunan dan dayatahan alam semesta, sebagaimana yang kami perlihatkan di
bab-bab terdahulu, didasarkan pada keseimbangan yang sangat sebanding.
Keseimbangan-keseimbangan ini, sebagai bahan bukti yang tak terbantahkan,
menunjukkan bahwa alam semesta DICIPTAKAN. Dengan demikian, bisakah dinyatakan
bahwa alam semesta ini diciptakan dengan sia-sia?
Tentu saja
tidak.
Di dalam
tindakan terkecil pun yang dilakukan oleh orang yang tinggal di bumi yang sekecil
partikel debu di antara trilyunan galaksi, terdapat tujuan. Jadi, masuk akalkah
pernyataan bahwa seluruh alam semesta diciptakan dengan sia-sia?
Allah
mengabarkan bahwa manusia tidak diciptakan dengan sia-sia:
Adakah kamu
mengira Kami menciptakan kamu sia-sia, dan kamu tidak akan kembali kepada Kami?
(Surat al-Mu’minuun, 115)
Kehidupan di
bumi dimungkinkan keberadaannya oleh serangkaian fenomena ajaib yang tak
terhitung dari Ledakan Dahsyat hingga atom, dari atom hingga galaksi, dan dari
galaksi hingga planet kita sendiri. Segala kebutuhan hidup di bumi kelihatannya
direncanakan dengan seksama dan diciptakan dengan cara yang paling sesuai:
matahari di angkasa yang menyediakan semua energi yang dibutuhkan, persediaan
yang tersimpan di bawah tanah, dan suatu dunia yang di mana-mana dilengkapi
dengan jutaan aneka spesies tumbuh-tumbuhan dan binatang. Walaupun ada
peristiwa-peristiwa luarbiasa seperti tersebut, orang-orang mungkin masih
menyangkal keberadaan Allah. Dengan beranggapan secara masuk-akal bahwa manusia
terbentuk dari sperma, orang-orang ini tidak percaya bahwa mereka akan
dibangkitkan kembali sesudah mati sebagaimana dikabarkan dalam Al-Qur’an, dan
berkomentar yang tidak relevan. Dalam Al-Qur’an Allah telah menunjukkan
penalaran orang-orang kafir yang berbelit-belit dan memberi mereka jawaban:
Dan Ia
membuat perumpamaan tentang Kami dengan melupakan asal kejadiannya sendiri; dia
berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang sudah
hancur-luluh?” Katakanlah, “Yang akan menghidupkannya, Yang menciptakannya
pertama kali! Dia Mahatahu akan segala penciptaan.” (Surat Yaasiin, 78-79)
Allah—“Yang
menjadikan mati dan hidup”—menciptakan segala sesuatu di alam semesta untuk
tujuan tertentu dan telah menjelaskan tujuan penciptaan manusia: "supaya
Dia menguji kamu, siapa yang lebih baik amalnya di antara kamu ; dan Dia
Mahaperkasa, Maha Pengampun." (Surat al-Mulk, 2). Sebagaimana yang
dijelaskan di ayat ini, dunia ini tempat pengujian dan sementara. Ada akhir
riwayat manusia di samping akhir riwayat dunia, yang waktunya ditakdirkan oleh
Allah. Manusia berkewajiban menjalani kehidupan singkat yang dianugerahkan
kepada mereka menurut syarat-syarat yang ditetapkan oleh Allah dan dipaparkan
kepada mereka dalam Al-Qur’an. Di hari akhir, mereka pasti diganjar atas segala
perbuatan mereka di sini.
AZAB ABADI
Di buku ini
kami telah memerikan tanda-tanda yang nyata perihal keberadaan Allah, pembela
sistem-sistem yang didasarkan pada penolakan terhadap Allah, dan jenis konteks
sosial yang hendak mereka tegakkan. Segala hal yang kita bahas sejauh ini
berkaitan dengan "kehidupan di dunia ini". Akan tetapi, apa yang
terjadi sesudah kematian, yakni "Hari Akhir", juga pantas
dipertimbangkan dengan kritis.
Mereka yang
bersusah-payah untuk memajukan sistem-sistem yang terutama bersandar pada
kekufuran kepada Allah itu menawarkan kehidupan yang penuh kesusahan bagi para
penganutnya di bumi ini. Orang-orang ini juga akan menyebabkan pengikut mereka
menderita hukuman yang memilukan di Hari Akhir. Di sana mereka sama sekali
tidak menunjukkan perhatian yang teliti yang dahulunya mereka perlihatkan
kepada orang-orang bodoh yang mengikuti mereka di dunia. Sebaliknya, di sana,
mereka hanya memikirkan keselamatan diri sendiri, seperti dinyatakan dalam ayat
berikut ini:
Sekiranya
setiap orang yang berbuat zalim memiliki segala yang ada di bumi, tentu ia
gunakan untuk menebus dirinya. ... (Surat Yuunus, 54)
Sikap mereka
yang memperjuangkan kekufuran di dunia ini diungkapkan juga di ayat lain:
... Setiap
kali masuk suatu golongan ia mengutuk saudaranya, sehingga ketika semua sudah
saling menyusul ke dalamnya, kata mereka yang belakangan tentang yang sudah
terlebih dulu, “Tuhan, merekalah yang menyesatkan kami. Jatuhkanlah azab
berlipat ganda terhadap mereka dalam api neraka.” Ia berfirman, “Semua dua kali
lipat, tetapi kamu tidak tahu.” Lalu yang terlebih dulu berkata kepada yang
belakangan, “Kamu tiada mempunyai kelebihan atas kami. Maka rasakanlah azab
atas segala yang kamu perbuat!” (Surat al-A’raaf, 38-39)
Jadi,
sebenarnya tidak terdapat banyak perbedaan antara para pendahulu kekufuran dan
orang-orang yang menyusul di belakang mereka. Sebagai hasilnya, kedua kelompok
ini menderita kerugian banyak dan layak mendapat azab abadi atas dosa-dosa yang
mereka kerjakan di dunia. Dalam Al-Qur’an, Allah telah merinci suasana dan
keadaan yang akan dialami oleh orang-orang ini dan azab yang akan mereka derita
di hari kiamat, hari hisab, dan di neraka.
HARI KIAMAT
Kala Allah
menyebut hari kiamat di Al-Qur’an, Ia menyebutnya “hari ketika si penyeru
(malaikat) menyeru kepada sesuatu yang asing ...” (Surat al-Qamar, 6).
Kengerian pada hari itu adalah sesuatu yang tidak diketahui oleh umat manusia
karena mereka belum pernah menghadapi sesuatu yang menyerupainya.
Hanya Allah
yang mengetahui tibanya waktu hari itu. Pengetahuan manusia mengenai hari itu
terbatas pada hal-hal yang terkait dalam Al-Qur’an. Hari kiamat akan datang
secara tiba-tiba tatkala tak seorang pun mengharapkannya.
Hari tersebut
bisa mencekam orang-orang manakala mereka bekerja di kantor, tidur di rumah,
berbicara di telepon, membaca buku, tertawa, menangis, atau pun mengantar
anak-anak ke sekolah. Lebih lanjut, cekaman ini akan amat menakutkan melebihi
segala kengerian yang pernah ada di dunia.
Hari kiamat
berawal dengan peniupam trumpet (Surat al-Muddatstsir, 8-10). Tatkala suara ini
diperdengarkan di seluruh penjuru dunia, mereka yang tidak memamfaatkan waktu
yang dikaruniakan kepada mereka oleh Allah untuk memperoleh rida-Nya akan
dicekam oleh ketakutan yang dahsyat. Dalam Al-Qur’an, Allah memaparkan
peristiwa menakutkan yang akan terjadi pada hari itu:
Tidak, hari
akhirat sudah dijanjikan untuk mereka; dan saat itu lebih dahsyat dan lebih
pahit. (Surat al-Qamar, 46)
Ayat
Al-Qur’an menunjukkan, peniupan trumpet itu diikuti dengan gempa dahsyat dan
gemuruh keras yang memekakkan telinga. Dalam kehebohan hiruk-pikuk ini,
gunung-gunung mulai goncang dan rontok dengan bumi di bawahnya. (Surat
al-Zalzalah, 1-8).
Gunung-gunung
remuk-redam dan menjadi debu-debu yang berhamburan (Surat al-Waaqi’ah, 5). Pada saat itu, orang-orang menjadi
mengerti betapa remehnya hal-hal yang sampai sekarang mereka puja. Semua
nilai-nilai kebendaan yang mereka buru selama kehidupan mereka tiba-tiba
lenyap.
Maka, bila
datang malapetaka besar, pada hari kala manusia ingat segala yang telah
diusahakannya, dan api neraka ditampakkan buat siapa saja yang melihat. (Surat
an-Naazi’aat, 34-36).
Pada hari itu,
gunung yang terbuat dari batu, tanah, dan karang pun luruh laksana kayu
tersisir (Surat al-Qaari’ah, 5). Manusia menjadi sadar, kekuatan ini
bukan kekuatan alam. Ini karena pada hari itu, alam pun diratakan. Semua
kejadian pada hari itu sangat menakutkan dan mengerikan. Manusia, binatang, dan
alam, semuanya dicekam oleh kengerian ini. Manusia melihat lautan meluap
(Surat al-Infithaar, 3) dan membara (Surat at-Takwiir, 6).
Langit mulai
goyang sebagaimana bumi dan mulai koyak, dengan suatu cara yang sampai sekarang
tak tersaksikan. Biru cerah warna langit yang biasanya terlihat oleh manusia
berubah dan menyerupai lelehan perak (Surat al-Ma’aarij, 8). Pada hari
itu, segala benda di langit yang biasanya memberi penerangan tiba-tiba padam;
matahari digulung (Surat at-Takwiir, 1), bulan dibelah (Surat al-Qamar,
1), dan matahari dan bulan disatukan (Surat al-Qiyaamah, 9).
Perempuan-perempuan
hamil mengalami keguguran karena ketakutan yang mencekam pada hari itu.
Ketakutan semacam ini pula yang menyebabkan anak-anak menjadi beruban (Surat
al-Muzzammil, 17). Anak-anak menjauh dari ibu-ibu mereka, istri-istri dari
suami-suami mereka, dan keluarga-keluarga saling menjauh. Allah memberitahukannya dalam Al-Qur’an:
Lalu bila datang
kebisingan yang memekakkan telinga, hari itu orang akan lari dari saudaranya,
dari ibunya dan dari bapanya, dan dari istri dan anak-anaknya. Masing-masing
hari itu sibuk mengurus diri sendiri. (Surat ‘Abasa, 33-37)
HARI
HISAB
Sehabis semua
kejadian itu berlangsung di hari kiamat seperti terpapar di atas,
"trumpet" diperdengarkan untuk kedua kalinya. Suara ini menandai awal
hari kebangkitan kembali semua orang. Hari itu penuh dengan orang-orang yang
bangun dari makam masing-masing yang barangkali telah mengubur mereka ratusan
atau ribuan tahun yang lalu. Kebangkitan kembali manusia pada hari itu dan
keadaan bising yang akan mereka alami diungkapkan oleh Al-Qur’an :
Dan sangkakala pun
ditiup, tiba-tiba dari pusara-pusara mereka bermunculan serentak menuju Tuhan.
Mereka berkata, "Wahai celakalah kami ! Siapakah yang membangunkan
kami ini dari tempat tidur kami?” (Ada suara yang akan berkata,) “Inilah yang
dijanjikan oleh Yang Maha Pemurah, dan benar jugalah kata-kata para rasul!” Itu
hanyalah dengan sekali suara yang dahsyat, tiba-tiba mereka pun muncul di
hadapan Kami. Maka pada hari ini tak ada orang yang akan dirugikan sedikit pun,
dan kamu akan mendapat balasan sesuai dengan perbuatanmu dulu. (Surat Yaasiin,
51-54)
Pada hari itu,
semua hal yang manusia menolak memikirkannya, yang manusia tidak mau mengerti,
dan yang manusia lari darinya, terbentang lebar-lebar. Mereka tidak dapat
menghindar atau pun menyangkalnya lagi.
Saat itu
orang-orang ini, dengan wajah yang membayangkan kehinaan, dan kepala tertunduk,
muncul dari makam dan berkumpul, bumi memancarkan cahaya dan kitab setiap orang
dibawakan satu demi satu dan diberikan kepadanya.
Pada hari kumpul
ini, kala berbondong-bondong orang yang sampai sekarang tak terlihat
bersama-sama, kondisi orang beriman dan orang kafir jelas-jelas berbeda. Dalam Al-Qur’an, hal ini ditunjukkan sebagai berikut:
Adapun orang yang diberi catatannya di
tangan kanannya, ia akan berkata, “Ambillah! Bacalah catatanku olehmu! Aku
sudah mengira bahwa aku akan menerima perhitunganku (Surat al-Haaqqah, 19-21)
Adapun orang yang diberi catatannya di
tangan kirinya, ia akan berkata, “Wahai! Coba aku tidak diberi catatan ini! Aku tidak tahu
bagaimana perhitunganku. Wahai!
Cobalah kematian cukup menyudahi aku! Harta kekayaanku tak
bermanfaat bagiku. Kekuasaanku
pun hancur semua. (Surat al-Haaqqah, 25-29)
Pada hari itu,
tak satu pun orang yang diperlakukan zalim. Semua orang diganjar setara dengan
perbuatannya di dunia. Bagi orang-orang yang tidak beriman, hari itu sangat
mengerikan; hari itu kehidupan yang abadi di neraka dipastikan bagi mereka.
Ayat-ayat berikut
ini mengungkap dengan jelas apa yang akan terjadi di hari hisab pada
orang-orang yang berkeras kepala mengingkari Allah sepanjang hayat mereka dan
orang-orang yang mengikuti tamu-tamu hari hisab yang sia-sia berpamrih:
Sangkakala
ditiup, maka segala yang ada di langit dan yang ada di bumi pingsan, kecuali
yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian ditiup sekali lagi, tiba-tiba mereka
tegak berdiri dan menunggu.
Dan bumi
memancarkan cahaya Tuhannya; Kitab (catatan perbuatan) akan diletakkan
(terbuka); para nabi dan saksi-saksi akan didatangkan; dan dijatuhkanlah
keputusan yang adil di antara mereka; dan mereka pun tak akan dirugikan.
Dan setiap
orang akan dibalas sepenuhnya apa yang sudah dikerjakannya; dan Dia tahu apa
yang mereka kerjakan.
Orang-orang
kafir dibawa ke neraka secara berbondong-bondong; hatta, bila mereka sudah
sampai, pintu-pintunya dibuka, dan penjaga-penjaganya berkata, "Bukankah
para rasul dari kalanganmu sendiri sudah datang kepadamu membacakan ayat-ayat
Tuhanmu dan mengingatkanmu tentang pertemuanmu hari ini ?" Mereka
menjawab, "Memang," (Kepada mereka) dikatakan, “Masuklah kamu ke
pintu-pintu gerbang jahanam, tinggal di dalamnya; sungguh buruk tempat orang
yang sombong.” (Surat az-Zumar, 68-72)
NERAKA
Dosa terbesar
yang mungkin dilakukan adalah durhaka kepada Allah, Pencipta dan Pemberi Hidup.
Dengan diciptakan sebagai hamba Allah, manusia, bila bertentangan dengan tujuan
penciptaannya, secara alamiah pantas dihukum sesuai dengan dosanya. Nerakalah
tempat pemberlakuan hukuman ini. Kebanyakan manusia menjalani kehidupannya
dengan terlena tanpa memikirkan hal ini sama sekali. Salah satu alasan
terpenting keterlenaan ini adalah ketidakmampuan untuk membuat penaksiran yang
benar mengenai Allah. Terdapat banyak orang yang menghargai Allah karena sifat
belas kasih, pemurah, dan pemaaf; mereka tidak merasakan takut yang mendalam
hingga lubuk hati sebagaimana yang seharusnya. Ini menyebabkan orang-orang ini
tidak peka terhadap perintah dan anjuran Allah. Mengenai bahaya ini, Allah
telah mengingatkan manusia pada khususnya dalam Al-Qur’an:
Hai
manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu, dan takutlah kamu pada hari bila seorang
ayah kelak tidak lagi berguna bagi anaknya dan seorang anak tidak lagi berguna
sedikit pun bagi ayahnya. Sungguh, janji Allah benar. Maka janganlah kamu
tertipu oleh kehidupan dunia, dan ajngan sampai penipu utama menipu kamu
tentang Allah. (Surat Luqmaan, 33)
Allah, pemilik
sifat-sifat dan nama-nama terindah, memang pengasih, pemurah, dan pemaaf. Akan
tetapi, harus diingat bahwa di samping itu Allah senantiasa Adil, Penakluk
segalanya, dan Pemaksa; bahwa Allah dekat dengan orang-orang mukmin namun jauh
dari pemuja-pemuja berhala, orang-orang kafir, dan orang-orang munafik; bahwa
Dialah Pembalas perbuatan; dan bahwa neraka adalah tempat kesempurnaan
perwujudan sifat-sifat-Nya yang terakhir ini.
Orang-orang
mempunyai kepercayaan takhyul mengenai pokok persoalan ini karena beberapa
alasan. Mereka menganggap bahwa sesudah mereka mati, mereka akan berada di
neraka untuk menebus dosa-dosa yang mereka lakukan di dunia, tetapi akan naik
ke surga seusai hukuman ini selesai dan akan tinggal di sana selamanya. Namun
ternyata, dalam Al-Qur’an Allah memberi tahu kita bahwa baik kehidupan di
neraka maupun di surga akan berlangsung kekal dan tak seorang pun akan
dikeluarkan dari situ kecuali atas kehendak Allah:
Dan mereka berkata, “Api neraka tidak akan menyentuh kami
selain untuk beberapa hari saja.” Katakanlah, “Sudahkah kamu memperoleh janji
dari Allah, karena Dia tidak akan pernah mengingkari janji-Nya, ataukah kamu
berkata tentang Allah yang tiada kamu ketahui?” Bahkan barangsiapa melakukan
kejahatan dan ia sudah dilingkari dosanya, itulah penghhuni neraka; di sana
mereka tinggal selamanya.
Di sana
mereka akan mengalami siksaan-siksaan seperti api, panas, gelap, asap, sempit,
buta, terdesak, lapar, haus, air nanah, air mendidih, dan racun pohon zaqqum.
Di samping azab lahiriah, mereka juga akan menderita siksaan batiniah yang
keras yang menimpa hatinya (Surat al-Humazah, 5-9). Siksaan mengerikan di neraka
yang akan dijalani oleh orang-orang yang mengingkari keberadaan Allah
dipaparkan secara rinci dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an mengungkap betapa
penting pokok persoalan ini bagi manusia. Kemurkaan neraka sedemikian besar
sehingga tidak bisa dibandingkan dengan segala derita di dunia ini. Dalam
Al-Qur’an, Allah memaparkan babak-akhir mengerikan yang akan dialami oleh
orang-orang kafir:
Sekali-kali tidak! Pasti dia akan
dicampakkan ke tempat yang akan melumatkan. Dan apa yang membuat engkau tahu
tempat yang melumatkan? (Itulah) api Allah yang dinyalakan, yang akan naik
sampai ke hati, yang akan menyelubungi mereka, di tiang-tiang yang menjulur
panjang. (Surat al-Humazah 4-9)
Wajah-wajah
hari itu tunduk merendah, bekerja keras meletihkan, sementara mereka masuk ke
dalam api menyala, diberi minuman dari mataair mendidih. Tak ada makanan buat
mereka selain dari dharii’, yang tidak akan menyehatkan dan membebaskan
orang dari kelaparan. (Surat
al-Ghaasyiyah, 2-7)
Kami sediakan buat orang-orang kafir
rantai, belenggu, dan api membara. (Surat al-Insaan, 4)
Inilah
neraka jahanam yang didustakan oleh orang-orang durjana. Mereka berkeliling di
antaranya dan di antara air panas mendidih. (Surat ar-Rahmaan, 43-44)
Tetapi
mereka yang kafir, bagi mereka hanyalah api neraka; tak ada batas waktu yang
ditentukan sampai mereka mati, juga hukuman tidak akan diperingan bagi mereka.
Demikianlah Kami membalas setiap orang yang tiada bersyukur. Di situ mereka
berteriak keras-keras, “Tuhan, keluarkanlah kami; kami akan berbuat amal
kebaikan; tidak seperti yang sudah kami lakukan!”—“Bukankah Kami sudah ememberi
kamu umur panjang supaya dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir; dan orang
yang memberi peringatan sudah datang kepadamu. Maka rasakanlah (hasil
perbuatanmu). Bagi orang yang zalim tak ada penolong.” (Surat Faathir, 36-37)
Mereka
yang dikumpulkan ke neraka menurut keburukan mereka, itulah tempat yang paling
buruk dan jalan yang sangat menyesatkan. (Surat al-Furqaan, 34)
Bila
(api neraka) itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar suara
geram dan menghembus napas. Dan bila mereka dilemparkan ke dalam tempat yang
sempit, di sana mereka memohon dibinasakan. “Jangan hari ini kamu memohonkan
sekali kehancuran, tapi mohonlah kehancuran yang berulang-ulang.” (Surat
al-Furqaan, 12-14)
RUMAH YANG DIJANJIKAN BAGI ORANG BERIMAN: SURGA
Tiada
seorang pun tahu cendera mata apa yang masih tersembunyi bagi mereka—sebagai
balasan atas amal kebaikan yang mereka lakukan. (Surat as-Sajdah, 17)
Surga
adalah tempat yang dijanjikan bagi kaum mukminin atas keimanan mereka kepada
Allah dan ketaatan mereka kepada-Nya. Surga, sebagaimana terpapar dalam banyak
ayat, merupakan tempat yang diselimuti dengan aneka jenis berkah dan merupakan
tempat tinggal kebahagiaan abadi. Allah menghadiahkan surga bagi orang-orang
yang beriman sebagai pahala atas amal mereka di dunia.
Surga
adalah tempat pengungkapan sifat pemurah Allah (kemurahan yang hanya
diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman kepada Yang Maha Pemurah, Yang
mengganjar orang-orang yang menggunakan berkah-Nya dengan tepat dengan berkah
lain yang abadi dan lebih unggul). Karena itu, surga merupakan rumah
kebahagiaan yang mengandung segala hal yang mungkin diinginkan oleh jiwa
manusia melebihi paparan ayat-ayat tersebut.
Dalam
benak sebagian manusia, kata “surga” membangkitkan pikiran yang agak terbatas,
karena mereka menduga surga tempat keindahan alamiah belaka, seperti taman ria.
Akan tetapi, surga yang merupakan pikiran ini amat berbeda dengan surga yang
terpapar dalam Al-Qur’an.
Dalam
Al-Qur’an, surga dipaparkan sebagai tempat yang mengandung segala yang mungkin
dikehendaki oleh manusia:
Diedarkan
kepada mereka pinggan dan piala emas; di dalamnya ada yang menjadi idaman dan
sedap dipandang mata; dan kamu akan kekal di dalamnya. (Surat
az-Zukhruf, 71)
Di ayat
lain, kita diberi tahu bahwa di surga bahkan terdapat lebih dari yang bisa
diinginkan oleh manusia:
Segala yang mereka inginkan ada di
dalamnya, dan ada tambahan dari Kami Sendiri. (Surat Qaaf, 35)
Dengan
kata lain, berlawanan dengan kepercayaan umum, surga menawarkan berkah yang
berlimpah, berkah yang belum terlihat oleh manusia sepanjang hayat mereka di
dunia ini dan bahkan tak terbayangkan oleh mereka. Orang-orang beriman akan
diberi pahala kehidupan kekal di surga atas ketaatan mereka kepada Allah semasa
hidup di dunia dan atas jalan hidup mereka yang menuruti kehendak-Nya.
Surga yang
dijanjikan bagi orang-orang beriman ini dijelaskan dalam berbagai ayat:
Dan
sampaikan berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik bahwa bagi
mereka tersedia taman-taman surga, di dalamnya mengalir sungai; setiap waktu
mereka mendapat rizki berupa buah-buahan, mereka berkata,
“Rizki inilah yang dulu diberikan kepada kami,” karena mereka pernah
mendapatkan yang serupa; dan bagi mereka di sana ada pasangan-pasangan yang
suci bersih; dan di sana mereka tinggal selamanya. (Surat al-Baqarah, 25)
Orang
yang bertakwa berada di taman-taman dan matair (air bersih yang melimpah).
(Akan disambut dengan) “Masuklah dengan damai dan aman.” Dan akan Kami cabut
dari hati mereka segala rasa dendam; (mereka akan) bersaudara saling berhadapan
di atas singgasana (kemuliaan). Tak ada rasa letih menghinggapi mereka, dan
tidak (pernah) disuruh keluar. (Surat
al-Hijr, 45-48)
Bagi merekalah taman-taman bahagia
yang abadi, yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; mereka akan dihiasi dengan
gelang emas, dan mereka akan mengenakan pakaian hijau dari sutera halus dan
brokat tebal; mereka di sini bersandar di atas peterana. Sungguh balasan yang
baik! Sungguh tempat istirahat yang indah! (Surat al-Kahfi, 31)
Sungguh, penghuni surga hari itu
dalam kesibukan yang menyenangkan. Mereka dan pasangan-pasangan mereka berada
di tempat yang teduh, bersandar di atas singgasana (kehormatan). Buah-buahan
tersedia bagi mereka, dan akan mereka dapatkan segala yang mereka inginkan.
“Salam!”, sebuah firman (sapaan) dari Tuhan, Maha Pengasih. (Surat Yaasiin,
55-58)
Adapun
mereka yang bertakwa berada di tempat yang aman, di taman-taman dan mataair;
mengenakan pakaian sutera halus dan brokat; mereka akan saling berhadapan.
Demikianlah, dan Kami pertemukan mereka berpasang-pasangan dengan yang bermata
indah, besar, dan berkilau. Di
sana mereka dapat meminta buah-buahan dengan aman. Di sana mereka tak akan
mengalami kematian lagi, selain kematian yang pertama; dan mereka dilindungi
dari siksa api neraka, suatu karunia dari Tuhanmu; itulah kemenangan yang
besar. (Surat ad-Dukhaan, 51-57)
Tetapi mereka
yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan akan Kami beri tempat kediaman di
surga, tempat kediaman yang tinggi, di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal
di dalamnya; itulah pahala terbaik bagi orang yang beramal! (Surat
al-‘Ankabuut, 58)
PERINGATAN BAGI MEREKA YANG AKAN DISELAMATKAN
Setiap orang tentu
saja bebas untuk hidup sesuai dengan keinginannya di dunia ini dan untuk
memilih jalan yang ia kehendaki. Tak seorang pun berhak untuk memaksa orang
lain. Namun, sebagaimana orang-orang yang meyakini keberadaan Allah dan
keadilan-Nya yang abadi, tugas suci kita adalah mengingatkan orang-orang yang
menolak Allah dan yang tidak menginsafi keadaannya sekarang. Allah mengabari
kita keadaan orang-orang ini yang sungguh perlu diperhatikan:
Manakah yang terbaik? Mereka yang
mendirikan bangunannya atas dasar takwa dan keridaan Allah, ataukah yang
mendirikan bangunannya di atas tanah pasir di tepi jurang lalu runtuh
bersamanya ke dalam api neraka? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada mereka
yang zalim. (Surat at-Taubah, 109)
Orang-orang yang dengan sengaja
berpaling dari firman-firman Allah, atau yang dengan tak insaf menolak Pencipta
mereka, tidak akan diselamatkan sama sekali di Hari Akhir. Jika mereka tidak
bertobat dan diberi hidayah oleh Allah, Yang menciptakan mereka, maka mereka
akan dikenai hukuman seberat-beratnya. Azab abadi yang menunggu mereka
dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Tetapi mereka
yang ingkar terhadap ayat-ayat Kami, mereka itulah golongan kiri. Mereka akan
di neraka yang terkurung rapat. (Surat al-Balad, 19-20)
Cara menyelamatkan diri dari azab abadi
dan untuk mendapatkan surga yang kekal adalah jelas:
Berimanlah
kepada Allah dengan tulus sebelum terlambat.
Jalanilah
kehidupan untuk mencari keridaan Allah.
KETERANGAN HALAMAN 155
CATATAN PENTING
Bab
yang akan anda baca ini menguak rahasia penting kehidupan anda. Anda
sebaiknya membacanya dengan berhati-hati dan menyeluruh karena ini berkenaan
dengan pokok bahasan yang sangat berpengaruh terhadap perubahan mendasar
pandangan anda tentang alam luar. Pokok bahasan bab ini bukan hanya merupakan
sudut pandang, suatu pendekatan yang berbeda, atau pemikiran filosofis atau
tradisional; melainkan juga suatu fakta yang harus diakui oleh setiap orang,
yang beriman atau pun tidak beriman, dan yang juga dibuktikan oleh ilmu
pengetahuan saat ini.
|
PEMAHAMAN
MATERI YANG TIDAK MATERIALIS
Orang
yang dengan sadar dan bijaksana merenungkan keadaan sekitarnya akan menyadari
bahwa segala benda di alam semesta—baik yang hidup maupun yang mati—pasti
diciptakan. Pertanyaannya adalah "Siapa Pencipta semua benda
ini?"
Terbukti bahwa “fakta penciptaan”, yang dengan
sendirinya mengungkap di setiap aspek alam semesta, bukan merupakan hasil dari
alam semesta sendiri. Contohnya, hama atau kutu tidak dapat menciptakan diri
sendiri. Sistem matahari tidak dapat menciptakan atau mengatur diri sendiri.
Demikian juga dengan tanaman, manusia, bakteri, erythrocytes (corpuscles
yang berdarah merah), atau pun kupu-kupu. Bahkan tidak terbayang sama sekali
bahwa semua ini ada “secara kebetulan”.
Karena itu, kami tiba pada kesimpulan berikut: Segala
sesuatu yang kita lihat telah diciptakan, tetapi tidak ada yang terlihat
sebagai “pencipta” diri-sendiri. Sang Pencipta berbeda dari dan lebih unggul
daripada semua yang kita lihat dengan mata kita, suatu kekuatan superior yang tidak
kelihatan tetapi yang keberadaannya dan sifat-sifatnya ditunjukkan dalam segala
hal yang ada.
Inilah keberatan bagi orang-orang yang menolak keberadaan
Allah. Orang-orang ini terkondisi tidak beriman atas keberadaan-Nya kecuali
jika mereka melihat-Nya sendiri. Orang-orang ini, yang mengabaikan fakta “penciptaan”
terpaksa mengabaikan keadaan makhluk sebenarnya yang terwujud di seluruh alam
semesta dan berupaya membuktikan bahwa alam semesta dan makhluk hidup tidak
diciptakan. Teori
evolusi merupakan contoh penting upaya mereka yang sia-sia sampai akhir ini.
Kesalahan
dasar orang-orang yang menolak Allah terdapat pada banyak orang yang tidak
sungguh-sungguh menolak adanya Allah tetapi memiliki persepsi yang salah
tentang Allah. Mereka tidak menyangkal penciptaan tetapi dalam keyakinan
takhayulnya tentang “di mana” Allah. Sebagian besar dari mereka mengira bahwa
Allah ada di atas “langit”. Mereka diam-diam membayangkan bahwa Allah ada di
belakang planet yang sangat jauh dan pernah mencampuri “urusan duniawi” sekali,
atau mungkin tidak turut campur sama sekali. Mereka membayangkan bahwa Tuhan
menciptakan alam semesta dan kemudian meninggalkannya untuk berfungsi sendiri,
meninggalkan manusia untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Adapun
sebagian lainnya telah mendengar, tertulis dalam Al-Qur'an bahwa Allah ada “di
mana-mana”, tetapi mereka tidak dapat meyakini arti sebenarnya. Mereka mengira
bahwa Allah mengitari segala hal seperti gelombang radio atau seperti gas yang
tidak kelihatan dan tidak berwujud.
Akan
tetapi, keyakinan ini dan keyakinan lain yang tidak dapat menjelaskan “di
mana” Allah berada (dan mungkin karena menolak Allah) semuanya
berdasarkan pada kesalahan lazim. Mereka berprasangka tanpa landasan apa pun
dan kemudian beralih pada opini yang salah tentang Allah. Prasangka apa?
Prasangka
ini mengenai hakikat dan sifat zat. Kita sedemikan terkondisi dalam pemikiran
takhyul kita tentang keberadaan zat sehingga kita tidak pernah berpikir apakah
materi itu ada ataukah tidak ada atau hanya bayang-bayang. Ilmu pengetahuan
modern menghancurkan prasangka ini dan membuka dan menunjukkan kenyataan
penting ini. Di halaman-halaman berikut, kami akan berupaya menjelaskan
kenyataan besar ini yang ditunjukkan oleh Al-Qur'an.
DUNIA
SINYAL-SINYAL LISTRIK
Semua
informasi yang telah kita miliki tentang dunia tempat kita hidup disampaikan
kepada kita melalui pancaindera kita. Dunia yang kita ketahui ini terdiri dari
hal-hal yang dilihat oleh mata kita, dirasakan oleh tangan kita, dibaui oleh
hidung kita, dirasakan oleh lidah kita, dan didengarkan oleh telinga kita. Kita
tidak pernah berpikir bahwa alam luar dapat berupa apa saja yang lain dari yang
disajikan oleh pancaindera kita, karena kita hanya tergantung pada pancaindera
itu sejak lahir.
Riset
modern di berbagai bidang ilmu pengetahuan menunjukkan pemahaman yang sangat
berbeda dan menimbulkan keraguan yang serius tentang pancaindera kita dan dunia
yang kita alami dengan pancaindera itu.
Titik-awal
pendekatan ini ialah bahwa pemikiran tentang “dunia luar” yang terbentuk dalam
otak kita hanya merupakan respon yang diciptakan dalam otak kita dengan
sinyal-sinyal kelistrikan. Apel yang berwarna merah, kayu yang keras dan,
demikian juga, ibu, ayah, keluarga anda dan apa saja yang anda miliki, rumah,
pekerjaan dan baris-baris buku ini, hanya terdiri dari sinyal-sinyal listrik.
Frederick
Vester menjelaskan hal tersebut bahwa ilmu pengetahuan telah mencapai pokok
bahasan ini:
Pernyataan
sebagian ilmuwan yang bersikap bahwa “manusia ialah suatu kesan”, segala
hal yang dialami bersifat sementara dan menipu, dan alam semesta ialah suatu
bayang-bayang, tampaknya pasti terbukti oleh ilmu pengetahuan pada masa
kita.25
Filsuf
terkenal George Berkeley berkomentar tentang masalah tersebut sebagai berikut:
Kami
mempercayai keberadaan obyek hanya karena kami melihat dan menyentuhnya, dan
obyek-obyek tersebut terpantul pada kita melalui persepsi kita. Bagaimanapun,
cerapan kita hanya merupakan gagasan-gagasan dalam benak kita. Jadi, obyek yang
kita tangkap dengan persepsi hanyalah gagasan, dan gagasan ini pada dasarnya
tidak ada kecuali dalam benak kita. ... Karena semua obyek ini hanya ada dalam
pikiran, ini berarti bahwa kita terperdaya oleh penipuan ketika kita
membayangkan alam semesta dan benda-benda yang memiliki keberadaan di luar
benak. Jadi, tidak ada benda sekitar kita yang mempunyai suatu keberadaan
di luar benak kita.26
Untuk
menjelaskan masalah tersebut, mari kita perhatikan indera penglihatan kita,
yang menyediakan kita informasi yang paling luas tentang alam luar.
KETERANGAN HALAMAN 158
Rangsangan
yang datang dari suatu obyek diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan
menimbulkan efek-efek di otak kita. Tatkala kita “melihat”, kita sebenarnya
memandang efek-efek dari sinyal-sinyal listrik di otak kita.
|
BAGAIMANA
KITA MELIHAT, MENDENGAR, DAN MERASAKAN?
Tindakan
melihat disadari secara progresif. Gugus-gugus sinar (foton-foton) berjalan
dari obyek ke mata dan melewati lensa di
depan mata yang membiaskan foton dan membalikkannya pada retina di belakang
mata. Di sini, cahaya yang menimpa diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang
dikirim oleh neuron ke suatu titik yang sangat kecil yang disebut pusat
penglihatan di belakang otak. Sinyal listrik ini diterima sebagai suatu kesan
di bagian tengah dalam otak setelah adanya serangkaian proses. Tindakan melihat
sebenarnya terjadi di titik yang sangat kecil ini di bagian belakang otak, yang
gelap gulita dan sepenuhnya tersekat dari cahaya.
Sekarang,
mari kita perhatikan lagi proses yang tampaknya biasa-biasa saja. Ketika kita
mengatakan, "kita melihat", sebenarnya kita sedang melihat pengaruh
rangsangan yang sampai pada mata kita dan dilanjutkan sampai pada otak kita,
setelah pengaruh rangsangan itu diubah bentuknya ke dalam sinyal-sinyal
listrik. Dengan kata lain, ketika kita mengatakan, "kita melihat",
kita sebenarnya mengamati sinyal-sinyal listrik di benak kita.
Semua
kesan yang kita lihat dalam kehidupan kita terbentuk di pusat penglihatan kita,
yang volumenya hanya beberapa sentimeter kubik di otak. Baik buku yang sedang
anda baca maupun bentang tiada batas yang anda lihat ketika menatap cakrawala
disesuaikan ke dalam ruang yang sangat kecil ini. Hal lain yang harus diingat,
seperti yang telah kita catat sebelumnya, otak itu tersekat dari cahaya; bagian
dalamnya sepenuhnya gelap. Otak tidak berhubungan dengan cahaya itu sendiri.
R.
L. Gregory memberikan penjelasan berikut tentang aspek melihat yang
menakjubkan, sesuatu yang seringkali kita alami begitu saja:
Kita
amat mengenal penglihatan, sehingga diperlukan suatu lompatan imajinasi untuk
menyadari bahwa ada masalah yang harus diselesaikan. Namun perhatikanlah. Kita
diberi kesan-kesan sangat kecil yang terbalik di mata, dan kita melihat obyek
kuat yang terpisah di ruang sekitarnya. Dari pola simulasi pada retina, kita
mencerap dunia obyek, dan ini tidak aneh sama sekali.27
KETERANGAN HALAMAN 160
Bahkan
pada saat kita merasakan cahaya dan panas api, bagian-dalam otak kita
gelap-gulita dan suhunya tak pernah berubah.
Bundel-bundel
cahaya yang datang dari suatu obyek menimpa retina secara terbalik. Di sini,
kesannya diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan dipindahkan ke pusat
penglihatan di belakang otak. Karena otak tersekat dari cahaya, mustahil
cahaya mencapai pusat penglihatan. Ini berarti bahwa kita memandang dunia
luas yang terang dan dalam di suatu titik kecil yang tersekat dari cahaya.
|
Situasi
yang sama dengan itu terdapat juga pada semua indera kita yang lain. Suara,
sentuhan, rasa, dan bau dikirim semuanya ke otak sebagai sinyal-sinyal listrik
dan dicerap di pusat-pusat indera yang sesuai di otak.
Indera pendengaran berfungsi dengan cara yang serupa
dengan indera penglihatan. Telinga-luar memilih suara-suara melalui daun
telinga dan mengarahkan suara-suara itu ke telinga-tengah. Telinga-tengah
mengirimkan getaran suara ke telinga-dalam dan menguatkan suara-suara itu.
Telinga-dalam menyalin getaran-getaran itu menjadi sinyal-sinyal listrik, yang
kemudian mengirimkannya ke otak. Seperti halnya mata, tindakan mendengar
akhirnya terjadi di pusat pendengaran dalam otak. Otak tersekat dari suara
sebagaimana tersekat dari cahaya. Karena itu, betapapun berisiknya keadaan
luar, bagian-dalam otak sepenuhnya hening.
KETERANGAN
HALAMAN 161
Segala yang kita
lihat dalam kehidupan kita terbentuk di suatu bagian dari otak kita yang
disebut “pusat penglihatan” yang terletak di belakang otak kita, dan yang
volumenya hanya beberapa sentimeter kubik. Baik buku yang sedang anda baca
maupun bentang tiada batas yang anda lihat ketika menatap cakrawala
disesuaikan ke dalam ruang yang sangat kecil ini. Karena itu, kita melihat
obyek-obyek tidak dalam ukuran mereka yang sebenarnya ada di luar, tetapi
dalam ukuran yang dicerap oleh otak kita.
|
Namun demikian, suara-suara yang paling halus pun dicerap
oleh otak. Sangatlah tepat bahwa telinga orang yang sehat mendengar apa saja
tanpa suara berisik sekeliling. Dalam otak anda, yang tersekat dari suara, anda
mendengar simfoni dari sebuah orkestra, mendengar suara-suara bising dari
tempat yang ramai, dan menerima semua suara dalam rentang frekuensi yang lebar,
dari desiran daun sampai deru pesawat jet. Akan tetapi, jika tingkat suara di
otak anda diukur dengan alat sensitif pada saat itu, maka akan terlihat bahwa
keheningan total berlaku di sana.
Persepsi kita tentang bau terbentuk dengan cara yang
sama. Molekul yang mudah menguap dipancarkan oleh benda-benda sepeti panili
atau bunga mawar sampai ke reseptor dalam rambutnya yang lembut di bagian
epitelium hidung dan terjadilah interaksi. Interaksi ini dikirimkan ke otak
sebagai sinyal listrik dan diterima sebagai bau. Segala benda yang kita baui,
disukai atau pun tidak disukai, hanyalah persepsi otak tentang interaksi
molekul-molekul yang mudah menguap setelah diubah menjadi sinyal-sinyal
listrik. Anda mendapatkan bau dari parfum, bunga, makanan yang anda sukai,
laut, atau bau-bau lain yang anda sukai atau tidak anda sukai, di otak anda.
Molekul-molekul itu sendiri tak pernah mencapai otak. Sebagaimana
dengan suara dan pemandangan, yang mencapai otak anda hanyalah sinyal listrik.
Dengan kata lain, semua bau yang telah anda anggap—sejak anda lahir—terdapat
pada obyek-obyek luar ternyata hanya sinyal-sinyal listrik yang anda rasakan
melalui organ indera anda.
Begitu
pula, ada empat jenis reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Hal ini
ada hubungannya dengan empat rasa: asin, manis, asam, dan pahit. Reseptor-rasa
kita mengubah persepsi ini ke dalam sinyal listrik melalui serangkaian proses
kimiawi dan mengirimkannya ke otak. Sinyal-sinyal ini diterima sebagai rasa
oleh otak. Rasa yang anda alami ketika anda makan buah-buahan atau sebatang
coklat yang anda sukai ialah penafsiran sinyal-sinyal ini oleh otak. Anda tidak
pernah mencapai obyek di alam luar; anda tidak pernah melihat, mencicipi atau
merasakan coklat sendiri. Contohnya, jika syaraf rasa yang bergerak ke otak dipotong,
maka rasa dari sesuatu yang anda makan tidak akan sampai ke otak anda; anda
akan sepenuhnya kehilangan cita rasa anda.
Dalam
hal ini, kita sampai pada fakta lain: kita tidak pernah pasti bahwa yang kita
alami ketika kita merasakan makanan dan yang dialami oleh orang lain ketika ia
merasakan makanan yang sama, atau yang kita cerap ketika kita mendengar suara
dan yang dicerap oleh orang lain ketika ia mendengar suara yang sama adalah
sama. Lincoln Barnett berpendapat bahwa tiada seorang pun dapat mengetahui
apakah orang lain mencerap warna merah atau mendengar not C dengan cara sama
seperti dirinya sendiri.28
Indera
sentuh kita tidak berbeda dengan indera lainnya. Ketika kita menyentuh suatu
obyek, semua informasi yang akan membantu kita dalam mengenali alam luar dan
obyek-obyek itu dikirim ke otak oleh syaraf indera di kulit. Merasakan sentuhan
itu terbentuk dalam otak kita. Berlawanan dengan keyakinan umum, tempat
pencerapan indera sentuh kita tidak di ujung jari kita atau di kulit kita,
tetapi di pusat persepsi-sentuh di otak kita. Dengan adanya penafsiran otak
terhadap rangsangan elektris yang sampai ke otak dari obyek-obyek, kita
mengalami obyek-obyek itu berbeda seperti keras atau lembut, panas atau dingin.
Kami menguraikan semua rincian yang membantu kita mengenali obyek dari
rangsangan-rangsangan ini. Berkenaan dengan
hal ini, pemikiran dua filsuf terkenal, B. Russell dan L. Wittgenstein, adalah
sebagai berikut:
Contohnya, apakah jeruk benar-benar ada ataukah tidak dan
bagaimana jeruk itu menjadi ada tidak bisa dipertanyakan dan diselidiki. Jeruk
hanya terdiri dari cita rasa yang dirasakan oleh lidah, bau yang dibaui oleh
hidung, warna dan bentuk yang dilihat oleh mata; dan hanya sifat-sifat inilah
yang dapat diuji dan dinilai. Ilmu pengetahuan tidak akan bisa mengetahui dunia
fisik.29
Mustahil bagi kita untuk menjangkau dunia fisik. Semua
obyek di sekitar kita merupakan kumpulan persepsi seperti penglihatan,
pendengaran, dan penyentuhan. Dengan memproses data di pusat penglihatan dan di
pusat sensorik lainnya, otak kita, sepanjang hidup kita, tidak bertentangan
dengan “asal-usul” zat yang ada di luar kita, tetapi merupakan salinan yang
terbentuk di dalam otak kita. Dalam hal ini kita tersesat bila menganggap
salinan-salinan ini sebagai contoh zat-nyata di luar kita.
“DUNIA LUAR” DI DALAM OTAK KITA
Dari kenyataan fisik yang digambarkan sejauh ini, kita
bisa menyimpulkan sebagai berikut. Segala yang kita lihat, rasakan, dengar, dan
cerap sebagai "zat", "dunia" atau "alam semesta"
hanya merupakan sinyal-sinyal listrik yang terjadi di otak kita.
Orang yang makan buah tidak bertentangan dengan buah yang
sebenarnya, tetapi dengan persepsi otaknya. Obyek yang diperhatikan seseorang
sebagai "buah" itu sebenarnya terdiri dari kesan elektrik dalam otak
perihal bentuk, rasa, bau, dan tekstur buah. Jika syaraf penglihatan yang
bergerak ke otak terserang mendadak, maka kesan buah itu akan spontan hilang.
Terputusnya syaraf yang bergerak dari sensor-sensor dalam hidung ke otak
sepenuhnya akan menyela rasa bau. Sederhana saja, buah tersebut tidak ada.
Yang ada ialah penafsiran otak terhadap sinyal-sinyal listriknya.
Hal
lain yang harus diperhatikan adalah rasa jarak. Jarak, contohnya jarak
anda dengan buku ini, ialah perasaan ruang yang terbentuk dalam otak anda.
Obyek-obyek yang tampaknya pasti jauh dalam pandangan seseorang juga ada dalam
otaknya. Contohnya, orang yang mengamati bintang-bintang di langit menganggap
bahwa bintang-bintang itu jutaan mil jauhnya dari orang tersebut. Akan tetapi,
yang ia "lihat" itu sebenarnya adalah bintang-bintang dalam dirinya
sendiri, di pusat penglihatannya. Ketika anda membaca baris-baris ini, anda
sebenarnya tidak ada dalam ruang yang anda anggap sendiri ada di dalamnya;
sebaliknya, ruangnya adalah dalam diri anda. Penglihatan anda tentang tubuh
anda mendorong anda berpikir bahwa anda ada di dalamnya. Bagaimanapun juga,
anda harus mengingat bahwa tubuh anda, juga, merupakan suatu kesan yang
terbentuk dalam otak anda.
Hal itu berlaku pula pada semua pencerapan lain. Contohnya,
ketika anda mengira bahwa anda mendengar suara televisi di ruang sebelah,
sebenarnya anda mengalami suara dalam otak anda. Anda tidak dapat membuktikan
bahwa ada ruang di dekat anda sendiri, bahwa ada suara berasal dari televisi di
ruang itu. Baik suara yang anda kira berasal dari jauh bermeter-meter maupun
percakapan seseorang yang tepat di sebelah anda diterima di pusat pendengaran
beberapa sentimeter persegi dalam otak anda. Terlepas dari dalam pusat
penglihatan ini, konsep seperti kanan, kiri, depan atau pun belakang tidak ada.
Dengan kata lain, suara tidak sampai ke anda dari kanan, dari kiri, atau dari
udara ; tidak ada arah sumber suara.
KETERANGAN
HALAMAN 164
Akibat dari
rangsangan semu, alam luar seakan-akan benar dan nyata seperti yang nyata terbentuk
di dalam otak kita tanpa keberadaan alam luar.
Akibat dari
rangsangan semu, orang mungkin mengira bahwa ia sedang mengendarai mobilnya,
padahal sebenarnya ia sedang duduk di rumah.
|
Demikian juga dengan bau yang anda isap; tak satu pun bau
sampai ke anda dari jarak yang jauh. Anda menganggap bahwa pengaruh akhir yang
terbentuk di pusat bau anda ialah bau dari obyek alam luar. Akan tetapi,
seperti kesan bunga mawar dalam pusat penglihatan anda, demikian pula bau mawar
di pusat bau anda; tidak ada bunga atau bau yang ada hubungannya dengan bau di
alam luar.
“Dunia luar” yang tersaji untuk kita melalui penginderaan
kita hanya merupakan kumpulan sinyal listrik yang sampai ke otak kita.
Sepanjang hidup kita, otak kita memproses sinyal-sinyal ini dan kita hidup
tanpa mengakui bahwa kita salah dalam mengasumsikan bahwa hal ini merupakan
versi asli benda-benda yang ada di “alam luar”. Kita tersesat karena kita tidak
pernah dapat mencapai zat-zat itu sendiri dengan perantara indera kita.
Lagipula, otak kita menafsirkan dan mengartikan
sinyal-sinyal yang, pada anggapan kita, ada di “alam luar”. Contohnya, mari
kita perhatikan indera pendengaran. Otak kita mengubah bentuk gelombang suara
yang ada di alam luar ke dalam suatu simfoni. Katakanlah, musik juga merupakan
suatu persepsi yang dibuat oleh otak kita. Dengan cara yang sama, ketika kita
melihat warna, yang sampai ke mata kita hanyalah sinyal-sinyal listrik dari panjang-gelombang
yang berlainan. Otak kita mengubah bentuk sinyal-sinyal ini ke dalam warna.
Tidak ada warna di “alam luar”. Juga tidak ada apel yang berwarna merah,
atau pun langit yang berwarna biru, atau pun pohon yang berwarna hijau. Benda-benda itu begitu karena kita mencerapnya demikian. “Dunia
luar” sepenuhnya tergantung pada pihak penerima.
Bahkan kerusakan yang paling ringan di retina mata
menyebabkan buta warna. Sebagian orang mencerap biru sebagai warna hijau, merah
sebagai warna biru dan sebagian mencerap semua warna sebagai sifat abu-abu yang
berbeda. Dalam hal ini, tidak perduli apakah obyek yang ada di alam luar
berwarna ataukah tidak.
KETERANGAN
HALAMAN 166
Temuan-temuan
fisika modern memperlihatkan bahwa alam semesta merupakan kumpulan cerapan.
Pertanyaan berikut ini muncul di kover sebuah majalah ilmiah Amerika, New
Scientist, yang memperhatikan masalah ini pada edisi 30 Januari 1999-nya:
“Di Balik Kenyataan: Apakah alam semesta itu pada kenyataannya sendau-gurau
dari informasi utama dan apakah materi itu hanya fatamorgana?
|
Berkeley, seorang pakar terkemuka, juga menunjukkan fakta
ini:
Pada awalnya, diyakini bahwa warna, bau,
dan lain-lain "benar-benar ada", tetapi selanjutnya pandangan
demikian ditinggalkan, dan terlihat bahwa itu semua tergantung pada
penginderaan kita belaka.30
Kesimpulannya, alasan kita melihat obyek-obyek berwarna
bukan karena obyek-obyek itu berwarna atau karena memiliki keberadaan material
yang terpisah di luar obyek itu sendiri. Kebenaran zat ialah bahwa semua
sifat yang kita anggap berasal dari obyek itu ada dalam diri kita dan bukan di
“alam luar”. Jadi, masih adakah "alam luar"?
APAKAH KEBERADAAN “DUNIA LUAR” HARUS ADA?
Sejauh ini, kita telah berulang kali membicarakan suatu
“dunia luar” dan suatu dunia cerapan yang terbentuk dalam otak kita; bahwa
cerapan inilah yang kita lihat. Akan tetapi, karena kita sebenarnya tidak
pernah dapat mencapai alam luar, lantas bagaimana kita dapat memastikan bahwa
dunia sedemikian itu benar-benar ada?
Sebenarnya
kita tidak dapat. Karena setiap obyek hanya merupakan kumpulan persepsi dan
persepsi-persepsi itu hanya ada dalam pikiran, yang lebih seksama adalah
mengatakan bahwa satu-satunya dunia yang benar-benar ada adalah dunia
persepsi. Satu-satunya dunia yang kita ketahui ialah dunia yang ada dalam
pikiran kita: dunia yang dirancang, direkam, dan dibuat hidup di sana; dunia
yang diciptakan dalam pikiran kita. Hal ini merupakan satu-satunya dunia yang
dapat kita pastikan.
Kita
tidak pernah dapat membuktikan bahwa persepsi yang kita amati dalam otak kita
memiliki korelasi material. Persepsi-persepsi
itu secara logis dapat berasal dari sumber "semu".
Ini bisa diamati. Rangsangan yang salah dapat
menghasilkan dunia materi yang sepenuhnya bersifat khayal dalam benak kita.
Contohnya, mari kita bayangkan suatu alat perekam yang sangat canggih yang
dapat merekam semua jenis sinyal-sinyal listriknya. Pertama, mari kita salurkan
semua data yang terkait dengan suatu setting (yang mencakup gambaran
badan) ke alat ini dengan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal listrik. Kedua,
mari kita bayangkan bahwa otak bisa bertahan hidup lepas dari raga. Akhirnya,
mari kita hubungkan alat perekam itu ke otak dengan elektroda-elektroda yang
akan berfungsi sebagai syaraf dan mengirim data yang sudah tercatat itu ke
otak. Dalam keadaan ini, anda akan mengalami sendiri hidup dalam setting yang
dibuat semu ini. Contohnya, anda dapat mudah percaya bahwa anda mengendarai
kencang di jalan raya. Mungkin mustahil memahami bahwa anda terdiri dari
ketiadaan kecuali otak anda. Ini karena yang diperlukan untuk membentuk suatu
dunia dalam otak anda bukan merupakan keberadaan dunia nyata, melainkan
rangsangan. Tentu saja rangsangan-rangsangan ini dapat berasal dari sumber
semu, seperti tape-recorder.
Dalam hubungan itu, Bertrand Russel, filsuf lain,
menulis:
Ketika dengan indera sentuh kita menekan meja dengan jari
kita, dihasilkan acakan listrik elektron dan proton pada ujung jari kita,
menurut ilmu fisika modern, di dekat elektron dan proton pada meja. Jika ada
pengacakan sedemikian ini di ujung jari kita dengan cara apa saja, kita mesti
mempunyai sensasi, meskipun tidak ada meja.31
Sebenarnya kita sangat mudah tertipu untuk mempercayai
bahwa persepsi itu nyata, tanpa harus berkorelasi dengan materi apa saja. Kita
sering mengalami perasaan ini dalam mimpi kita, yang di dalamnya kita mengalami
kejadian, melihat orang, obyek dan keadaan yang sepenuhnya nyata. Meskipun
demikian, semua itu lain kecuali persepsi saja. Tiada perbedaan mendasar antara
mimpi dan dunia nyata. Keduanya dialami di otak.
SIAPA PENCERAPNYA?
Seperti yang telah kita hubungkan sejauh ini, tiada
keraguan bahwa dunia yang kita kira kita tinggali dan yang kita sebut “dunia
luar” itu kita cerap di dalam otak kita. Namun, di sini muncul pertanyaan
terpenting. Jika semua kejadian fisik yang kita tahu ini pada dasarnya
persepsi, bagaimana dengan otak kita? Karena otak kita merupakan bagian dari
dunia fisik seperti juga lengan, kaki atau obyek lainnya, otak kita juga pasti
persepsi seperti semua obyek lainnya.
Contoh tentang mimpi akan menerangi pokok bahasan
berikutnya. Mari kita berpikir bahwa
kita melihat dalam impian kita menurut apa yang telah dikatakan sejauh ini.
Dalam mimpi, kita akan memiliki tubuh khayal, mata khayal, dan otak khayal.
Jika selama kita bermimpi, kita ditanya, "di mana kamu melihat?" maka
kita akan menjawab "Saya melihat di dalam otakku". Akan tetapi, itu
sebenarnya bukan otak untuk berbicara, tetapi kepala khayal dan otak khayal.
Pelihat kesan itu bukan otak khayal di dalam mimpi, melainkan sesuatu yang jauh
“mengungguli” otak itu.
Kita tahu bahwa tiada perbedaan fisik antara keadaan
mimpi dan keadaan yang kita sebut dunia nyata. Jadi, ketika kita ditanyai,
tentang keadaan yang disebut kehidupan nyata, pertanyaan tadi "di mana
kita melihat" itu tiada berarti
sebagaimana pertanyaan “di mana otak kita” seperti contoh di atas. Dalam kedua
kondisi ini, entitas yang melihat dan mengindera bukanlah otak, yang
bagaimanapun hanya sebongkah daging.
Ketika menganalisis otak, kami perhatikan bahwa tiada apa
pun di dalamnya kecuali molekul protein dan lipida, yang juga ada pada
organisme hidup lainnya. Artinya, dalam sepotong daging yang kita sebut otak
kita, tiada apa pun yang mengamati kesan-kesan, yang merupakan kesadaran, atau
yang menciptakan sesuatu yang kita sebut "saya sendiri".
R. L. Gregory menunjukkan kesalahan yang orang buat dalam
hubungannya dengan persepsi tentang kesan di dalam otak:
Ada suatu godaan, yang harus dihindari, untuk mengatakan
bahwa mata menghasilkan gambar dalam otak. Gambar dalam otak menjelaskan
perlunya beberapa jenis mata intern untuk melihatnya—tetapi hal ini akan
membutuhkan mata berikutnya untuk gambarnya ... dan lain-lain, dalam suatu
kemunduran mata dan gambar yang tiada berakhir. Hal ini mustahil.32
Inilah gagasan inti yang menempatkan penganut
materialisme, yang tidak mengakui kebenaran apa pun kecuali benda, dalam suatu
kebingungan: siapa yang mempunyai “mata di dalam” yang melihat, yang mencerap
hal-hal yang dilihat dan ditanggapi?
Karl Pribram juga berfokus pada pertanyaan penting ini,
tentang siapa pencerapnya, dalam dunia ilmu pengetahuan dan filsafat:
Sejak jaman Yunani kuno, para filsuf memikirkan
"hantu di mesin", "manusia kecil dalam manusia kecil" dan
lain-lain. Di manakah "saya"-nya orang yang menggunakan otaknya?
Siapa yang menyadari tindakan mengetahui?" Seperti yang dikatakan Saint
Francis dari Assisi: "Yang kita
cari adalah sesuatu yang melihat".33
Sekarang, berpikirlah tentang hal ini: Buku di tangan
anda, kamar anda, pendek kata, semua kesan di depan anda terlihat di dalam otak
anda. Apakah atom-atom yang melihat kesan-kesan ini? Atom yang buta, lumpuh dan
tidak sadar? Mengapa sebagian atom mempunyai sifat ini sedangkan yang lain
tidak? Apakah tindakan kita berpikir, memahami, mengingat, senang, sedih, dan
segala tindakan lain terdiri dari reaksi-reaksi elektrokimia antara atom-atom
ini?
Ketika kita menebarkan pertanyaan-pertanyaan ini, kita
tahu bahwa tidak masuk akal mencari kehendak di dalam atom-atom. Jelaslah bahwa
being yang melihat, mendengar dan merasakan adalah being yang
berbahan unggul. Being ini hidup dan juga bukan materi atau pun gambaran
materi. Being ini ada hubungannya dengan persepsi-persepsi di depannya
dengan menggunakan gambaran tubuh kita.
Being ini ialah
“roh”.
Kumpulan
cerapan yang kita sebut "alam materi" ialah suatu mimpi yang diamati
oleh roh ini. Karena tubuh yang kita miliki dan dunia materi yang kita lihat
dalam mimpi kita tidak memiliki realitas, alam semesta yang kita huni dan tubuh
yang kita miliki juga tidak memiliki realitas material.
Yang
keberadaannya nyata ialah roh. Zat hanya terdiri dari cerapan-cerapan yang
dipandang oleh jiwa. Makhluk yang cerdas yang menulis dan membaca buku ini
masing-masing bukan merupakan lompatan atom dan molukel dan reaksi kimia antara
lompatan atom dan molekul, melainkan "roh".
YANG
KEBERADAANYA PASTI NYATA
Semua
kenyataan ini membawa kita langsung ke satu pertanyaan yang sangat penting.
Jika sesuatu yang kita kenal sebagai alam materi hanya terdiri dari persepsi
yang dilihat oleh roh kita, lantas apa saja sumber persepsi-persepsi ini?
Dalam
menjawab pertanyaan ini, kita harus memperhatikan yang berikut ini: zat tidak
mempunyai keberadaan pengatur-diri dengan sendirinya. Karena merupakan
persepsi, zat adalah sesuatu yang "semu". Dengan kata lain, persepsi
ini pasti disebabkan oleh kekuatan lain, yang berarti pasti diciptakan.
Lagipula, penciptaan ini harus kontinyu. Jika tidak ada penciptaan yang
kontinyu dan konsisten, maka yang kita sebut zat itu akan lenyap dan hilang.
Ini bisa disamakan dengan televisi yang gambarnya ditampilkan selama sinyalnya
terus disiarkan. Jadi, siapa yang membuat roh kita melihat bulan, bumi,
tumbuhan, manusia, tubuh kita dan segala zat lain yang kita ketahui?
Hal
itu merupakan bukti bahwa ada Pencipta atau Tuhan, Yang menciptakan seluruh
semesta materi, yaitu, sekumpulan persepsi, dan melanjutkan penciptaannya
dengan tiada henti. Karena Pencipta ini menampilkan suatu ciptaan yang demikian
menakjubkan, Ia pasti memiliki kekuatan yang abadi.
Pencipta
ini memperkenalkan Dirinya sendiri kepada kita. Ia telah menciptakan suatu
kitab dan melalui kitab ini telah menjelaskan pada kita tentang Diri-Nya
sendiri, alam semesta, dan sebab keberadaan kita.
Pencipta
ini ialah Allah dan nama kitab-Nya adalah Al-Qur'an.
Fakta
bahwa langit dan bumi, yaitu alam semesta, tidak stabil, yang keberadaannya
hanya dimungkinkan karena Allah menciptakannya dan bahwa keberadaannya akan
sirna jika Allah mengakhiri ciptaan ini, semua itu dijelaskan dalam ayat
berikut ini:
Sungguh,
Allah Yang menahan langit dan bumi, supaya tidak lenyap, tak seorang pun yang
dapat menahannya. Dan kalau keduanya lenyap, tak siapa pun yang dapat
menahannya sesudah Dia. Sungguh, Dia Maha
Penyantun, Maha Pengampun. (Surat al-Faathir, 41)
Seperti yang telah kita sebutkan di awal, sebagian orang
tidak memiliki pemahaman tentang Allah dan mereka membayangkan Allah sebagai
suatu makhluk yang ada di mana saja di langit dan tidak benar-benar mencampuri
urusan duniawi. Dasar logika ini sebenarnya bersandar pada pemikiran bahwa alam
semesta merupakan pertemuan mater-materi dan Allah berada di luar alam materi
ini, di suatu tempat yang sangat jauh letaknya. Pada beberapa agama yang salah,
keyakinan kepada Allah terbatas pada pemahaman ini.
KETERANGAN
HALAMAN 170
Otak adalah
kumpulan molekul protein dan lipida, terbentuk dari sel-sel syaraf yang
disebut neuron. Di dalam sepotong daging ini, tiada apa pun yang mengamati
gambaran, yang merupakan kesadaran, atau yang menciptakan sesuatu yang kita
sebut "saya sendiri".
|
Bagaimanapun juga, seperti yang telah kita pahami sejauh
ini, zat hanya terdiri dari sensasi. Dan satu-satunya being yang
benar-benar mutlak ialah Allah. Artinya, yang ada hanyalah Allah; semua
benda kecuali Allah ialah makhluk bayang-bayang. Walhasil, tidak mungkin
memahami Allah sebagai yang terpisah dan di luar dari semua massa material. Allah pasti ada "di mana saja" dan meliputi
semua. Kenyataan ini dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai
berikut:
Allah ! Tiada tuhan selain Dia Yang Hidup, Yang
Berdiri Sendiri, Abadi, tak pernah terlena, tak pernah tidur. Milik-Nyalah
segala yang di langit, segala yang di bumi. Siapakah yang dapat memberi
perantaraan di hadapan-Nya tanpa izin-Nya? Ia mengetahui segala yang di depan
mereka dan segala yang di belakang mereka; mereka takkan mampu sedikit pun
menguasai ilmu-Nya kecuali yang dikehendaki-Nya. Singgasananya meliputi
langit dan bumi, dan tiada merasa berat Ia menjaga dan memelihara keduanya.
Ia Mahatinggi, Mahabesar. (Surat al-Baqarah, 255)
Allah tidak terikat oleh ruang dan bahwa Ia meliputi
segala sesuatu dinyatakan di ayat lain berikut ini :
Milik Allah timur dan barat : ke mana pun kamu
berpaling, di situlah kehadiran Allah. Allah Mahaluas, Mahatahu (Surat
al-Baqarah, 115)
Karena segala yang material itu merupakan cerapan,
materi-materi itu tidak bisa melihat Allah, tetapi Allah melihat materi yang Ia
ciptakan dengan segala bentuknya. Dalam Al-Qur’an, ini dinyatakan dengan :
"Ia tak tercapai oleh segala indera, tetapi Ia mencapai segala indera.
(Surat al-An'aam, 103)
Dengan kata lain, kita tidak bisa memahami Allah dengan
mata kita, tetapi Allah mencakup sisi dalam, dan luar kita, pandangan dan
pikiran kita. Kita tidak bisa melafalkan kata, bahkan bernafas, selain berkat
pengetahuan-Nya.
Ketika kita mengamati persepsi pancaindera dalam
kehidupan kita, yang keberadaannya terdekat dengan kita bukanlah salah satu
dari sensasi ini, melainkan Allah Sendiri. Rahasia ayat Al-Qur'an berikut
tersembunyi dalam kenyataan ini: "Kamilah Yang menciptakan manusia ... Kami
lebih dekat kepadanya daripada urat merihnya sendiri." (Surat Qaaf,
16). Ketika orang berpikir bahwa tubuhnya hanya terbuat dari
"materi", ia tidak bisa memahami fakta penting ini. Jika menggunakan
otaknya untuk menjadi "diri sendiri", lantas tempat yang ia cerap
sebagai bagian-luar ialah 20-30 cm jauhnya darinya. Namun, ketika ia memahami
bahwa tiada apa pun yang seperti zat, dan bahwa segalanya itu merupakan
imajinasi, maka gagasan seperti bagian luar, bagian dalam, itu menjadi jauh
atau hampir hilang maknanya. Allah meliputi dirinya dan Ia "selalu
dekat" dengannya.
Allah memberi tahu manusia bahwa Allah “selalu dekat”
dengan manusia dengan ayat "Bila ada hamba-Ku yang bertanya kepadamu
tentang Aku, Aku dekat sekali (dengan mereka)." (Surat al-Baqarah, 186).
Ayat lain menghubungkan fakta yang sama: "Kami berkata kepadamu bahwa
Tuhanmu meliputi umat manusia." (Surat al-Israa’, 60).
Manusia keliru mengira bahwa
yang terdekat dengannya ialah dirinya sendiri. Allah, sebenarnya, bahkan lebih
dekat dengan kita daripada diri kita sendiri. Dia telah mengarahkan perhatian
kita untuk hal ini dalam ayat "Mengapa tidak saat (nyata) sudah sampai
di kerongkongan, dan kamu ketika itu melihat? Kami lebih dekat dengannya
daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat"
(Surat al-Waaqi'ah, 83-85). Seperti yang disebutkan pada kita dalam
ayat ini, orang-orang hidup dengan tidak menyadari gejala ini karena mereka
tidak melihatnya dengan mata mereka sendiri.
Sebaliknya, mustahil bagi manusia, yang bukan lain
kecuali makhluk bayang-bayang, untuk mempunyai kekuatan dan terlepas dari
Allah. Ayat "Padahal Allah telah menciptakan kamu dan segala yang kamu kerjakan." (Surat
ash-Shaaffaat, 96) menunjukkan bahwa segala yang kita alami terjadi di
bawah kendali Allah. Dalam Al-Qur'an, realitas ini dinyatakan dalam ayat "Bukanlah
kau yang melempar ketika kau melempar, tetapi Allah yang melempar." (Surat
al-Anfaal, 17) yang dengan demikian, ditekankan bahwa tiada perbuatan yang
terlepas dari Allah. Karena manusia ialah makhluk bayang-bayang, ia sendiri
tidak melakukan tindakan melempar. Meskipun begitu, Allah memberi makhluk bayang-bayang
ini perasaaan diri. Sebenarnya, Allah menjalankan semua perbuatan. Jika
seseorang melakukan perbuatan sebagai dirinya sendiri, maka berarti ia menipu
dirinya sendiri.
Hal ini merupakan realitas. Mungkin ada orang yang tidak
ingin mengakui hal ini dan memikirkan dirinya sendiri sebagai makhluk yang
tidak terikat dari Allah; tetapi hal ini tidak mengubah sesuatu. Tentu saja,
penolakannya yang tidak bijaksana itu lagi-lagi dengan kemauan dan kehendak
Allah.
SEGALA YANG ANDA MILIKI PADA HAKIKATNYA SEMU
Sebagaimana yang dapat terlihat dengan jelas, fakta
ilmiah menyatakan bahwa “alam luar” tidak memiliki realitas materi dan bahwa
ini merupakan sekumpulan kesan yang disajikan untuk roh kita oleh Allah dengan
tiada henti dan abadi. Namun demikian, manusia biasanya tidak memasukkan, atau
tidak ingin dimasukkan, segalanya dalam konsep "alam luar".
Renungkanlah hal ini dengan jujur dan tegas. Anda akan
menyadari bahwa rumah, mebel, mobil—yang mungkin baru saja dibeli, kantor,
permata, rekening bank, almari pakaian, pasangan hidup, anak-anak, teman, dan
lain-lain yang anda miliki sebenarnya termasuk dalam alam luar yang bersifat
khayal yang tertuju kepada anda. Segala yang anda lihat, dengar, atau
rasakan—pendek kata—melalui panca indera sekitar anda merupakan bagian dari
"alam khayalan" ini: suara penyanyi favorit anda, kerasnya kursi yang
anda duduki, parfum yang baunya anda sukai, speedboat yang bergerak
cepat di atas air, kebun anda yang subur, komputer yang anda gunakan pada
pekerjaan anda, atau hi-fi anda yang berteknologi tercanggih...
Hal ini merupakan realitas, karena dunia hanya merupakan
sekumpulan kesan yang diciptakan untuk menguji manusia. Manusia diuji melalui
kehidupannya yang terbatas dengan persepsi yang tiada memiliki realitas.
Persepsi-persepsi ini disajikan dengan tujuan sebagai daya tarik. Fakta ini
disebutkan dalam Al-Qur'an:
Menjadi tampak indah bagi manusia kecintaan kepada yang
diingininya; perempuan-perempuan, putera-putera, emas dan perak yang
bertimbun-timbun, serta kuda pilihan yang diselar, binatang ternak dan tanah
ladang. Itulah harta benda dalam kehidupan dunia, tetapi kepada Allah itulah
tempat kembali terbaik. (Surat Aali
'Imraan, 14)
Sebagian besar manusia mengejar agamanya jauh dari
dayatarik harta benda, kekayaan, timbunan yang menggunung dari emas, perak,
dolar, rekening bank, kartu kredit, almari pakaian yang penuh dengan pakaian,
mobil model terbaru, pendek kata, segala bentuk kekayaan yang mereka miliki
atau diupayakan untuk dimiliki. Mereka hanya lebih menekankan dunia ini namun
melupakan akhirat. Mereka tertipu oleh dayatarik kehidupan dunia, dan lalai
untuk menegakkan shalat, memberi sedekah kepada kaum miskin, dan menjalankan
ibadah yang akan mensejahterakan mereka di hari kemudian. Mereka berkata, "Saya punya sesuatu
untuk dikerjakan", dan "Saya punya cita-cita", "Saya
bertanggung jawab", "Saya tidak punya cukup waktu", "Saya
punya sesuatu untuk diselesaikan", dan "Saya akan lakukan
nanti". Mereka menghabiskan kehidupannya hanya untuk memenuhi kehidupan
dunia. Dalam ayat "Mereka hanya mengetahui yang lahir dalam kehidupan
dunia, tetapi akhirat mereka lalaikan." (Surat ar-Ruum, 7), kesalahanpahaman ini dijelaskan.
KETERANGAN
HALAMAN 174
Jika kita
merenungkan dalam-dalam semua yang dikatakan di sini, kita akan segera
menyadari sendiri situasi ajaib yang luar biasa: bahwa semua kejadian di
dunia tidak lain kecuali imajinasi belaka...
|
Fakta yang kita gambarkan di bab ini, yaitu bahwa segala
sesuatu merupakan kesan, sangat penting karena implikasinya yang menyebabkan
segala nafsu dan batas-batas menjadi tiada berarti. Pembuktian fakta ini
menjelaskan bahwa segala yang orang miliki atau yang diusahakan keras untuk
dimiliki—kekayaan yang dicari dengan rakus, anak-anak yang mereka banggakan,
pasangan hidup yang mereka anggap paling dekat dengannya, teman-teman, tubuh
mereka, status sosial yang mereka yakini terpandang, sekolah yang mereka
hadiri, hari libur yang mereka isi—tiada berarti selain sekadar ilusi. Karena
itu, segala upaya, waktu yang dihabiskan, dan ketamakannya, terbukti sia-sia
belaka.
Inilah penyebab banyak orang membodohi diri-sendiri
ketika mereka menimbun harta dan kekayaan atau “kapal yachts,
helikopter, saham, rumah dan tanah" seolah-olah benar-benar ada.
Orang-orang itu memamerkan kapal yacht, mobil, tiada henti membicarakan
kekayaan mereka, menganggap kedudukan mereka lebih tinggi dari orang lain, dan
tetap mengira bahwa mereka berhasil karena semua ini; mereka semestinya
benar-benar memikirkan jenis keadaan yang akan mereka temukan sendiri di dalamnya
segera setelah menyadari bahwa kesuksesan itu tiada lain kecuali ilusi belaka.
Pemandangan ini juga terlihat berulang kali dalam mimpi.
Dalam mimpi, mereka juga mempunyai rumah, mobil yang melaju cepat, permata yang
sangat indah, tumpukan dolar, emas dan perak. Dalam mimpi, mereka juga
berkedudukan tinggi, mempunyai pabrik sendiri dengan jutaan pekerja, memiliki
kekuasaan atas banyak orang, dan mengenakan pakaian yang dikagumi oleh setiap
orang. Sebagaimana orang yang membanggakan miliknya terjaga dari mimpinya akan
ditertawakan, ia pasti juga akan diejek bila memamerkan kesan yang ia lihat di
dunia ini. Apa yang ia lihat baik yang ada dalam mimpi maupun di dunia hanya
merupakan kesan di dalam benaknya.
Begitu pula, cara orang bereaksi terhadap peristiwa yang
mereka alami di dunia akan membuat mereka merasa malu ketika mereka menyadari
realitasnya. Mereka yang berselisih satu dengan yang lain, berdebat
mati-matian, menipu, menyuap, memalsukan, berbohong, kikir, banyak melakukan
kesalahan kepada orang lain, memukul, dan mengutuk orang lain, sewenang-wenang,
bernafsu mengejar jabatan dan kedudukan, iri hati, dan pamer, akan tercemar
ketika mereka menyadari telah melakukan semua ini di alam mimpi.
Karena Allah menciptakan semua kesan ini, Pemilik Akhir
segala yang ada dan tiada ialah Allah sendiri. Fakta ini ditekankan dalam
Al-Qur'an:
Milik Allah segala yang di langit dan yang di bumi. Dan Ia meliputi segala sesuatu (Surat an-Nisaa’, 126)
Sungguh merupakan kebodohan besar mencampakkan agama demi
memenuhi hawa nafsu yang bersifat khayalan dan kehilangan kehidupan kekal yang
berarti kehilangan selama-lamanya.
Pada tahap ini, satu hal mesti diperhatikan. Ini tidak
berarti bahwa "hak milik, kekayaan, anak, pasangan hidup, teman, kedudukan
yang anda miliki yang dengannya anda menjadi bakhil atau kikir, akan sirna
cepat atau lambat, dan karena itu tidak berarti apa-apa", tetapi bahwa
"semua milik yang tampaknya anda miliki itu benar-benar tidak ada, tetapi
semuanya itu hanya mimpi yang terdiri dari kesan-kesan yang Allah tunjukkan
kepada anda untuk menguji anda". Seperti yang anda lihat, ada perbedaan
mencolok antara dua pernyataan tersebut.
Meski manusia tidak ingin segera mengakui kebenaran ini dan
justru menipu diri-sendiri dengan menganggap bahwa segala yang ia miliki
benar-benar ada, ia akhirnya meninggal dan di hari kemudian segalanya akan
jelas ketika kita dibangkitkan lagi. Pada hari itu "tajamlah mata
manusia" (Surat Qaaf, 22) dan kita akan melihat segalanya lebih
jelas. Meskipun demikian, jika kita telah menghabiskan kehidupan kita mengejar
tujuan yang bersifat khayalan itu, kita akan berkeinginan tidak pernah hidup
dalam kehidupan ini dan berkata "Wahai! Cobalah kematian cukup
menyudahi aku! Harta kekayaanku tak bermanfaat
bagiku! Kekuasaanku pun hancur semua!” (Surat al-Haaqqah, 27-29).
Di sisi lain, yang semestinya dilakukan oleh orang
bijaksana adalah berupaya memahami realitas terbesar alam semesta di sini di
dunia ini, ketika ia masih punya banyak waktu. Kalau tidak, ia akan
menghabiskan seluruh hidupnya mengejar impian dan menghadapi hukuman yang
menyedihkan pada akhirnya. Dalam Al-Qur'an, keadaan akhir manusia yang mengejar
ilusi (atau khayalan) di dunia ini dan melupakan Penciptanya, dinyatakan
sebagai berikut:
Tetapi mereka yang kafir, amal mereka seperti
bayangan di padang pasir, yang oleh
orang yang sedang kehausan dikira air, sehingga bila ia sampai ke tempatnya,
tak ada apa-apa, tetapi yang ditemuinya Allah bersama dia, dan Allah membuat
perhitungan. (Surat an-Nuur, 39)
RUSAKNYA LOGIKA MATERIALISME
Dari awal bab ini, jelas dinyatakan bahwa zat tidak
mempunyai keberadaan mutlak, tidak seperti pernyataan penganut materialisme,
tetapi merupakan sekumpulan kesan indera yang diciptakan oleh Allah. Penganut
materialisme menolak realitas bukti ini, yang merusak filsafat mereka, dengan
cara yang sangat dogmatis dan mengemukakan antitesis yang tidak berdasar.
Contohnya, salah satu pembela terbesar filsafat
materialisme di abad 20, seorang Marxis yang tekun, George Politzer,
untuk keberadaan zat, memberikan "contoh bus" sebagai
"bukti terbesar". Menurut Politzer, para filsuf yang berpikir bahwa
zat hanya merupakan persepsi yang bergerak menjauh seperti ketika mereka
melihat sebuah bus akan bergerak dan hal ini merupakan bukti keberadaan fisik
zat.34
Ketika penganut materialisme lain yang terkemuka,
Johnson, mengatakan bahwa zat itu merupakan sekumpulan persepsi, ia berupaya
membuktikan keberadaan fisik batu dengan menendangnya.35
Contoh serupa diberikan oleh Friedrich Engels,
penasehat Politzer dan, bersama dengan Karl Marx, pendiri materialisme
dialektik. Ia menulis, "jika kue yang kita makan hanya merupakan
persepsi, maka kue itu tidak akan menghentikan rasa lapar kita".36
Ada contoh serupa dan beberapa kalimat seperti "anda
memahami keberadaan zat jika anda terbanting jatuh di permukaan" di
buku-buku penulis materialisme terkenal seperti Marx, Engels, Lenin dan
lain-lain.
Pemahaman salah yang memberi jalan untuk contoh-contoh
materialisme ini adalah menafsirkan "zat ialah persepsi" sebagai
"zat merupakan permainan cahaya". Mereka mengira bahwa persepsi
terbatas untuk dilihat dan bahwa indera lain seperti sentuhan mempunyai
korelasi fisik. Sebuah bus yang menabrak seseorang membuat mereka berkata
"awas, bus menabrak, karena itu bukan persepsi". Mereka tidak
memahami bahwa semua persepsi yang dialami selama bus menabrak, seperti keras,
tabrakan, sakit, juga terbentuk dalam otak.
CONTOH MIMPI
Contoh paling baik untuk menjelaskan realitas ini ialah
mimpi. Orang dapat menggelinding di tangga dan mematahkan kakinya, mengalami
kecelakaan mobil yang serius, terjepit di bawah bus, atau makan kue dan
kenyang. Peristiwa sama yang dialami dalam kehidupan sehari-hari juga dialami
dalam mimpi dengan indera sama tentang realitas mereka, dan menimbulkan
perasaan sama pada kita.
Seseorang yang bermimpi tertabrak oleh bus dapat membuka
matanya lagi di rumah sakit dalam mimpinya dan memahami bahwa ia cacat, tetapi
semua itu adalah mimpi. Ia juga dapat bermimpi bahwa ia meninggal dalam
kecelakaan mobil, malaikat kematian merenggut nyawanya, dan kehidupannya di
akhirat dimulai. (Peristiwa yang disebut terakhir ini dialami dengan cara yang
sama dalam kehidupan ini yang, sebagaimana mimpi, merupakan persepsi).
Orang ini mencerap kesan, suara, rasa padat, cahaya,
warna, dan semua perasaan lain yang berkenaan dengan kejadian yang ia alami
dalam mimpinya dengan sangat kuat dan tajam. Persepsi yang ia alami dalam
mimpinya sama alaminya dengan persepsi dalam kehidupan "nyata". Kue
yang ia makan dalam mimpinya membuatnya kenyang meskipun kue itu merupakan
cerapan perasaan mimpi saja, karena, merasa kenyang juga merupakan persepsi
perasaan-mimpi. Bagaimanapun, dalam kenyataannya, orang ini sedang berbaring di
tempat tidur pada saat itu. Tidak ada tangga,
lalulintas, atau pun bus sama sekali. Orang yang bermimpi mengalami dan melihat
persepsi dan perasaan yang tidak ada di alam luar. Fakta bahwa dalam mimpi,
kita mengalami, melihat, dan merasakan kejadian dengan tanpa korelasi fisik di
alam luar dengan sangat gamblang menjelaskan bahwa dunia luar tempat kita hidup
ini sepenuhnya semata-mata terdiri dari persepsi-persepsi.
Yang percaya akan filsafat materialisme, terutama Marxis,
akan membantah keras realitas ini, yakni esensi zat. Mereka mengutip contoh
dari penalaran semu Marx, Engels, atau pun Lenin dan membuat
pernyataan secara emosional.
Akan tetapi, orang-orang ini mesti berpikir bahwa mereka
juga mengutarakan pendapatnya secara luas ini dalam mimpi mereka. Dalam mimpi,
mereka juga dapat membaca "Das Kapital", mengikuti pertemuan,
berkelahi dengan polisi, dipukul di kepala, dan terasa sakit lukanya. Bila
ditanya dalam mimpi, mereka akan mengira bahwa yang mereka alami dalam mimpi
itu juga terdiri dari "zat mutlak", seperti mereka menganggap
"zat mutlak" benda-benda yang mereka lihat ketika mereka bangun.
Namun, entah dalam mimpi entah dalam kehidupan mereka sehari-hari, semua yang
mereka lihat, alami, atau pun rasakan hanya terdiri dari persepsi-persepsi.
KETERANGAN
HALAMAN 179
DUNIA DALAM MIMPI
Bagi anda,
realitas ialah semua yang bisa disentuh dengan tangan dan dilihat dengan
mata. Dalam mimpi anda juga "bisa menyentuh dengan tangan dan melihat
dengan mata anda", tetapi dalam kenyataan, anda kemudian tidak mempunyai
tangan atau mata, atau pun tidak ada hal yang bisa disentuh atau dilihat.
Tidak ada realitas materi yang membuat benda-benda ini terjadi kecuali otak
anda. Anda hanya tertipu.
Apa yang
memisahkan kehidupan nyata dari mimpi? Pada puncaknya, kedua bentuk kehidupan
ini masuk menjadi ada dalam otak. Jika kita bisa hidup dengan mudah dalam
dunia tak nyata selama kita bermimpi, hal tersebut berlaku pula untuk dunia
yang kita tempati saat kita bangun. Ketika kita bangun dari mimpi, tidak ada
alasan logis untuk tidak berpikir bahwa kita telah memasuki mimpi yang lebih
panjang yang disebut "kehidupan nyata". Alasan kita menganggap
khayal mimpi kita dan menganggap 'nyata' dunia ini hanya merupakan hasil dari
kebiasaan dan prasangka kita. Hal ini menjelaskan bahwa kita bisa dibangunkan
dari kehidupan di dunia, yang kita
kira kita tinggali saat ini, seperti halnya kita dibangunkan dari mimpi.
|
CONTOH MENGHUBUNGKAN SYARAF SECARA PARALEL
Mari kita perhatikan contoh tabrakan mobil yang
dikemukakan oleh Politzer yang menceritakan seseorang yang tertabrak mobil.
Jika syaraf orang yang tertabrak yang bergerak dari pancainderanya ke otaknya,
terhubung ke orang lain, otak Politzer misalnya, dengan hubungan paralel, maka
pada saat bus menabrak orang itu, bus itu juga menabrak Politzer yang duduk di
rumah pada saat itu juga. Semua perasaan yang dialami oleh orang yang mengalami
kecelakan itu dialami juga oleh Politzer, sama persis dengan lagu yang
terdengar dari dua pengeras suara yang berbeda yang terhubung ke tape
recorder yang sama. Politzer merasakan, melihat, dan mengalami penabrakan bus,
sentuhan bus di tubuhnya, kesan lengan patah dan berdarah, retak, kesan ia
memasuki ruang operasi, kerasnya tuangan plaster, dan rapuhnya lengannya.
Setiap orang yang dihubungkan dengan syaraf-syaraf orang
tersebut secara paralel akan mengalami kecelakaan dari awal hingga akhir persis
seperti Politzer. Jika orang yang tertimpa kecelakaan tersebut mengalami koma,
maka mereka semuanya pun akan jatuh koma. Lagipula, jika semua persepsi yang
ada kaitannya dengan kecelakaan mobil itu direkam di suatu alat dan jika semua
persepsi ini dikirimkan ke seseorang berulang kali, maka bus itu akan menabrak
orang ini berulang kali.
Jadi, bus manakah yang sesungguhnya menabrak orang-orang
itu? Jika syaraf-syaraf organ indera Engels, yang merasa kenyang dan berisi
penuh roti dalam perutnya setelah memakan kue, dihubungkan ke otak orang kedua
secara paralel, maka orang itu juga akan merasa kenyang ketika Engels makan kue
dan kenyang. Jika syaraf-syaraf Johnson, yang merasa nyeri di kakinya ketika ia
menendang keras sebuah batu, dihubungkan ke orang kedua secara paralel, maka
orang itu akan merasakan kenyerian yang sama.
Jadi, kue atau batu manakah yang nyata? Filsafat
materialisme lagi-lagi gagal memberi jawaban yang konsisten atas pertanyaan
ini. Jawaban yang benar dan konsisten ialah berikut ini: baik Engels maupun
orang kedua telah makan kue dalam benak mereka dan kenyang; baik Johnson maupun
orang kedua telah sepenuhnya mengalami kejadian penendangan batu dalam benak
mereka.
Mari kita buat perubahan di contoh yang kami berikan
tentang Politzer. Mari kita hubungkan syaraf orang yang tertabrak bus dengan
otak Politzer, dan syaraf Politzer yang sedang duduk di rumahnya ke otak orang
yang tertabrak tersbut. Orang yang sebenarnya tertabrak bus itu tidak akan
pernah merasakan dampak kecelakaan itu dan mengira bahwa ia sedang duduk di
rumah Politzer. Logika yang sama persis dapat diterapkan terhadap contoh
kue dan batu tadi.
Seperti yang kita lihat, manusia tidak mungkin melampaui
inderanya dan melepaskannya. Dalam hal ini, jiwa manusia terbuka terhadap semua
jenis gambaran kejadian fisik meskipun tidak mempunyai badan fisik dan tanpa
keberadaan material atau pun bobot material. Manusia tidak mungkin menyadari
hal ini karena ia menganggap kesan tiga dimensi ini nyata dan keberadaannya
pasti, karena setiap orang tergantung pada persepsi yang dialami oleh
organ-organ inderanya.
Filsuf Inggris terkenal David Hume mengungkapkan
pikirannya tentang fakta ini:
Dengan berbicara blak-blakan, ketika saya memasukkan diri
saya di sesuatu yang saya sebut "saya sendiri", saya selalu menjumpai
penginderaan khusus yang mengenai panas atau dingin, terang atau gelap, cinta
atau benci, pahit atau manis atau keadaan-keadaan lainnya. Tanpa keberadaan
persepsi, saya tidak pernah dapat mencerap diri saya sendiri pada waktu
tertentu dan saya tidak bisa mengamati apa pun kecuali persepsi.37
PEMBENTUKAN PERSEPSI DI OTAK BUKAN FILSAFAT MELAINKAN
FAKTA ILMIAH
Penganut materialisme menyatakan bahwa yang kita
bicarakan di sini ialah pandangan filosofis. Namun, berpendapat bahwa
"dunia luar", sebagaimana kita menyebutnya, merupakan sekumpulan
persepsi bukan materi filsafat, melainkan fakta ilmiah biasa. Jalan pembentukan
kesan dan perasaan di dalam otak diajarkan dengan rinci di sekolah-sekolah kedokteran.
Fakta-fakta ini, yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20 khususnya
fisika, jelas menunjukkan bahwa zat tidak mempunyai realitas mutlak dan bahwa,
dalam ertian tertentu, setiap orang sedang menyaksikan "monitor di
otaknya".
Semua orang yang mempercayai ilmu pengetahuan, yang
atheis, yang Buddhis, atau pun orang yang menganut pandangan lain, harus
menerima fakta ini. Penganut materialisme bisa menolak keberadaan Pencipta,
tetapi ia tidak bisa menolak realitas ilmiah ini.
Ketidakmampuan Karl Marx, Friedrich Engels, George
Politzer dan lain-lain untuk memahami fakta dan bukti yang sedemikian sederhana
itu masih mengherankan, meskipun tingkat pemahaman ilmiah pada zaman mereka
mungkin tidak memadai. Di zaman kita, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat
canggih dan penemuan-penemuan mutakhir mempermudah kita untuk memahami fakta
ini. Sebaliknya, penganut materialisme diliputi dengan ketakutan untuk memahami
fakta ini, bahkan sekalipun sebagian saja, dan menyadari betapa pasti hal ini
melumpuhkan filsafat mereka.
KEKHAWATIRAN HEBAT PARA MATERIALIS
Untuk sementara, tidak ada tanggapan mendasar yang
berasal dari kalangan materialis Turki tentang pokok bahasan yang dikemukakan
dalam buku ini, yaitu fakta bahwa zat adalah persepsi belaka. Ini memberi kita
kesan bahwa gagasan kita tidak begitu terang sehingga perlu dijelaskan lebih
lanjut. Namun, lama sebelumnya, terungkap bahwa penganut materialisme merasa
sangat tidak nyaman mengenai kepopuleran pokok bahasan ini, dan merasakan
ketakutan yang besar tentang ini.
Beberapa kali, para penganut materialisme menyuarakan
dengan keras ketakutan dan kepanikan mereka dalam penerbitan, konferensi, dan
lokakarya mereka. Wacana mereka yang gelisah dan tiada berpengharapan
mengisyaratkan bahwa mereka menderita krisis intelektual yang parah. Keruntuhan
ilmiah teori evolusi, yang dianggap sebagai dasar filsafat mereka, telah sangat
menggoncangkan mereka. Kini, mereka mulai menyadari bahwa mereka mulai
kehilangan materi itu sendiri, yang merupakan arus utama yang lebih besar bagi mereka
daripada Darwinisme, dan mereka sedang mengalami goncangan yang bahkan lebih
besar. Mereka mengumumkan bahwa masalah ini merupakan "ancaman
terbesar" bagi mereka dan secara total “mengoyak struktur kebudayaan
mereka”.
Salah seorang yang paling keras mengungkapkan kecemasan
dan kepanikan yang dirasakan oleh kalangan materialis ialah Rennan Pekunlu,
seorang akademisi di samping penulis majalah Bilim ve Utopya (Sains dan
Utopia) yang mengaku bertugas membela materialisme. Baik dalam artikelnya di Bilim
ve Utopya maupun dalam lokakarya yang ia hadiri, Pekunlu memperlihatkan
buku Evolution Deceit karya Harun Yahya sebagai ancaman nomor satu
terhadap materialisme. Yang mengusik Pekunlu yang bahkan lebih mengancam
daripada bab-bab yang membatilkan Darwinisme ialah bagian yang baru saja anda
baca. Kepada pemirsa dan pembacanya, Pekunlu menyampaikan pesan, "jangan
biarkan diri anda terhanyut oleh indoktrinasi idealisme dan tetap yakinlah anda
terhadap materialisme". Ia mengutip Vladimir I. Lenin, pemimpin revolusi
komunis berdarah di Rusia, sebagai acuan. Dengan menyarankan agar setiap orang
membaca buku klasik Lenin yang berjudul Materialism and Empirio-Criticism,
Pekunlu mengulangi nasihat Lenin, "jangan berpikir tentang masalah ini,
atau anda akan keluar dari jalur materialisme dan hanyut oleh agama".
Dalam sebuah artikel ia menulis di majalahnya yang tadi disebut, ia mengutip
baris-baris berikut ini dari Lenin:
Sekali anda menolak kenyataan obyektif, yang sampai
kepada kita secara inderawi, anda telah kehilangan semua senjata melawan
fideisme, karena anda tergelincir ke dalam agnostisisme atau subyektivisme—dan
itu sajalah yang dibutuhkan oleh fideisme. Sepasang cakar terjerat, dan si
burung lenyap. Dan Jago-jago kita semuanya terjerat dalam idealisme, yaitu
dalam fideisme yang licin; mereka terjerat sejak saat mereka menganggap
"sensasi" bukan sebagai kesan dari alam luar melainkan sebagai
"unsur" khusus. Ini bukan sensasi siapa pun, benak siapa pun, roh
siapa pun, kehendak siapa pun.38
Kata-kata ini jelas menunjukkan bahwa fakta
mengkhawatirkan ini, yang oleh Lenin disadari dan hendak dikeluarkan baik dari
benaknya maupun benak “rekan-rekannya”, juga mengusik para materialis dengan
cara sama. Meski begitu, Pekunlu dan para materialis lain menderita kesulitan yang
lebih besar; karena mereka sadar bahwa fakta ini sekarang dikemukakan dengan
cara yang lebih gamblang, lebih pasti dan lebih meyakinkan daripada 100 tahun
silam. Untuk pertama kali dalam sejarah dunia, pokok bahasan ini dijelaskan
dengan cara yang sedemikian menarik.
KETERANGAN
HALAMAN 183
Rennan Pekunlu,
penulis materialis Turki, mengatakan bahwa “teori evolusi tidak begitu
penting, ancaman nyatanya adalah subyek ini”, karena ia sadar bahwa subyek
ini menihilkan materi, satu-satunya konsep yang ia yakini.
|
Meskipun demikian, gambaran umumnya ialah bahwa sejumlah
besar ilmuwan materialis masih mengambil sikap yang sangat dangkal terhadap
fakta bahwa "zat itu tiada lain kecuali sebuah ilusi". Pokok bahasan
yang dijelaskan di bab ini ialah satu pokok bahasan terpenting dan paling
menarik yang pernah mereka temui dalam kehidupan mereka. Mereka tidak
berkesempatan menghadapi pokok bahasan yang sedemikian penting ini sebelumnya.
Namun, reaksi para ilmuwan ini atau pun metode yang mereka terapkan dalam
ceramah dan artikel mereka mengisyaratkan betapa dangkal dan semu pemahaman
mereka.
Reaksi beberapa materialis terhadap subyek yang dibahas
di sini menunjukkan bahwa kesetiaan mereka yang membabi buta kepada
materialisme telah membahayakan logika mereka. Karena alasan ini, mereka jauh
terlepas dari pemahaman pokok bahasan itu. Contohnya, Alaatin Senel, seorang
akademisi dan penulis majalah Bilim ve Utopya, mengungkapkan sentimen yang
serupa dengan kata-kata Rennan Pekunlu, "Lupakan runtuhnya Darwinisme,
masalah yang sebenarnya mengancam adalah
masalah ini". Dengan merasa bahwa filsafatnya sendiri tidak
berdasar, ia membuat tuntutan seperti "buktikan kata-kata anda!".
Yang lebih menarik, penulis ini menulis sendiri bahwa ia tidak bisa mengerti
akan fakta ini, yang ia anggap sebagai ancaman.
Contohnya, dalam artikel yang membahas masalah ini secara
eksklusif, Senel sependapat bahwa alam luar dicerap di otak sebagai kesan.
Namun demikian, ia mengklaim bahwa kesan terbagi menjadi dua: yang mempunyai
korelasi fisik dan yang tidak, dan bahwa kesan yang berhubungan dengan dunia
luar mempunyai korelasi fisik. Untuk mendukung pernyataannya, ia memberi
"contoh telepon". Pendek kata, ia menulis: "saya tidak tahu
apakah kesan-kesan di otak saya mempunyai korelasi dengan dunia luar ataukah
tidak, tetapi hal tersebut berlaku pula ketika saya berbicara di telepon.
Ketika berbicara di telepon, saya tidak bisa melihat lawan bicara tetapi saya
dapat mengkonfirmasikan pembicaraan ini bila kemudian saya bertemu langsung
dengannya."39
Dengan mengatakan demikian, penulis ini sesungguhnya
bermaksud: "Jika kita meragukan penginderaan kita, kita bisa melihat
materi itu sendiri dan memeriksa realitasnya." Meski demikian, hal ini
merupakan kesalahpahaman bukti, karena kita tidak mungkin menjangkau materi itu
sendiri. Kita tidak mungkin mengeluarkan benak kita dan mengetahui hal-hal
yang ada "di luar". Apakah suara di telepon berkorelasi ataukah
tidak, dapat dikonfirmasikan oleh orang tersebut di ujung lainnya. Meski
begitu, konfirmasi ini juga kesan, yang dialami di benak tersebut.
Orang-orang ini juga mengalami kejadian yang sama dalam
mimpi-mimpi mereka. Contohnya, Senel juga bisa melihat dalam mimpinya bahwa ia
berbicara di telepon dan kemudian mengadakan pembicaraan yang dikonfirmasikan
oleh orang yang ia ajak bicara. Pekunlu bisa merasakan sendiri dalam mimpinya
bahwa ia menghadapi "ancaman serius" dan menyarankan orang-orang agar
membaca buku-buku klasik karya Lenin. Namun, tidak peduli apa yang mereka
kerjakan, para materialis ini tidak bisa menyangkal bahwa kejadian yang mereka
alami dan orang-orang yang mereka bicarakan dalam mimpi mereka tidak lain
kecuali persepsi.
Lantas, siapa yang akan mengecek apakah kesan-kesan di
otak memiliki korelasi ataukah tidak? Makhluk bayangan di otak? Sudah pasti,
para materialis mustahil menemukan sumber informasi yang bisa memberi data
mengenai luar otak dan mengkonfirmasikannya.
Dengan mengakui bahwa semua persepsi terbentuk di otak,
tetapi menganggap bahwa orang bisa “keluar” dari ini dan mempunyai persepsi
yang dikonfirmasi oleh dunia luar yang nyata, mengungkapkan bahwa kemampuan
intelektual manusia terbatas dan bahwa penalarannya menyimpang.
Namun, siapa saja dengan tingkat pemahaman dan penalaran
yang normal bisa dengan mudah memahami fakta-fakta ini. Setiap orang yang tidak
menyimpang tahu, sehubungan dengan semua yang telah kita katakan, bahwa
mustahil baginya menguji keberadaan dunia luar dengan inderanya. Akan tetapi,
tampak bahwa kesetiaan yang membabi buta kepada materialisme menyimpangkan
kemampuan penalaran manusia. Karena alasan ini, para materialis kontemporer
menampilkan kelemahan logika yang fatal dalam penalaran mereka persis seperti
para guru mereka yang berupaya "membuktikan" keberadaan zat dengan
menendang batu atau memakan kue.
Juga dikatakan bahwa ini bukan situasi yang mengherankan,
karena ketidakmampuan memahami merupakan sifat umum kaum kafir. Dalam
Al-Qur’an, Allah pada khususnya menyatakan bahwa mereka “orang yang tidak
berakal” (Surat al-Maai'dah, 58).
MATERIALISME TERJERUMUS KE DALAM PERANGKAP TERBESAR
SEJARAH
Suasana kepanikan yang melanda kalangan materialis di
Turki, yang beberapa contohnya telah kami sebut, menunjukkan bahwa para
penganut materialisme menghadapi kerusakan parah, yang tidak pernah mereka
temui sebelumnya dalam sejarah. Bahwa zat hanya suatu persepsi telah dibuktikan
oleh ilmu pengetahuan modern dan dikemukakan dengan cara yang sangat jelas,
lurus, dan kuat. Para penganut
materialisme hanya bisa melihat dan mengakui jatuhnya seluruh dunia material
yang secara membabi buta mereka percayai dan andalkan.
Pemikiran materialis selalu ada sepanjang sejarah
manusia. Dengan penuh percaya diri dan dengan filsafat yang mereka yakini,
mereka menentang Allah yang menciptakan mereka. Skenario yang mereka rumuskan
bersikeras bahwa zat tidak mempunyai awal atau pun akhir, dan bahwa semua ini
tidak mungkin mempunyai Pencipta. Karena kesombongan mereka, mereka menolak
Allah dan melindungi materi, yang mereka anggap mempunyai keberadaan nyata.
Mereka begitu percaya dengan filosofi
ini. Mereka kira mustahil dikemukakan suatu penjelasan yang membuktikan
kebalikannya.
Karena itulah fakta-fakta yang dibicarakan dalam buku ini
yang berkenaan dengan hakikat zat yang sebenarnya itu amat mengejutkan
orang-orang ini. Hal yang telah dibicarakan di sini menghancurkan dasar
filosofi mereka dan tidak memungkinkan pembahasan lebih lanjut. Zat, yang
menjadi dasar semua pemikiran, kehidupan, kesombongan dan penolakan mereka,
semuanya sirna seketika. Bagaimana bisa ada materialisme jika tidak ada
materi?
Salah satu sifat Allah ialah perencanaan-Nya terhadap
kaum kafir. Hal ini dinyatakan di ayat “Mereka menyusun rencana, dan Allah
juga membuat rencana, namun Allah perencana terbaik.” (Surat al-Anfaal, 30)
Allah menjebak para materialis dengan membuat mereka
beranggapan bahwa ada zat dan merendahkan mereka dengan cara yang tidak
terlihat. Para materialis menganggap bahwa barang mereka, status, kedudukan,
masyarakat yang mereka miliki, seluruh dunia dan segala hal lain benar-benar
ada dan semakin sombong kepada Allah dengan mengandalkan hal-hal ini. Mereka
menentang Allah dengan sombong dan semakin tidak beriman. Ketika melakukan
demikian, mereka sepenuhnya mengandalkan materi. Akan tetapi, mereka begitu
kurang memahami sehingga mereka gagal berpikir bahwa Allah meliputi mereka. Allah
mengumumkan keadaan yang akan menimpa orang-orang kafir sebagai akibat dari
keras-kepala mereka:
Ataukah mereka bermaksud menipu? Tetapi mereka
yang tak beriman itulah yang tertipu! (Surat ath-Thuur, 42)
Hal ini mungkin merupakan kerusakan mereka yang terbesar
dalam sejarah. Ketika semakin sombong, para materialis itu terjebak dan
menderita kerusakan serius dalam perang yang mereka biayai melawan Allah dengan
mengemukakan sesuatu yang amat bertentangan dengan Allah. Ayat “Begitulah
Kami tempatkan dalam setiap kota
pemuka-pemuka orang yang jahat supaya mengadakan tipu muslihat di situ, tetapi
mereka hanya menipu diri sendiri tanpa menyadari” mengungkap betapa tak sadar
orang-orang yang menentang Pencipta mereka ini, dan mengungkap bagaimana
ujung-ujungnya (Surat al-An'aam, 123). Dalam ayat lain, fakta serupa dikaitkan
sebagai:
Mereka hendak menipu Allah dan orang beriman, tetapi
mereka hanya menipu diri sendiri, dan tidak mereka sadari! (Surat al-Baqarah,
9)
Ketika orang kafir mencoba merencanakan, mereka tidak
menyadari suatu fakta yang sangat penting yang ditekankan dengan kata-kata
"mereka hanya menipu diri sendiri, dan tidak mereka sadari!" dalam
ayat itu. Inilah yang nyata bahwa segala yang mereka alami adalah suatu
imajinasi yang dirancang untuk dicerap oleh mereka, dan semua rencana yang
mereka kemukakan hanya kesan-kesan yang terbentuk di otak mereka persis seperti
setiap adegan lain yang mereka perankan. Kebodohan mereka membuat mereka lupa
bahwa mereka semua sendirian dengan Allah dan, karena itu, mereka terperangkap
dalam rencana mereka sendiri yang berliku-liku.
Tidak berbeda dari orang kafir yang hidup di masa silam,
orang kafir yang hidup di zaman sekarang menghadapi suatu kenyataan yang akan
menyebarkan rencana berlika-liku mereka dengan landasan mereka. Dengan ayat "...
diperdayakan oleh setan-setan” (Surat al-An’aam, 71), Allah berfirman bahwa
rencana ini berakhir dengan kegagalan pada hari perencanaannya. Allah
menyampaikan berita baik kepada orang beriman dengan ayat "... Tipu
muslihat mereka sama sekali tidak merugikan kamu." (Surat Aali ‘Imraan, 120)
Dalam ayat lain, Allah berfirman: "Tetapi mereka
yang kafir, amal mereka sepreti bayangan di padang pasir, yang oleh orang yang
sedang kehausan dikira air, sehingga bila ia sampai ke tempatnya, tak ada
apa-apa, tetapi yang ditemuinya Allah bersama dia, dan Allah membuat
perhitungan." (Surat an-Nuur, 39). Materialisme juga menjadi suatu
"bayangan" bagi yang memberontak seperti yang dinyatakan dalam ayat
ini; bila mereka menemukan jalan lain, mereka tidak mendapati apa-apa selain
ilusi. Allah menipu mereka dengan bayangan sedemikian, dan memperdaya mereka
sehingga mereka mencerap seluruh kumpulan kesan ini sebagai sesuatu yang nyata.
Semua orang yang "terkemuka", profesor, astronom, biolog, fisikawan,
dan lain-lain, apa pun kedudukan dan status mereka, terperdaya begitu saja
seperti anak-anak, dan terhina karena mereka mengambil materi sebagai tuhan
mereka. Dengan menganggap sekumpulan kesan itu mutlak, mereka mendasarkan
filosofi dan ideologi mereka pada sekumpulan kesan itu, menjadi terlibat dalam
diskusi serius, dan menggunakan wacana yang disebut "intelektual".
Mereka menganggap mereka cukup bijaksana menawarkan suatu argumen tentang
kebenaran alam semesta dan, yang lebih penting, menentang Allah dengan
intelegensi mereka yang terbatas. Allah menerangkan
situasi mereka dalam ayat berikut ini:
Mereka menyusun rencana, dan Allah juga membuat rencana,
namun Allah perencana terbaik. (Surat Aali
'Imraan, 54)
Lari dari beberapa rencana mungkin bisa; namun, rencana
Allah terhadap orang kafir ini sangat mantap sehingga tiada jalan untuk keluar
dari rencana itu. Tidak peduli apa yang mereka lakukan atau siapa yang mereka
pikat, mereka tidak pernah menemukan penolong selain Allah. Seperti firman
Allah dalam Al-Qur'an, "Mereka takkan mendapatkan pelindung dan
penolong selain Allah."(Surat an-Nisaa’, 173)
Para materialis tiada pernah menduga terjerumus dalam
perangkap sedemikian itu. Dengan memiliki semua sarana penyelesaian abad ke-20,
mereka mengira bisa memperkokoh kekafiran mereka dan mempengaruhi orang-orang
agar tidak beriman. Allah menggambarkan mentalitas abadi orang kafir dan akhir
riwayat mereka dalam al-Qur'an sebagai berikut:
Mereka menyusun rencana, dan kami pun membuat rencana,
sementara mereka tidak menyadari. Maka lihatlah, bagaimana akibat rencana
mereka; Kami binasakan mereka dan golongan mereka semua. (Surat an-Naml, 50-51)
Di tingkat lain, inilah maksud ayat-ayat itu: pengikut
materialisme dibuat menyadari bahwa segala yang mereka miliki adalah ilusi, dan
karena itu segala yang mereka miliki binasa. Saat mereka menyaksikan
harta, pabrik, emas, uang, anak, pasangan hidup, teman, kedudukan dan status,
dan bahkan tubuh mereka sendiri, semua yang mereka anggap ada itu terlepas jauh
dari tangan mereka, semuanya "binasa" seperti yang difirmankan
di ayat 51 Surat an-Naml. Dalam hal ini, semua itu bukan lagi kesatuan materi,
melainkan jiwa.
Tentu saja, menyadari kebenaran ini merupakan situasi
yang mungkin terburuk bagi para materialis. Begitu juga fakta bahwa segala yang
mereka miliki hanya ilusi atau, dengan kata lain, "mati sebelum
meninggal" di dunia ini.
Kenyataan ini membiarkan mereka sendirian dengan Allah.
Dengan ayat, "Biarlah Aku (berhadapan) dengan makhluk yang Aku ciptakan
(telanjang dan) seorang diri!” (Surat al-Muddatstsir, 11), Allah
menyeru kita untuk mengikuti fakta bahwa sebenarnya manusia seorang diri saja
dalam kehadiran-Nya. Kenyataan yang luar biasa ini diulangi di ayat-ayat lain:
Dan sungguh-sungguh kamu mendatangi Kami seorang diri
seperti ketika pertama kali Kami menciptakan kamu; dan segala yang Kami
karuniakan kepadamu kamu tinggalkan di belakangmu ... (Surat al-An'aam, 94)
Dan setiap orang datang kepada-Nya pada hari kiamat
seorang diri. (Surat Maryam, 95)
Di tingkat lain, ayat-ayat itu menunjukkan: mereka yang
menganggap materi sebagai tuhan mereka berasal dari Allah dan kembali
kepada-Nya. Mereka telah menyerahkan kehendak mereka kepada Allah, entah mereka
inginkan entah tidak. Kini mereka menunggu Hari Perhitungan kala setiap orang
dari mereka akan dipangil untuk bertanggung jawab, kendatipun mereka mungkin
tidak ingin memahaminya.
KESIMPULAN
Pokok bahasan yang telah kami jelaskan sejauh ini
merupakan salah satu kebenaran terbesar yang pernah dikabarkan di sepanjang
hidup anda. Dengan membuktikan bahwa seluruh dunia materi sebenarnya merupakan
"makhluk bayang-bayang", pokok bahasan ini merupakan kunci
untuk memahami keberadaan Allah dan ciptaan-Nya dan memahami bahwa Dialah
satu-satunya keberadaan yang mutlak.
Orang yang memahami pokok bahasan ini menyadari bahwa
dunia bukan jenis tempat [nyata] sangkaan kebanyakan orang. Dunia bukan tempat
mutlak dengan keberadaan sejati seperti anggapan orang-orang yang berkeliaran
tanpa tujuan di jalan-jalan, berkelahi di pub-pub, bermewah-mewah, memamerkan
kekayaan mereka, atau yang mengabdikan hidup demi tujuan-tujuan dangkal. Dunia
ini hanya sekumpulan persepsi, suatu ilusi. Semua orang yang kita sebut di atas
hanya makhluk bayang-bayang yang melihat persepsi-persepsi ini dalam benak
mereka; namun, mereka tidak menyadarinya.
Konsep ini sangat penting karena menghancurkan dan
meruntuhkan filsafat materialisme yang menolak keberadaan Allah. Hal ini
yang menyebabkan para materialis seperti Marx, Engels, dan Lenin
merasa panik, murka, dan memperingatkan pengikut mereka "untuk tidak
memikirkan" konsep ini kala mereka diberitahu hal itu. Orang-orang ini begitu lemah mentalnya
sehingga mereka bahkan tidak bisa memahami bahwa penginderaan itu terbentuk di
dalam otak. Mereka menganggap bahwa dunia yang mereka saksikan di otak mereka
adalah "dunia luar" dan tidak bisa memahami bukti gamblang yang
[menunjukkan] sebaliknya.
Ketidaksadaran ini merupakan hasil dari kurangnya
kearifan yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang tak beriman. Seperti
firman Allah dalam Al-Qur’an, orang-orang kafir “mempunyai kalbu, tidak juga
mau menyadari, mereka mempunyai mata, tidak juga mau melihat dan mereka
mempunyai telinga, tidak juga mau mendengar. Mereka sudah seperti ternak,
bahkan lebih sesat lagi, karena mereka sudah lalai.” (Surat al-A'raaf, 179)
Anda bisa merambah melampaui hal ini dengan menggunakan
kekuatan cermin pribadi anda. Untuk ini, anda harus berkonsentrasi, memusatkan
perhatian anda, dan merenung pada waktu melihat obyek-obyek di sekitar anda dan
merasakan sentuhan mereka. Jika anda berpikir dengan kepala dingin, anda bisa
merasakan bahwa makhluk pintar yang melihat, mendengar, menyentuh, berpikir,
dan membaca buku di saat ini hanya seorang roh dan menyaksikan cerapan yang
disebut "materi" di selembar layar. Orang yang memahami ini akan
telah beranjak dari ranah dunia materi yang menipu sebagian besar manusia, dan
memasuki ranah keberadaan hakiki.
Kenyataan ini dipahami oleh sejumlah teis atau filsuf sepanjang
sejarah. Intelektual Islam seperti Imam Rabbani, Muhyiddin Ibn al-'Arabi, dan
Maulana Jami menyadari hal ini dari ayat-ayat al-Qur'an dan dengan menggunakan
akal mereka. Sebagian filsuf Barat seperti George Berkeley memahami realitas
yang sama melalui akal. Imam Rabbani menulis dalam Maktubat (Surat-Surat)-nya
bahwa seluruh alam materi itu "bayangan dan sangkaan (cerapan)" dan
bahwa satu-satunya keberadaan mutlak itu ialah Allah:
Allah ... Substansi makhluk-makhluk yang Ia ciptakan ini
tidak lain kecuali ketiadaan ... Ia ciptakan semuanya dalam cakupan indera
dan ilusi ... Keberadaan alam semesta ini adalah di cakupan indera dan
ilusi, dan ini bukan materi ... Pada hakikatnya, tiada yang berada di luar
kecuali Yang Agung. (Yaitu Allah).40
Imam Rabbani secara terang-terangan menyatakan bahwa
semua kesan yang tersaji untuk manusia hanya ilusi, dan bahwa kesan-kesan itu
tidak asli di "luar".
Siklus khayalan ini tergambar dalam imajinasi. Terlihat
jelas bahwa ini tergambar, namun dengan mata benak. Di luar, tampak
seakan-akan ini terlihat dengan mata kepala. Akan tetapi, kejadiannya bukan
demikian. Tidak ada penandaan atau pun jejak di luar. Tiada keadaan yang akan
terlihat. Bahkan wajah seseorang yang terpantul di sebidang cermin memang
seperti itu. Keadaannya di luar tidak stabil. Tiada keraguan, baik kesan maupun
kestabilannya ada dalam IMAJINASI. Allah lebih mengetahui.41
Maulana Jami menyatakan fakta serupa, yang ia temukan
dengan mengikuti ayat-ayat Al-Qur'an dan dengan menggunakan kecerdasannya:
"Apa pun yang ada di alam semesta adalah inderawi dan ilusi. Mereka itu seperti pantulan di cermin atau
bayang-bayang."
Namun demikiam, jumlah orang yang memahami fakta ini
sepanjang sejarah selalu terbatas. Ulama besar seperti Imam Rabbani telah menulis
bahwa mungkin tidak bijaksana menuturkan kenyataan ini kepada masyarakat luas
karena kebanyakan orang tidak mampu memahaminya.
Di abad di masa hidup kita, telah tersusun fakta empiris
melalui struktur bukti yang dikemukakan oleh ilmu pengetahuan. Kenyataan bahwa
alam semesta merupakan makhluk bayang-bayang diuraikan dengan cara yang
demikian jelas, konkret, dan terbuka untuk pertama kalinya dalam sejarah.
Karena alasan ini, abad ke-21 akan menjadi titik balik
bersejarah ketika manusia pada umumnya akan memahami realitas ilahi dan
berbondong-bondong menuju Allah,
satu-satunya keberadaan yang mutlak. Paham
materialis abad ke-19 akan tersingkir ke keranjang-sampah sejarah. Keberadaan
Allah dan ciptaan-Nya akan dimengerti, ketiadaan ruang dan waktu akan dipahami,
manusia akan bebas dari selubung, kebohongan, dan takhyul yang menyesatkan
mereka berabad-abad.
Mustahil kejadian yang tak terhindarkan ini terusik oleh
makhluk bayang-bayang apa pun.
RELATIVITAS WAKTU DAN KENYATAAN TAKDIR
Segala hal yang berkaitan sejauh ini menunjukkan bahwa
pada hakikatnya “ruang berdimensi tiga” tidak ada, tetapi merupakan prasangka
yang sepenuhnya ditemukan dalam persepsi dan yang menyebabkan seluruh kehidupan
seseorang [menjadi berada] dalam ketiadaan ruang. Menyatakan kebalikannya akan
berarti berpegang pada keyakinan takhyul yang jauh terlepas dari akal dan
kebenaran ilmiah, karena tidak ada bukti sah keberadaan dunia materi berdimensi
tiga.
Hal ini menolak anggapan utama filosofi materialisme yang
mendasari teori evolusi, anggapan bahwa zat adalah mutlak dan abadi. Anggapan
kedua yang merupakan sandaran filosofi materialisme ialah sangkaan bahwa waktu
adalah mutlak dan kekal. Aggapan ini sama-sama takhyul dengan anggapan pertama.
PENCERAPAN WAKTU
Sesuatu yang kita cerap sebagai waktu, sebenarnya, adalah
suatu metode pembandingan satu momen dengan yang lain. Kami bisa menjelaskan
hal ini dengan contoh. Contohnya, ketika seseorang mengetuk suatu obyek, ia
mendengar suara tertentu. Ketika ia mengetuk obyek yang sama lima menit
kemudian, ia mendengar suara lain. Orang itu mencerap jarak waktu antara suara
pertama dan suara kedua, dan ia menyebut interval ini "waktu". Tetapi
pada saat ia mendengar suara kedua, suara pertama yang ia dengar tidak lebih
dari imajinasi dalam benaknya. Ini hanya sepotong informasi dalam ingatannya.
Orang itu merumuskan konsep "waktu" dengan membandingkan saat ia
hidup dengan yang ia miliki dalam ingatannya. Jika pembandingan ini tidak
dibuat, tidak mungkin ada konsep waktu.
Demikian pula, orang membuat pembandingan ketika ia
melihat seseorang yang sedang memasuki ruang melewati pintu dan duduk di lengan
kursi di tengah ruang. Pada waktu orang ini duduk di lengan kursi, kesan yang
terkait dengan saat ia membuka pintu, berjalan menuju ruang, dan mengarahkan
jalannya ke lengan kursi disusun sebagai potongan-potongan informasi dalam
otaknya. Pencerapan waktu terjadi kala seseorang membandingkan orang yang
sedang duduk di lengan kursi dengan potongan informasi itu.
Pendek kata, waktu menjadi ada sebagai akibat dari
pembandingan yang dibuat antara ilusi-ilusi yang tersimpan dalam otak. Jika
manusia tidak punya ingatan, maka otaknya tidak akan membuat penafsiran
demikian dan karena itu tidak akan pernah membentuk konsep waktu. Satu-satunya
alasan mengapa seseorang menentukan dirinya sendiri berusia tiga puluh tahun
ialah karena ia telah mengumpulkan informasi berkenaan dengan usia tiga puluh
tahun dalam benaknya. Jika ingatannya tidak ada, maka ia tidak akan berpikir
tentang keberadaan waktu terdahulu dan ia hanya akan mengalami "saat"
tunggal kala ia hidup.
PENJELASAN ILMIAH TENTANG KETIADAAN WAKTU
Mari kita terangkan pokok bahasan ini dengan mengutip
berbagai penjelasan ilmuwan dan cendekiawan tentang pokok bahasan ini.
Berkenaan dengan pokok bahasan waktu yang mengalir ke belakang, François Jacob,
profesor genetika peraih Nobel dan intelektual terkenal, menyatakan dalam
bukunya Le Jeu des Possibles (Yang Mungkin dan Yang Nyata) berikut ini:
Film yang diputar balik memungkinkan kita untuk
membayangkan suatu dunia yang waktunya mengalir ke belakang. Suatu dunia
dengan susu yang memisahkan diri sendiri dari kopi dan meloncat keluar dari
mangkok untuk mencapai wadah susu; suatu dunia yang sinar-sinar terang
terpancar dari dinding untuk terkumpul dalam sebuah perangkap (pusat
gravitasi), tidak lagi memancar keluar dari sumber cahaya; suatu dunia yang
sebuah batu meluncur ke telapak tangan seseorang bersama dengan tetesan air
yang tak terhitung yang memungkinkan batu meloncat dari air. Tetapi, di dunia sedemikian rupa yang
waktunya mempunyai sifat yang bertolak-belakang, proses otak kita, dan cara
otak kita mengumpulkan informasi, berjalan ke belakang pula. Hal ini
berlaku untuk masa lalu dan masa mendatang dan dunia akan tampak di depan kita
tepat seperti yang baru saja tampak.42
Karena otak kita terbiasa dengan urutan peristiwa
tertentu, dunia berjalan bukan seperti yang terkait di atas dan kita menganggap
bahwa waktu selalu mengalir ke depan. Akan tetapi, hal ini merupakan putusan
yang dicapai di otak dan bersifat relatif. Pada kenyataannya, kita tidak pernah
bisa mengetahui bagaimana waktu mengalir atau bahkan apakah mengalir ataukah
tidak. Ini merupakan indikasi fakta bahwa waktu bukanlah fakta mutlak,
melainkan hanya semacam cerapan.
Relativitas
waktu adalah fakta yang juga teruji oleh salah seorang fisikawan terpenting
abad 20, Albert Einstein. Lincoln Barnett menulis dalam bukunya The Universe
and Dr. Einstein:
Bersama-sama
dengan kemutlakan ruang, Einsten membuang konsep kemutlakan waktu—mengenai
aliran waktu semesta yang tetap, itu-itu saja, tidak bisa ditawar-tawar, yang
mengalir dari masa lalu yang tak terbatas ke masa depan yang tak terbatas.
Sebagian besar kekaburan yang melingkupi Teori Relativitas berasal dari
keengganan manusia untuk mengakui bahwa rasa waktu, seperti rasa warna,
merupakan bentuk cerapan. Tepat seperti ruang yang mungkin hanya tatanan
obyek materi, waktu pun mungkin hanya tatanan peristiwa. Subyektivitas waktu itu dijelaskan dengan sebaik-baiknya
dengan kata-kata Einsten sendiri. "Pengalaman individu," katanya,
"tampak pada kita tertata dalam serangkaian peristiwa; dalam rangkaian
ini, peristiwa tunggal yang kita ingat [menjadi] tampak tertata menurut kriteria
"terdahulu" dan "terkemudian". Karena itu, ada waktu
bagi individu, waktu-saya, atau waktu subyektif. Hal ini dengan
sendirinya tidak bisa terukur. Sesungguhnya saya bisa mengasosiasikan
angka-angka dengan peristiwa-peristiwa, dengan cara sedemikian rupa sehingga
angka yang lebih besar lebih diasosiasikan dengan peristiwa terkemudian
daripada dengan yang terdahulu.43
Einstein sendiri menunjukkan, seperti yang dikutip dalam
buku Barnett: "ruang dan waktu merupakan bentuk intuisi, yang tidak
bisa dipisahkan dari kesadaran lebih daripada yang bisa [dipisahkan dari]
konsep warna, bentuk atau ukuran." Menurut Teori Relativitas Umum: "waktu
tidak mempunyai keberadaan yang bebas terpisah dari tatanan peristiwa yang
dengannya kita mengukurnya.”44
Karena terdiri dari cerapan, waktu tergantung sepenuhnya
pada pencerapnya dan karena itu bersifat relatif.
Kecepatan pengaliran waktu berbeda menurut acuan yang
kita gunakan untuk mengukurnya karena tidak ada jam alamiah dalam tubuh manusia
untuk menunjukkan dengan tepat seberapa cepat waktu melintas. Seperti tulisan
Lincoln Barnett: "Tepat seperti hal-hal semacam warna yang tidak ada tanpa
pencerapan oleh mata, seketika atau sejam atau sehari pun tidak ada tanpa
penandaan oleh peristiwa."45
Relativitas waktu dialami dengan jelas dalam mimpi.
Meskipun yang kita lihat dalam mimpi tampaknya berlangsung selama berjam-jam,
itu sebenarnya hanya berlangung selama beberapa menit, dan bahkan beberapa
detik.
Mari kita perhatikan contoh untuk menerangkan masalah ini
lebih lanjut. Mari kita anggap bahwa kita berada di suatu ruang dengan satu
jendela saja yang dirancang khusus dan kita tetap di sana selama jangka waktu
tertentu. Ada jam di ruang itu yang dengannya kita bisa melihat jumlah waktu
yang melintas. Pada saat yang sama, anggaplah bahwa melalui jendela ruang kita
melihat matahari yang terbit dan tenggelam pada jarak waktu tertentu. Beberapa
hari kemudian, jawaban yang akan kita berikan atas pertanyaan tentang jumlah
waktu yang kita habiskan di kamar itu akan berdasarkan baik pada informasi yang
telah kita kumpulkan dengan melihat jam dari satu waktu ke waktu lainnya maupun
dengan hitungan yang kita buat menunjukkan berapa kali matahari terbit dan
tenggelam. Umpamanya, kita perkirakan bahwa kita hanya menghabiskan tiga hari
di ruang itu. Akan tetapi, jika orang yang meletakkan kita di ruang itu berkata
bahwa kita hanya menyita dua hari di ruang itu dan bahwa matahari yang kita
lihat dari jendela itu buatan yang dihasilkan oleh suatu mesin simulasi dan
bahwa jam di kamar itu diatur khusus untuk berfungsi lebih cepat, maka
penghitungan yang kita lakukan tidak memiliki makna.
Contoh ini menegaskan bahwa informasi yang kita miliki
tentang tingkat lintasan waktu didasarkan pada acuan relatif. Relativitas waktu
ialah fakta ilmiah yang juga terbukti dengan metode ilmiah. Teori
Relativitas Umum Einstein pun berpendapat bahwa kecepatan waktu berubah
tergantung pada kecepatan obyek dan posisinya di medan gravitasi. Bila
kecepatan terus bertambah, waktu disingkatkan dan dipadatkan: waktu melambat
seolah-olah sampai ke titik "berhenti".
Mari kita jelaskan hal ini dengan suatu contoh yang diberikan oleh Einsten.
Bayangkan dua anak kembar, satu darinya tinggal di bumi sementara yang lainnya
bepergian di ruang angkasa dengan kecepatan yang mendekati cahaya. Ketika ia
kembali, anak kembar yang bepergian di ruang angkasa akan melihat bahwa saudaranya
telah tumbuh jauh lebih tua daripada dirinya. Alasannya adalah bahwa waktu
mengalir lebih lambat pada orang yang bepergian dengan kecepatan yang mendekati
kecepatan cahaya. Mari kita bayangkan [ada] seorang ayah yang bepergian di
ruang angkasa sedangkan anaknya diam di bumi. Jika si ayah berusia duapuluh
tujuh tahun ketika berangkat sedangkan si anak tiga tahun; [maka] ketika
ayahnya kembali ke bumi tigapuluh tahun kemudian (waktu bumi), anaknya akan
berusia tigapuluh tiga tahun sementara ayahnya hanya tigapuluh [tahun].46
Relativitas waktu ini tidak disebabkan oleh pelambatan atau pun pencepatan
arloji, atau pun pelambatan pegas mekanis. Ini justru merupakan hasil dari
perbedaan periode kerja seluruh sistem keberadaan materi, yang jangkauannya sedalam
partikel sub-atom. Dengan kata lain,
bagi orang yang mengalaminya, pemendekan waktu tidak dialami seolah-olah
berakting di film yang bergerak lambat. Dalam pranata yang sedemikian itu, yang
waktunya memendek, detak jantung seseorang, penggandaan selnya, dan fungsi
otaknya, dan lain-lain, semuanya bekerja lebih lambat daripada orang yang
bergerak lebih lambat di bumi. Namun demikian, orang itu melanjutkan kehidupan
sehari-harinya dan sama sekali tidak memperhatikan pemendekan waktu. Bahkan
sesungguhnya pemendekan itu tidak sampai tampak sebelum dilakukan pembandingan.
RELATIVITAS DALAM AL-QUR'AN
Kesimpulan yang ditimbulkan oleh temuan-temuan ilmu
pengetahuan modern adalah bahwa waktu bukanlah fakta mutlak seperti sangkaan
para penganut materialisme, melainkan hanya cerapan relatif. Yang paling
menarik ialah bahwa fakta ini, yang tidak ditemukan sampai abad ke-20 oleh ilmu
pengetahuan, diungkapkan kepada umat manusia dalam Al-Qur'an empatbelas abad
silam. Ada berbagai acuan dalam al-Qur'an mengenai relativitas waktu.
Di banyak ayat al-Qur'an bisa dilihat fakta yang terbukti
secara ilmiah bahwa waktu merupakan persepsi psikologis yang tergantung pada
peristiwa, pranata, dan kondisi. Contohnya, seluruh kehidupan seseorang sangat
singkat seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur'an:
Ketika
suatu hari kamu akan dipanggil dan kamu akan memenuhi (penggilan-Nya) dengan
(kata-kata) pujian kepada-Nya, dan kamu akan mengira bahwa kamu tinggal (di
dunia ini) hanya sebentar. (Surat al-Israa’, 52)
Dan suatu hari bilamana ia mengumpulkan mereka,
seolah-olah mereka berdiam (di bumi) hanya sesaat pada siang hari; mereka akan
saling mengenal. (Surat Yuunus, 45)
Beberapa ayat menunjukkan bahwa orang-orang mencerap
waktu dengan berlainan dan bahwa terkadang orang-orang dapat mencerap jangka
waktu yang sangat singkat sebagai waktu yang sangat lama. Percakapan
orang-orang yang terjadi selama pengadilan mereka di akhirat berikut ini
merupakan contoh baik tentang hal ini:
Ia berkata, “Berapa tahun sudah kamu tinggal di bumi
ini?” Mereka berkata, “Kami tinggal sehari atau sebagian dari sehari; tapi
tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.” Ia berfirman, “Kami tinggal hanya
sebentar, kalau kamu tahu!” (Surat
al-Mu’minuun, 112-114)
Di beberapa ayat lain Allah menyatakan bahwa waktu dapat
mengalir melalui tahap yang berbeda dalam pranata yang berbeda:
Mereka
meminta kepadamu supaya azab dipercepat, tetapi Allah tidak akan menyalahi
janji-Nya. Sungguh, satu hari menurut Allah seperti seribu tahun dalam perhitungan kamu.
(Surat al-Hajj, 47)
Para malaikat dan roh naik
kepada-Nya pada suatu hari yang
ukurannya limapuluh ribu tahun. (Surat al-Ma’aarij, 4)
Ia mengatur semua urusan dari langit sampai ke bumi,
kemudian (semua itu) kembali kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya seribu tahun
menurut perhitungan kamu. (Surat as-Sajdah, 5)
Ayat-ayat ini merupakan ungkapan jelas tentang
relativitas waktu. Bahwa hasil ini, yang baru saja dipahami oleh ilmuwan abad
20, dikomunikasikan kepada manusia 1.400 tahun lalu dalam al-Qur'an merupakan suatu
indikasi wahyu Al-Qur'an oleh Allah, yang meliputi seluruh waktu dan ruang.
Terdapat banyak ayat al-Qur'an lain yang menunjukkan
bahwa waktu adalah cerapan. Ini merupakan bukti khas dalam kisah-kisah itu.
Contohnya, Allah telah menjaga Ashhaabul Kahfi, sekelompok orang beriman
yang disebutkan dalam Al-Qur'an, yang tidur lelap selama lebih dari tiga abad.
Ketika mereka bangun, orang-orang ini mengira bahwa mereka telah tinggal dalam
keadaan itu sebentar saja, dan tidak bisa menghitung berapa lama mereka
tertidur:
Lalu
Kami tarik (sehelai tabir) ke telinga mereka, dalam gua selama beberapa tahun,
(sehingga mereka tidak mendengar). Kemudian Kami bangkitkan mereka, untuk Kami uji, mana dari kedua golongan menghitung
lebih baik: berapa lama mereka tinggal. (Surat al-Kahfi, 11-12)
Demikianlah Kami bangkitkan mereka (dari tidur) supaya
mereka saling bertanya. Salah seorang dari mereka bertanya, “Berapa lama kamu
tinggal (di sini)?” Mereka menjawab, “Kami tinggal (barangkali) sehari atau
sebagian dari sehari.” (Akhirnya) mereka (semua) berkata, “(Hanya) Tuhan yang
mengetahui (berapa lama) kamu tinggal (di sini).... (Surat al-Kahfi, 19)
Situasi yang dikisahkan dalam ayat di bawah ini juga
merupakan bukti bahwa waktu sebenarnya merupakan cerapan psikologis.
Atau seperti orang yang melewati sebuah dusun yang sudah
runtuh sampai ke atap-atapnya, ia berkata: "Oh, bagaimana Allah
menghidupkan semua ini setelah mati?" lalu Allah membuat orang itu mati
selama seratus tahun kemudian membangkitkannya kembali. Ia (Allah) berfirman: "Tidak,
bahkan seratus tahun, maka lihatlah makananmu dan minumanmu, tidak rusak.
Tetapi lihatlah keledaimu; dan akan Kami jadikan engkau suatu tanda bagi
manusia; dan lihatlah tulang-belulang itu bagaimana Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging. Maka setelah jelas kepadanya ia pun
berkata: "Aku tahu bahwa Allah berkuasa atas segalanya." (Surat
al-Baqarah, 259)
Ayat di atas jelas menekankan bahwa Allah, Yang
menciptakan waktu, tidak dibatasi oleh waktu. Sebaliknya, manusia dibatasi oleh
waktu, yang ditakdirkan Allah. Seperti dalam ayat itu, manusia bahkan tidak
mampu mengetahui berapa lama ia tertidur. Dalam keadaan demikian, pernyataan
bahwa waktu adalah mutlak (sebagaimana pernyataan para penganut materialisme
dalam pemikiran mereka yang menyimpang) sangat tidak masuk akal.
TAKDIR
Relativitas waktu ini mejernihkan masalah yang sangat
penting. Relativitas begitu berubah-ubah sehingga suatu periode yang tampaknya
berdurasi milyaran tahun bagi kita mungkin berlangsung hanya beberapa detik
dalam perspektif lain. Lagipula, suatu periode waktu yang sangat lama yang
membentang dari permulaan dunia sampai akhir dunia mungkin tidak berlangsung
walau sedetik saja di dimensi lain.
Inilah intisari konsep takdir—suatu konsep yang tidak
dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang, khususnya para materialis yang
sepenuhnya menolak [konsep] ini. Takdir ialah pengetahuan Allah yang sempurna tentang semua peristiwa masa lalu
atau pun masa datang. Kebanyakan orang mempertanyakan bagaimana Allah telah
mengetahui peristiwa-peristiwa yang belum dialami dan menyebabkan mereka gagal
dalam memahami keotentikan takdir. Bagaimanapun, "peristiwa yang belum
dialami" hanya demikian bagi kita. Allah tidak dibatasi oleh waktu
atau pun ruang karena Ia sendiri yang menciptakannya. Karena alasan ini, masa
lalu, masa datang, dan masa sekarang semuanya sama bagi Allah; bagi-Nya segala
sesuatu telah terjadi dan berakhir.
Dalam bukunya The Universe and Dr. Einstein,
Lincoln Barnett menerangkan bagaimana Teori Relativitas Umum sampai pada
kesimpulan ini. Menurut Barnett, alam semesta dapat "tercakup dengan
seluruh kemegahannya hanya oleh intelek kosmik”.47 Kehendak yang
oleh Barnett disebut “intelek kosmik” merupakan bijaksanaan dan pengetahuan
Allah, yang berlaku bagi segenap alam. Sama sebagaimana kita dapat dengan
mudah melihat pangkal, tengah, dan ujung penggaris, dan semua satuan di antara
[pangkal-ujung] sebagai satu keutuhan, Allah mengetahui waktu yang kita patuhi
seolah-olah waktu merupakan satu peristiwa mulai dari awal hingga akhir. Akan
tetapi, manusia mengalami insiden hanya ketika waktu mereka sampai, dan mereka
menyaksikan takdir yang telah Alah ciptakan bagi mereka.
Perlu pula diperhatikan dangkalnya pemahaman yang
menyimpang mengenai takdir yang berlaku di masyarakat kita. Keyakinan yang
menyimpang tentang takdir ini merupakan suatu takhyul bahwa Allah telah
menentukan "takdir" bagi setiap manusia tetapi bahwa takdir-takdir
ini terkadang bisa diubah oleh manusia. Contohnya, orang memberikan pernyataan
semu tentang seorang pasien yang kembali dari pintu kematian seperti "ia
mengalahkan takdirnya". Tiada seorang pun
yang dapat mengubah takdir. Orang yang kembali dari pintu kematian sesungguhnya
tidak meninggal karena ia tidak ditakdirkan untuk meninggal pada saat itu.
Ironisnya, inilah takdir orang-orang itu yang membohongi diri mereka sendiri
dengan mengatakan "Saya mengalahkan takdir saya" bahwa mestinya
mereka katakan demikian dan tetap berpola pikir demikian.
Takdir adalah pengetahuan yang abadi dari Allah dan bagi
Allah, Yang mengetahui waktu seperti satu kejadian saja dan yang berlaku atas
seluruh waktu dan ruang; segala sesuatu ditentukan dan diakhiri dalam takdir.
Kita juga memahami dari sesuatu yang Allah hubungkan dalam Al-Qur'an bahwa waktu
itu satu bagi Allah: banyak kejadian yang dalam pandangan kita akan terjadi di
masa datang dikaitkan dalam Al-Qur'an dengan cara sedemikian seolah-olah
[kejadian-kejadian] itu telah berlangsung jauh-jauh sebelumnya. Contohnya,
ayat-ayat yang memerikan catatan bahwa manusia harus menyerahkan diri kepada
Allah di akhirat dihubungkan sebagai peristiwa-peristiwa yang telah terjadi lama sekali:
Sangkakala
ditiup, maka segala yang ada di langit dan yang ada di bumi pingsan, kecuali
yang dikehendaki oleh Allah (dikecualikan). Kemudian itu ditiup sekali lagi,
tiba-tiba mereka berdiri tegak dan menunggu. Dan bumi memancarkan cahaya
Tuhannya; Kitab (catatan segala perbuatan) akan diletakkan (terbuka); para nabi
dan saksi-saksi akan didatangkan, dan dijatuhkanlah keputusan yang adil di
antara mereka, dan mereka pun tak akan dirugikan. (Surat az-Zumar, 68-69)
Orang-orang
kafir dibawa ke neraka berbondong-bondong. (Surat az-Zumar,71)
Dan
mereka yang bertakwa kepada Tuhan akan dibawa ke dalam surga berbondong-bondong…
(Surat az-Zumar, 73)
Beberapa ayat lain dalam masalah ini ialah:
Dan
setiap pribadi akan tampil, dengan masing-masing pendorong dan saksi. (Surat
Qaaf, 21)
Dan langit
pun akan terbelah, sehingga hari itu jadi rapuh. (Surat
al-Haaqqah, 16)
Dan atas
kesabaran dan ketabahan mereka, Ia membalas dengan surga dan (pakaian) sutera;
mereka di sini bersandar di atas peterana; mereka tak akan melihat di dalamnya
matahari (terlalu panas) atau dinginnya (bulan) yang melampaui batas. (Surat
al-Insaan, 12-13)
Dan api
neraka ditampakkan bagi siapa saja yang melihat. (Surat an-Naazi’at, 36)
Maka
hari ini orang-orang beriman menertawakan kaum
tak beriman. (Surat al-Muthaffifiin, 34)
Dan orang-orang yang berdosa melihat api neraka dan
mereka mengerti akan jatuh ke dalamnya; dan mereka tidak mendapat jalan
keluarnya. (Surat al-Kahfi, 53)
Seperti yang dapat dilihat, kejadian-kejadian yang akan
terjadi setelah kematian kita (dari sudut pandang kita) dihubungkan dalam
al-Qur'an sebagai peristiwa masa lalu yang telah dialami. Allah tidak dibatasi
oleh kerangka waktu relatif yang membatasi kita. Allah menghendaki hal-hal ini
dalam ketiadaan waktu: orang telah mengerjakannya dan semua peristiwa ini telah
berlalu dan berakhir. Di dalam ayat di bawah ini Ia menegaskan bahwa setiap
peristiwa itu, besar atau pun kecil, ada dalam pengetahuan Allah dan tercatat
dalam sebuah kitab:
Dalam keadaan apa pun kamu, dan bagian apa pun yang kamu
baca dari Al-Quran, dan perbuatan apa pun yang kamu kerjakan, niscaya Kami
menjadi saksi ketika kamu sedang tekun melakukannya. Tak ada yang tersembunyi
dari Tuhanmu seberat zarah pun, di bumi dan di langit, tak ada yang lebih kecil
atau lebih besar daripada itu, niscaya
terekam jelas dalam Kitab. (Surat Yuunus, 61)
KEKHAWATIRAN PARA MATERIALIS
Masalah yang dibahas di bab ini, yaitu kebenaran yang
melandasi materi, ketiadaan waktu, dan ketiadaan tempat, sesungguhnya sangat
jelas. Seperti yang diungkapkan sebelumnya, hal ini jelas bukan semacam
filosofi atau pola pikir, melainkan hasil ilmiah yang tidak mungkin ditolak.
Di samping keberadaan realitas teknis, buktinya juga tidak memberi alternatif
logis dan rasional lain dalam masalah ini: alam semesta ialah kesatuan
khayalan atau semu dengan semua zat penyusunnya dan semua makhluk yang
tinggal di dalamnya. [Alam semesta] ini sekumpulan
cerapan.
Para materialis mengalami kesulitan untuk memahami
masalah ini. Contohnya, jika kita kembali ke contoh bus Politzer: meski secara
teknis Politzer tahu bahwa ia tidak bisa keluar dari persepsinya, ia hanya bisa
menerimanya di kejadian-kejadian tertentu. Dengan kata lain, bagi Politzer,
peristiwa-peristiwa berlangsung di otak sampai terjadinya penabrakan bus,
segera seusai penabrakan bus terjadi; benda-benda keluar dari otak dan
mendapatkan realitas fisik. Rusaknya logika hal ini sangat jelas. Politzer
membuat kekeliruan sebagaimana Johnson, seorang materialis, yang berkata
"Saya menendang batu, kakiku sakit,
karenanya batu itu ada". Politzer tidak dapat memahami bahwa kejutan yang
terasa setelah bus itu berdampak merupakan cerapan belaka juga.
Alasan halus mengapa pengikut materialisme tidak dapat
memahami masalah ini adalah ketakutan mereka terhadap sesuatu yang akan mereka
hadapi bila mereka memahaminya. Lincoln Barnett memberi tahu kita bahwa
sebagian ilmuwan "melihat" masalah ini:
Seiring dengan reduksi oleh para filsuf terhadap semua
realitas subyektif ke suatu dunia bayang-bayang cerapan, ilmuwan-ilmuwan
menjadi sadar akan batas-batas indera manusia yang mengkhawatirkan.48
Acuan apa pun yang dibuat pada fakta bahwa materi dan
waktu ialah cerapan membangkitkan ketakutan luar bagi materialis ini, karena
[materi dan waktu] ini merupakan satu-satunya gagasan yang ia andalkan sebagai
keberadaan mutlak. Ia, dalam pengertian tertentu, menjadikan mereka berhala sesembahan;
karena ia kira bahwa materi dan waktu (melalui evolusi) menciptakannya.
Jika ia merasa bahwa alam semesta yang pada perkiraannya
merupakan tempat ia hidup, dunia ini, tubuhnya sendiri, orang lain, para filsuf
materialisme lain yang mempengaruhi gagasannya, dan, pendek kata, segala
sesuatu merupakan cerapan, ia merasa diluapi dengan kengerian total. Segala
sandarannya, keyakinannya, dan jalan lain yang ia punya tiba-tiba lenyap. Ia
merasakan perasaan putus asa yang akan benar-benar ia alami di hari perhitungan
itu, seperti yang diuraikan dalam ayat "Hari itu mereka akan menyatakan
tunduk kepada Allah; dan segala yang
diada-adakan akan meninggalkan mereka.” (Surat an-Nahl, 87)
Lantas, materialis ini berupaya meyakinkan diri sendiri
tentang kenyataan zat, dan menciptakan "bukti" demi tujuan ini. Ia
memukulkan lengannya ke tembok, menendang batu, berteriak, bersorak, namun
tidak pernah bisa terlepas dari realitas.
Persis sebagaimana mereka ingin menghilangkan realitas
ini dari benak mereka, mereka juga ingin orang lain membuangnya. Mereka juga
sadar bahwa jika orang pada umumnya mengetahui arti sejati materi, sifat
primitif filsafat mereka sendiri dan kejahiliyahannya akan pandangan dunia akan
ditelanjangi sampai terlihat oleh semua orang, dan tiada landasan lagi yang
merupakan dasar pandangan mereka. Ketakutan ini merupakan alasan mengapa mereka
sangat terganggu dengan fakta-fakta yang terkait di sini.
Allah menyatakan bahwa ketakutan orang kafir akan
mendalam di akhirat. Di hari penghakiman, mereka akan dipanggil sehingga:
Dan tatkala kami kumpulkan mereka semua
kemudian Kami berfirman kepada yang mempersekutukan (Kami), “Manakah
sekutu-sekutumu yang kamu dakwakan ada?” (Surat al-An’aam, 22)
Seusai itu, orang-orang kafir akan menyaksikan harta,
anak, dan kerabat mereka, yang mereka anggap nyata yang dianggap sebagai sekutu
Allah, meninggalkan mereka dan lenyap. Allah mengabari kita hal ini di ayat “Perhatikanlah!
Betapa mereka berdusta terhadap diri sendiri! Segala yang mereka ada-adakan
dengan kebohongan menghilang meninggalkan mereka.” (Surat al-An’aam, 24)
PAHALA ORANG BERIMAN
Sementara kenyataan bahwa zat dan waktu merupakan cerapan
mengkhawatirkan para materialis, [kenyataan] sebaliknya berlaku bagi orang
beriman. Orang beriman menjadi sangat senang ketika mereka mencerap rahasia
yang ada di balik zat itu, karena kenyataan ini merupakan kunci semua
pertanyaan itu. Dengan kunci ini, semua rahasia dibuka. Orang menjadi mudah
memahami banyak hal yang sebelumnya sulit dipahami.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, pertanyaan tentang
kematian, neraka, akhirat, perubahan dimensi, dan pertanyaan seperti "Di
mana Allah?" "Apa yang sebelum Allah?" "Siapa pencipta
Allah?" "Berapa lama kehidupan di alam kubur berlangsung?"
"Di mana surga dan neraka?" dan "Di mana surga dan neraka saat
ini berada?" mudah dijawab. Akan terpahami jenis tatanan seluruh alam yang
diciptakan oleh Allah dari ketiadaan, semakin banyak semakin begitu. Dengan
rahasia ini, pertanyaan "kapan?" dan "di mana?" menjadi
tak berarti karena tiada lagi waktu dan tempat. Bila ketiadaan ruang
dimengerti, akan dipahami bahwa neraka, surga, dan bumi semuanya itu sebenarnya
ada di tempat yang sama. Jika ketiadaan waktu dimengerti, akan dipahami
bahwa segala hal terjadi pada satu kejadian: ketiadaan itu ditunggu dan
waktu tidak berlalu, karena segala sesuatu telah terjadi dan selesai.
Dengan terselidikinya rahasia ini, dunia menjadi
seperti surga bagi orang beriman. Segala kekhawatiran, kecemasan, dan
ketakutan material yang menyusahkan lenyap. Orang ini mengerti bahwa segenap
alam memiliki kedaulatan tunggal, bahwa Ia mengubah seluruh dunia fisik
sekehendak Dia dan bahwa yang wajib dilakukan oleh manusia adalah kembali
kepada-Nya. Lalu ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah “... supaya
mengabdi kepada-Nya ...” (Surat Aali
‘Imraan, 35)
Memahami rahasia ini merupakan pahala terbesar di dunia
ini.
Dengan rahasia ini, kenyataan lain yang sangat penting
yang disebutkan di Al-Qur'an tersingkap: bahwa "Allah lebih dekat
dengan manusia daripada urat merihnya sendiri". (Surat Qaaf, 16)
Sebagaimana yang kita ketahui, urat merih itu di dalam tubuh. Apa yang dapat
lebih dekat dengan seseorang daripada [isi tubuh] di dalamnya? Situasi ini bisa
mudah dijelaskan dengan realitas ketiadaan tempat. Ayat ini juga bisa dipahami
dengan lebih baik dengan memahami rahasia ini.
Hal ini merupakan kebenaran sederhana. Harus ditegakkan
dengan baik bahwa tiada penolong dan penyedia bagi manusia selain Allah. Tidak
ada apa pun kecuali Allah; Allah satu-satunya keberadaan mutlak yang dapat
dimintai perlindungan, yang dapat dimohoni pertolongan dan pahala.
Ke mana pun kita menghadap, [di situ] ada keberadaan
Allah.
KESIMPULAN
Tak pelak lagi, tiada yang lebih penting daripada
penciptaan manusia dan mengenali sang Pencipta. Yang telah kita lakukan
sepanjang buku ini adalah berupaya memahami suatu masalah yang merupakan
persoalan terpenting bagi setiap orang.
Kami rasa pembaca perlu diingatkan dalam hal ini bahwa
orang tidak membutuhkan informasi yang melimpah untuk mengerti bahwa alam
semesta dan segala isi di dalamnya, termasuk orang itu sendiri, telah
diciptakan. Lingkup kalbu dan akal anak kecil sama luasnya dengan orang dewasa
untuk mengerti bahwa ia diciptakan. Sabda Nabi Ibrahim dalam al-Qur'an adalah
contoh yang sangat baik tentang maksud kita.
Nabi Ibrahim pernah hidup di suatu masyarakat yang
mengingkari Allah dan menyembah berhala. Meski ia belum pernah menerima ajaran
apa pun tentang keberadaan Allah, ia mengerti dengan akal dan kalbunya bahwa ia
telah diciptakan—lebih-lebih, bahwa ia
telah diciptakan oleh ALlah, Yang menciptakan langit dan bumi. Dalam al-Qur'an
hal itu dikaitkan seperti ini:
Tatkala malam yang gelap tiba, ia melihat sebuah bintang;
ia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bintang terbenam, ia berkata, “Aku
tidak menyukai segala yang terbenam.” Tatkala ia melihat bulan timbul ia
berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi setelah bulan terbenam, ia berkata, “Jika
Tuhanku tidak memberi petunjuk pastilah aku jadi orang yang sesat.” Tatkala ia
melihat matahari terbit ia berkata, “Inilah Tuhanku, Ini yang lebih besar.”
Tetapi setelah matahari terbenam, ia berkata, “Hai kaumku, aku lepas tangan
dari segala yang kamu persekutukan.” “Kuhadapkan wajahku kepada yang
menciptakan langit dan bumi sebagai penganut agama haniif yang jauh dari syirik
dan aku bukanlah golongan musyrik. (Surat al-An’aam, 76-79)
Seperti yang kita lihat dalam contoh Nabi Ibrahim, setiap
orang yang mempunyai akal dan nurani dan, yang lebih penting, yang "tidak
menolak dengan lalim dan sombong" mampu memahami bahwa alam semesta
diciptakan dan, lagipula, bahwa alam semesta diciptakan dengan suatu rencana
dan tatanan yang hebat.
Tidak diragukan lagi keadaan orang yang menolak
keberadaan Allah, walau semua tanda perwujudan-Nya ditampilkan agar dilihat oleh
semua orang, sangat mengherankan bagi orang yang mempunyai akal dan nurani.
Dalam Al-Qur'an, dinyatakan keadaan orang-orang yang tidak beriman kepada
kekuatan penciptaan dari Allah:
Kalau engkau merasa heran, maka yang sungguh mengherankan
itu perkataan mereka, “Bila kami sudah menjadi debu, akan menjadi makhluk
baru lagikah kami?” Orang-orang itulah yang mengingkari Tuhan mereka! Mereka
itulah yang di lehernya dilingkari belenggu (perbudakan), mereka itulah
penghuni api neraka, tinggal di dalamnya selamanya. (Surat ar-Ra’du, 5)
Hal-hal yang terkait di buku ini lebih penting daripada
segala hal lain dalam kehidupan anda. Mungkin sejauh ini anda lalai untuk
merenungkan pentingnya masalah ini atau mungkin anda bahkan belum pernah
memikirkan masalah ini sebelumnya. Namun, yang pasti bahwa mengenal Allah, Yang
menciptakan anda, lebih penting dan mendesak daripada segala hal lain yang bisa
anda kerjakan.
Pikirkanlah hal-hal yang telah Allah anugerahkan kepada
anda: anda hidup di suatu dunia yang sangat terencana sampai detail-detail yang
terluruh dan diciptakan khusus bagi anda. Anda tidak mengambil bagian dalam proses
ini. Bukalah mata anda lebar-lebar suatu hari dan akan anda dapati diri anda
sendiri di tengah-tengah berkah yang tak terhitung. Anda bisa melihat, bisa mendengar, bisa merasakan ....
Dan demikianlah karena Ia menginginkan penciptaan
demikian. Dalam suatu ayat difirmankan:
Allah melahirkan kamu dari rahim ibumu, sementara kamu
tidak mengetahui apa-apa; dan Dia membuat untukmu pendengaran, penglihatan, dan
hati nurani supaya kamu bersyukur. (Surat an-Nahl, 78)
Seperti yang dinyatakan dalam ayat itu, tidak lain
kecuali Allah yang memberi anda segala yang anda miliki dan yang menciptakan
alam semesta tempat anda hidup. Karena itu, datang dan serahkanlah seluruh jiwa
anda sendiri kepada Allah dan bersyukurlah kepada-Nya atas segala berkah yang
telah Allah limpahkan kepada anda dan, dengan demikian, pahala yang kekal. Jika
anda melakukan yang sebaliknya, anda menunjukkan ketidakbersyukuran dan membuka
diri anda sendiri atas hukuman yang, insyaAllah, akan berlangsung selamanya.
Yakinlah: Ia betul-betul ada dan Ia sangat dekat dengan
anda ....
Ia melihat dan mengetahui segala sesuatu yang anda
lakukan, dan mendengar setiap kata yang anda tuturkan ....
Dan yakinlah bahwa setiap orang, termasuk anda, akan
segera mempertanggungjawabkannya kepada-Nya ....
Maha Suci Engkau, Tiada ilmu pada kami kecuali apa yang
sudah Kau ajarkan kepada kami, Engkaulah Matatahu, Maha Bijaksana. (Surat
al-Baqarah, 32)
KOVER BELAKANG
Bagaimana kita mengetahui keberadaan Allah?
Masuk-akalkah pemikiran bahwa keseimbangan di dunia ini
terjadi secara kebetulan ketika keserasian yang luar biasa teramati bahkan
dengan mata telanjang? Perkataan bahwa alam semesta, yang setiap bagiannya
menyiratkan keberadaan Penciptanya, muncul dengan sendirinya merupakan
pernyataan yang paling tak masuk-akal. Karena itu, mesti ada pemilik
keseimbangan yang terlihat di mana-mana dari tubuh anda sampai sudut terjauh
angkasa luas yang tak terbayangkan. Jadi, siapa Pencipta ini yang mentakdirkan
segala hal sedemikian cermat dan menciptakan semuanya?
Dia tidak mungkin zat yang terdapat di alam semesta,
karena Ia pasti merupakan kehendak yang eksis sebelum alam semesta dan
menciptakannya di sana. Pencipta Yang Mahakuasa yang dari-Nya segala sesuatu
memperoleh keberadaan, namun keberadaan-Nya tanpa awal atau pun akhir. Agama
mengajari kita identitas Pencipta kita yang keberadaan-Nya kita temukan dengan
akal kita. Melalui agama yang Ia wahyukan kepada kita, kita tahu bahwa Dialah
Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih, Yang menciptakan langit dan bumi dari
ketiadaan.
Buku ini menyeru anda untuk memikirkan alam semesta dan
makhluk-makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah dan melihat kesempurnaan
penciptaan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar